Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Khadijah 

Setelah menikah, begitu bahagianya seorang pasangan mengetahui pasangannya mengandung dan atas izin Allah janin itu tumbuh sampai masa yang cukup untuk dilahirkan. Tentunya sebagai orang tua begitu merasakan bahagia atas kehadiranya. Membesarkannya dengan penuh suka duka, hingga tidak terasa anak yang dilahirkan tumbuh besar. Dan sebuah keharusan bagi orang tua untuk berupaya seoptimal mungkin memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Karena anak-anak tidak cukup hanya diberi pengetahuan oleh orang tua saja. Tapi juga butuh ilmu pengetahuan yang lain sebagai bekal hidup untuk menghadapi masa depannya.

Mungkin saat masa taman kanak-kanak atau ketika masih duduk di sekolah dasar, maka pembelajarannya masih bisa kita perhatikan karena masih dalam satu rumah. Namun setelah beranjak remaja maka orang tua harus rela jauh dari anaknya agar anaknya menjadi anak yang saleh dan mempunyai bekal ilmu agama untuk mengarungi kehidupan. Sehingga sebagai orang tua rela berpisah dengan anak-anaknya dan menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren yang jauh dari rumahnya.

Namun sebagai orang tua tentu akan begitu marah, sedih, pilu ketika melihat berita yang sedang ramai bahwa ada seorang anak pondok yang dikeroyok oleh senior-seniornya. Entah apa alasannya, padahal harapan orang tua ketika anaknya mondok supaya anaknya saleh terjaga pergaulannya dan dijauhkan dari kenakalan-kenakalan anak remaja. Dan miris sekali anak-anak itu tidak punya belas kasih kepada sesama santri terlebih korban adalah juniornya. Lalu ke mana penanggung jawab kesiswaan dan penanggung jawab asrama sebagai bentuk pengurusan kepada para santrinya? (antaranews.com, 19/08/2023)

Kasus pembullyan bahkan sampai ada yang meninggal ini bukanlah hanya sebuah berita. Tapi ini adalah sebuah masalah yang sangat besar dan serius yang hanya bisa diselesaikan dengan hukum yang benar dan hukuman yang setimpal. 

Sebagai pengajar tentunya harus berusaha memahamkan anak didiknya tentang mata pelajaran terkhusus pelajaran akidah yang akan mengubah kepribadiannya menjadi berkepribadian Islam. Serta sistem pendidikan yang bukan hanya sekedar transfer ilmu dan pengetahuan saja, terbatas hanya memberi materi-materi dan mengejar mata pelajaran selesai disampaikan. Karena kenyataannya saat ini, kurikulum pendidikan yang tidak komprehensif dan berganti-ganti bukan hanya membuat pusing para murid namun juga para guru. Selain itu pada saat ini menyekolahkan anak yang diberi subsidi pemerintah SD, SMP dan SMA/SMK tetap ada biaya di dalamnya. Baik itu untuk kegiatan pelajaran yang diikuti seperti ekskul atau pun biaya yang lainya. Bahkan biaya piknik pun saat ini menjadi tren sekolah mulai dari jenjang sekolah terendah seperti TK.

Dari alasan ini ada beberapa para orang tua yang memikirkan untuk beralih menyekolahkan anak-anaknya di pesantren/mondok. Mereka mengharapkan bahwa anak mereka bukan hanya mendapati keilmuan dunia saja namun juga mendapatkan bekal untuk menjalani kehidupan dunia yang Allah ridai (memahami aturan Allah Swt.) untuk bekal akhiratnya.

Tapi sayangnya saat ini bukan hanya sekolah umum saja yang minim pemahaman agama pada anak didiknya, namun di dalam pesantren/pondok pun saat ini materi pelajaran hanya bersifat transfer materi tanpa merubah pemahaman dan membinanya secara intensif.

Sehingga kasus-kasus korban bully bermunculan baik di sekolah umum ataupun pesantren. Menuntut ilmu dalam Islam itu suatu kewajiban, sehingga dalam pelaksanaan kewajiban ini, sekolah pun digratiskan. Semua anak didik dipahamkan dan dididik dengan akidah, tsaqafah, dan sains hingga anak didik memiliki kepribadian dan pemahaman Islam terkait kehidupan yang benar. Metodenya pun bukan hanya sekedar transfer materi, tapi betul-betul mendidik, membina, dan mendampingi anak didiknya untuk memahami berbagai disiplin ilmu hingga makin bertambah ilmu yang didapat makin meningkat pula ketaatan kepada Rabnya dan semakin bermanfaat untuk orang lain.

Hukum saat ini yang berlaku, tidak mampu membuat para pembully jera. Mereka hanya dihukum beberapa tahun dan terkadang ada potongan hukuman. Sehingga kasus pembullyan tetap bertambah dengan beragam bentuk. Maka jika para orang tua tidak ingin anak-anaknya menjadi korban pembullyan atau bahkan menjadi pembully, maka setiap orang tua harus berperan aktif untuk memahamkan diri, keluarga, masyarakat, dan penguasanya untuk kembali kepada Islam dan menerapkan seluruh aturannya. 

Semoga dengan banyaknya kasus pembullyan yang tidak pernah memuaskan penyelesaiannya ini, bisa membuat umat berpikir dan sadar bahwasanya kita butuh sistem baru yang benar. Yakni syariat Islam, yang mana hanya dengan syariat Islamlah yang mampu menuntaskan berbagai masalah kehidupan. Termasuk masalah pendidikan dan pembullyan di kalangan anak didik. 

Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: