Headlines
Loading...
Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengusulkan agar pemerintah mengontrol semua tempat ibadah di Indonesia agar tempat ibadah tidak menjadi sarang radikalisme. Kepala BNPT Rycko Amelza menyebut mekanisme kontrol itu tidak mengharuskan pemerintah mengambil kendali langsung melainkan tumbuh dari pemerintah dan masyarakat.

Pengurus rumah ibadah dan tokoh agama setempat, menurut Rycko,  bisa berperan dengan melaporkan aktivitas atau ajaran apa pun yang berpotensi radikal, sebab  pemerintah tidak akan sanggup mengontrol semua tempat ibadah di Indonesia. "Dari tokoh-tokoh agama setempat atau masyarakat yang mengetahui ada tempat-tempat ibadah digunakan untuk menyebarkan rasa kebencian, menyebarkan kekerasan, itu harus disetop," ucap Rycko

Rycko mengatakan mereka yang terindikasi menebar gagasan kekerasan dan antimoderasi beragama, bisa dipanggil, diedukasi, diberi pemahaman, ditegur serta diperingatkan oleh aparat setempat. Apabila terjadi perlawanan atau mengulangi, masyarakat dapat menghubungi aparat setempat.

Tabiat Penguasa Sekuler: Disharmoni di Tengah Masyarakat

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan jika  BNPT setback, meskipun baru sebatas  ide  jangan sampai menjadi kebijakan, "Kalau masjid nanti ada pengawasan, dan tempat-tempat ibadah lain ada pengawasan di situ, juga sekolah misalkan, itu nambah suasana kebangsaan makin terkesan dramatis, terkesan juga ada alarm," kata Haedar. 

Menurut Haedar, masjid dan tempat ibadah lainnya merupakan sumber nilai berbangsa dan sumber nilai etika masyarakat. Haedar mengatakan pengawasan terhadap tempat ibadah akan berdampak luas ke masyarakat, terutama dalam hal ketertiban sosial. Maka itu dia meminta BNPT meninjau kembali usulan tersebut. Pengawasan oleh masyarakat yang diendorse pemerintah itu akan menimbulkan masalah baru, yang akan membuka potensi konflik antargolongan, antarmasyarakat (detik.com, 7/9/2023).

Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas pun menyesalkan pernyataan Kepala BNPT tersebut. Usulan itu merupakan langkah mundur sebab bertentangan dengan jiwa semangat UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang mengatakan ‘Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.’ “Dan juga bertentangan jiwa dan semangatnya dengan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang mengatakan bahwa ‘Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’,” kata Anwar. 

Inilah sejatinya tabiat pemerintahan sekuler, memisahkan agama dari kehidupan. Menciptakan disharmoni di tengah masyarakat seolah menjadi hal yang paling sering dilakukan. Dalam bidang apa pun. Tak peduli bahwa secara personal jika para pejabat pemerintahan itu seorang muslim maka ia akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. terkait kebijakannya yang cenderung mengadu domba. 

Masjid sejak zaman Rasulullah saw. adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin. Baik untuk salat, berlatih perang, belajar Al-Qur'an, mendengarkan tausiyah, bahkan hingga membicarakan politik negara. Adalah lazim Rasulullah saw. dan pemimpin kaum muslimin sesudah beliau menerima tamu dari negara lain, syiar dan mengatur seluruh urusan rakyat di masjid. 

Masjid adalah tempat umum yang kaum muslimin tak perlu ragu memasukinya. Lantas jika masyarakat dan masjid dipisahkan, dampaknya tentu akan ada kegoncangan. Salah satu yang teringan adalah melupakan jika Allah itu ada. Dan semakin bebas hidup tanpa aturan. Di sisi lain, jika negara mulai fokus pada hal-hal yang remeh-temeh itu berarti tahun politik sedang berlangsung panas-panasnya. 

Padahal, persoalan umat yang lebih genting masih banyak. Namun lagi-lagi, negara gagal fokus. Apa yang dikhawatirkan BNPT bak meludah matahari terpercik muka sendiri, menyebutkan seolah mereka yang menginginkan perubahan dengan penerapan Islam adalah musuh. Ironi! Padahal Allah Swt. berfirman yang artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (TQS Al-Baqarah: 208).

Dan juga firman Allah Swt. yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat" (QS. Al-Hujurat: 10). Dua perintah di atas sama sekali tak berguna bagi kapitalisme, sebab selain keuntungan materi, kapitalisme juga pemuja syahwat kebebasan. Apa yang telah menjadi peraturan masih saja dilanggar dengan berbagai alasan.

Masjid Tak Sekadar Tempat Salat

Saatnya kita evaluasi, mengapa begitu gencar pemerintah kita menggelontorkan kebijakan bermuatan " hadang teroris", sudah segenting itukah? Sebab kata teroris sendiri pertama kali muncul dari lisan Presiden George Bush pasca runtuhnya gedung WTS pada tanggal 11 September 2021 dengan tertuduh tunggal gerakan Al-Qaeda, yang semakin ke sini makin terbukti hanya rekayasa AS sendiri guna mengumpulkan suara dunia.

Ada dua pilihan, berpihak pada AS atau menjadi musuh, stick or carrot. Inilah upaya memecah-belah dunia agar bersama-sama menghadapi musuh AS yaitu Islam. Bersamaan dengan itu diarusutamakan gerakan islamofobia, pelarangan penggunaan atribut agama Islam, bahkan bagi muslimah, geraknya makin dibatasi dengan adanya pelarangan penggunaan hijab. 

Sebagai pengemban ideologi kapitalis sekuler, AS terus menggalang dukungan, bertriliun dollar dana digelontorkan, hingga tujuan mereka berhasil yaitu menghilangkan Islam dari muka bumi, atau setidaknya muncul keraguan dari pemeluk Islam sendiri terhadap agamanya, sehingga yang seharusnya menjadi pembela berbalik menjadi musuh. 

Itulah mengapa kita harus bijak, jeli meneliti setiap kebijakan yang direncanakan pemerintah. Kita harus mengarahkan agar fokus pemerintah bukan pada hal yang tak ada rakyatnya, sementara rakyat berada dalam jurang kesengsaraan akibat sistem kapitalisme tak digubris. Padahal itu nyata. Sungguh, apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Semasa beliau hidup dan kemudian diikuti oleh para Khalifah selanjutnya telah cukup bagi kita untuk yakin tentang fungsi masjid. Dan betapa pembelaan mereka terhadap Islam bukan ala kadarnya, berawal dari sujud mereka di masjid, berkembang menjadi syiar Islam ke seluruh dunia. Melibas kemungkaran. Wallahu a'lam bish shawab. [My]

Baca juga:

2 komentar

  1. وَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنۡ يُّذۡكَرَ فِيۡهَا اسۡمُهٗ وَسَعٰـى فِىۡ خَرَابِهَا ‌ؕ اُولٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ اَنۡ يَّدۡخُلُوۡهَآ اِلَّا خَآٮِٕفِيۡنَ ؕ لَهُمۡ فِى الدُّنۡيَا خِزۡىٌ وَّلَهُمۡ فِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيۡمٌ

    Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat QS. Al-Baqarah 114

    BalasHapus
  2. Yups kita harus bijak, jeli meneliti setiap kebijakan yang direncanakan pemerintah. Karena akibat dari sistem kapitalis membuat rakyat sengsara tak habis-habis. Rasulullah, teladan terbaik yang membawa Islam dan kita pada hari ini. Lalu, apa yang membuat kita ragu?? So, bijak memilih, bijak dalam meneliti. Barakallah, naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus