Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Sahabat Surga Cinta Qur’an pernahkah kalian mendengar nama Hudzaifah Ibnul Yaman? Beliau adalah seorang sahabat Nabi yang mulia. Beliau mempunyai julukan shahibul sirri Rasulullah, yang berarti 'Pemegang rahasia Rasulullah'. Tahukah sahabat bahwa julukan tersebut semata diberikan karena Baginda Rasul mempercayakan beberapa rahasia kepada hudzaifah. Di antara rahasia itu adalah nama-nama orang munafik di Madinah.

Nah, sahabat Nabi yang satu ini dikenal sebagai mata-mata Rasulullah. Sebab, beliau berani menyusup ke tengah-tengah musuh untuk mencari informasi. Salah satu kisah yang paling berani adalah ketika terjadi perang khandaq. Apa itu perang khandaq? Yakni perang yang terjadi antara pasukan Islam menghadapi gabungan pasukan Quraisy dan Yahudi Madinah. Pasukan musuh mengepung kota Madinah. Pasukan Islam berlindung di dalam kota dan membentengi diri dengan parit. Parit digali di sekeliling Madinah agar musuh tak bisa lewat.

Pengepungan berlangsung beberapa hari. Suatu malam, angin topan  berhembus dan menghancurkan kemah-kemah pasukan musuh. Baginda Rasulullah saw., ingin tahu kondisi pasukan musuh. Maka, beliau ingin mengutus seorang mata-mata.

Baginda Nabi menawarkan kepada para sahabat untuk menjadi mata-mata. Akan tetapi, para sahabat tak ada yang mau. Sebab, malam itu udara sangat dingin. Karena tidak ada yang mau, akhirnya Baginda Nabi menunjuk  Hudzaifah Ibnul Yaman. Meski merasa takut dan udara dingin sangat menusuk. Namun Hudzaifah tetap berangkat. Beliau bertawakal kepada Allah. Dia yakin bahwa Allah pasti akan melindunginya. 

Di antara hikmah ujian adalah agar kita merealisasikan tawakal kepada Allah, agar sepenuhnya hati kita tak terikat dengan manusia dan hanya bergantung pada Allah semata dan apapun musibah yang akan menimpa hakikatnya adalah anugerah untuk sang hamba. Jika memang harus ditangkap atau dibunuh oleh musuh, maka dalam Islam dia akan mati syahid dan masuk surga. Dan rasa tawakal inilah yang membuat sahabat Nabi mau melaksanakan perintah baginda Nabi.

Baginda Nabi shallallahu alaihi wasalam berdoa supaya sahabatnya ini dilindungi dari kejahatan musuh. Setelah didoakan, Hudzaifah merasa hangat. Hawa dingin tak lagi menusuk kulitnya. Lalu ia pun berangkat dengan berani. 

Singkat cerita, Hudzaifah berhasil menyelinap di antara pasukan musuh. Malam itu ada rapat pasukan musuh yang dipimpin Abu Sufyan. Sebelum rapat, Abu Sufyan menyuruh pasukannya untuk memeriksa orang yang didekatnya, apakah dia kawan atau lawan. Dengan sigap, Hudzaifah segera bertanya kepada orang yang disampingnya. Karena bertanya lebih dahulu, Hudzaifah tidak ditanya siapa dirinya. Keberadaan dirinya pun tidak diketahui oleh Abu Sufyan.

Pasukan musuh yang bernama Abu Sufyan tersebut mengatakan bahwa kondisi pasukannya saat ini sudah lemah. Mereka banyak kehilangan bekal dan lelah karena diterjang angin topan.  Bukan hanya itu, orang-orang Yahudi semua ingin membantu, ternyata berkhianat. Abu Sufyan mengajak pasukannya mundur dari perang dan pulang malam saat itu juga.

Setelah itu, Hudzaifah kembali menghadap Baginda Nabi yang mulia. Beliau mengabarkan bahwa  pasukan musuh sudah mundur. Sungguh gembiranya Baginda nabi. Baginda pun langsung menyusun strategi perang selanjutnya.

Dari kisah sahabat yang satu ini, kita bisa mengambil teladan tentang pentingnya tawakal. Bila kita bertawakal kepada Allah, maka kita akan menjadi pemberani. Kita akan berani dan yakin bahwa Allah pasti akan melindungi hambanya dimanapun dia berada. Dia akan menjadi seorang pemberani. Ia akan menyerahkan urusannya hanya kepada Allah saja. Dengan berdoa dan yakin bahwa pasti Allah akan menolongnya.

Kita pun sebagai umatnya yang mencintai ajarannya harus bertawakal kepada Allah dan hanya takut kepada-Nya. Dimana tawakal sendiri adalah menyadarkan nasib kepada Allah. Maka, kita juga harus mengimani bahwa semua bahaya tidak akan menyakiti kita jika Allah tak menghendaki.

Ada sebuah doa dalam ayat Al-Quran di surat at Taubah Ayat 129 agar kita menjadi berani dan tawakal, bunyinya seperti ini:
Hasbiyallahu Laa ilaha lla huwa 'alaihi tawakkaltu wahuwa robbul arsyil adzim, cukuplah Allah bagiku. Bahwa tidak ada ilah atau tuhan selain Dia. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan Dia adalah Robbul 'arsyil 'adziimi yakni yang memiliki 'Arsy yang agung. (Terjemah QS. At Taubah ayat 129)

Oleh karena itu, yuk sahabat surga belajar bertawakal misalnya saat hendak melakukan perjalanan, kita melihat ular lewat. Kalau kata orang sih, itu adalah pertanda keburukan. Tapi kita tidak boleh mempercayainya. Sebab, yang mengatur alam, manusia dan kehidupan adalah Allah. Dan Pencipta kita, Allah Swt., Di saat kita dalam bahaya, kita harus memohon pertolongan kepada Allah. Karena, sejatinya Pencipta kita tidak pernah mengajarkan bahwa ular lewat adalah tanda bahaya. Dengan bertawakal kepada Allah, insyaAllah hati kita akan merasa tenang. Dan Allah akan selalu menolong kita. Dengan yakin hati bahwa "Allah yang akan melindungiku". Wallahualam bishawab. [Ma]

Baca juga:

0 Comments: