Headlines
Loading...
KDRT Berujung Pembunuhan, Sekulerisme Kapitalistik Makin Jadi Ancaman

KDRT Berujung Pembunuhan, Sekulerisme Kapitalistik Makin Jadi Ancaman

Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)

Kabar tentang kekerasan rumah tangga semakin santer terdengar. Bahkan jumlah kasusnya pun meningkat. Beragam sebab disinyalir memantik kasus KDRT, mulai dari masalah ekonomi, sakit hati, emosi hingga perselingkuhan. 

Sadisnya KDRT, Refleksi Buruknya Sistem

Kasus KDRT makin menyeramkan. Beragam kasus dilaporkan. Diantaranya, kasus pembunuhan yang awalnya adalah kasus KDRT. Pasangan suami istri di Bekasi, sering cekcok dan terlibat KDRT. Beberapa kali kasus KDRT yang dilakukan Nando dilaporkan sang istri ke pihak kepolisian. Hingga kasus KDRT ini berujung pada tindakan pembunuhan yang menewaskan sang istri (detiknews.com,  18/8/2023). Nahasnya, kejadian ini disaksikan langsung oleh kedua anak mereka yang belum juga tertidur saat itu. Hanya penyesalan yang menyelimuti perasaan sang suami. Namun sayang, penyesalan ini tak mampu mengembalikan sang istri ke pelukannya. 

Kejadian serupa juga terjadi di Singkawang. Suami menjadi gelap mata, saat istri mengajukan perceraian. Sang suami akhirnya kalap, dan menikam istrinya. Hingga akhirnya sang istri pun meregang nyawa (detiknews.com, 18/9/2023). 

Betapa buruk keadaan keluarga saat ini. Faktor individu yang minim ketakwaan menjadi pemicu buruknya sikap. Hilangnya kesadaran tentang hakikat diri sebagai individu yang wajib menjaga aturan agama. Sehingga emosi selalu dijadikan pelampiasan jika menghadapi masalah. Kebuntuan berpikir hingga bermuara pada hilangnya akal sehat. 

Tak hanya itu, pola kehidupan yang mengutamakan kebebasan berpikir juga menjadikan manusia lupa tentang fungsi keluarga. Tujuan membentuk keluarga. Berbagai tekanan kehidupan yang ada tak dihadapi dengan kematangan berpikir. Tata aturan kehidupan ditinggalkan demi emosi yang tak terkendali. Keadaan psikis yang terpuruk disolusikan secara praktis melalui perbuatan tak manusiawi. 

Keluarga-keluarga muslim pun telah dirasuki paham liberalisme yang sengaja diembuskan secara terus-menerus oleh Barat. Tanpa disadari, keluarga muslim pun akhirnya terjerat dalam jebakan liberalisme yang beracun. Kebebasan bersikap, kebebasan beragama dan kebebasan menentukan pilihan, menjadi hak yang diagung-agungkan setiap individu. Alhasil, sikap yang terbentuk adalah sikap yang berbahaya dan emosional. Tanpa berpikir panjang tentang segala akibat yang akan ditimbulkan. Pandangan sekulerisme menjadikan suami istri hilang sandaran. Aturan agama tak lagi dianggap sebagai pedoman. 

Tak hanya sekulerisme dan liberalisme. Sistem saat ini pun berpedoman pada konsep kapitalisme. Yakni sistem yang menjadikan materi sebagai sumber kebahagiaan. Ketenangan hidup diukur atas nilai materi semata. Akhirnya, beban keluarga pun semakin berat. Negara tak mampu menjamin kesejahteraan per individu rakyatnya. Rakyat menjadi kelimpungan di tengah beban hidup yang kian berat. Minimnya lapangan pekerjaan layak, ditambah mahalnya berbagai biaya kehidupan. 

Islam, Satu-satunya Sistem yang Menjaga Keluarga

Islam menetapkan bahwa negara adalah pengurus urusan rakyat. Dengan konsep ini, segala kebutuhan rakyat akan dipenuhi negara secara optimal. Tanpa ada diskriminasi ekonomi ataupun agama. Semua warga negara mendapatkan haknya secara utuh dalam mendapatkan fasilitas dari negara. Tersedianya lapangan pekerjaan layak, harga bahan-bahan pokok terjangkau dan terkendali, layanan kesehatan dan pendidikan yang optimal, dan tercukupinya seluruh kebutuhan hidup. Konsep ini hanya mampu terwujud dalam institusi Khilafah. Wadah yang menjadikan akidah Islam sebagai poros kehidupan. 

Rasulullah SAW. bersabda, "Imam (Khalifah) adalah pengurus dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya" (HR. Bukhori dan Ahmad)

Kesejahteraan hidup akan melahirkan ketenangan hidup dalam masyarakat, termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Setiap individu pun senantiasa dijaga keimanan dan konsep ketakwaannya melalui edukasi yang secara kontinyu diberikan oleh negara. Sehingga keimanan mampu menjaga sikap seseorang dalam menentukan pola pikir dan pola sikapnya. Dan mampu berpikir panjang tentang resiko sikap yang diambilnya. Individu pun menjadi cerdas dalam menghadapi setiap masalah kehidupan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu akhlak pada si wanita, hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridai.” (HR. Muslim, no. 1469)

Pasangan suami istri diperintahkam untuk bersabar dalam menghadapi masalah apapun. Dan saling menerima dalam kondisi seperti apapun. Dengan landasan iman dan takwa. Agar ridha Allah SWT. senantiasa tercurah, keluarga pun penuh berkah.

Selain dari faktor keluarga, negara pun mampu semaksimal mungkin menjaga rakyatnya. Melalui berbagai kebijakan yang ditetapkan berdasarkan hukum syara'. Akidah Islam menjadi sumber diterapkannya hukum yang berlaku. Sehingga kekuatan negara mampu mengikat kuat warga negaranya agar senantiasa taat syariat. Dan semua pelanggaran atau maksiat yang terjadi dihukumi berdasarkan hukum syara'. Alhasil, efek jera terbentuk. Sehingga mampu memadamkan rantai kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat.

Betapa sempurna penjagaan Islam terhadap setiap individu muslim. Semua konsepnya mampu dengan optimal menjaga kehidupan, sehingga menjamin keselamatan dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

1 komentar

  1. So, hanya kembali pada sistem Islam sajalah yang akan menjadi solusi terbaik dari segala permasalahan yang ada. Karena penjagaan Islam terhadap setiap individu muslim di tata dengan begitu sempurna. Sehingga semua konsepnya mampu dengan optimal menjaga kehidupan, sehingga menjamin keselamatan dunia dan akhirat. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus