Headlines
Loading...
Lagi-lagi Tetangga Meninggal Tidak Diketahui, Inilah Buah Sekularisme

Lagi-lagi Tetangga Meninggal Tidak Diketahui, Inilah Buah Sekularisme

Oleh. Patmi

Terulang lagi kejadian penemuan mayat di dalam rumah dimana para tetangga tidak mengetahui kapan si mayit meninggal.
Pada bulan November 2022 ditemukan mayat satu keluarga yang berjumlah 4 orang di sebuah rumah yang  berada di Kalideres, Jakarta. Kematian keluarga ini ditemukan setelah tercium bau busuk.

Dan kini lagi ditemukan mayat ibu dan anak di Perumahan Bukit Cinere, Depok. Lebih parah lagi mayat ini sudah jadi kerangka, tapi tetangga juga tidak ada yang tahu. Kecurigaan tetangga muncul karena melihat kondisi rumah yang selalu gelap, rumput yang sudah tinggi, jendela yang berdebu. Padahal dulunya rumah ini menjadi rumah terbaik di kompleks itu. Menurut pengakuan tetangganya, ibu dan anak ini kurang bersosialisasi  dengan warga. Bila dicermati penyebab kejadian ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat dengan lingkungan dan gambaran buruknya silaturahmi dengan tetangga (metro.tempo.co, 10/9/2023).

Allah Swt menciptakan manusia itu sebagai mahkluk sosial yang artinya tidak bisa hidup sendiri, tapi butuh bantuan orang lain. Manusia mempunyai banyak kelemahan dan gampang salah. Jadi manusia butuh untuk berinteraksi dan saling terkait atau membutuhkan, mengingatkan. Manusia butuh berbagi cerita, suka cita, masalah yang dihadapi dan ada rasa saling menjaga dan memelihara. Namun yang kita lihat sekarang manusia berubah menjadi mahkluk individualisme.

Individualisme ini sekarang sudah jadi ciri khas di tengah-tengah masyarakat yang menerapkan sekularisme. Di sistem sekuler ini kepedulian dianggap mengganggu hak asasi manusia, dianggap ikut campur urusan orang lain. Jadi bisa diakui jika sistem sekuler ini telah merampok  interaksi sosial masyarakat di tengah-tengah umat dan menghilangkan hakikat manusia sebagai mahkluk sosial. Jadi tampak dengan nyata kalau sistem sekuler membuat manusia keluar dari fitrahnya. Lantas masihkah negara kita mempertahankan sistem ini?

Landasan sistem sekuler adalah memisahkan agama dari kehidupan, jadi menempatkan kebebasan adalah standar perbuatan dan prilakunya. Manusia bebas menentukan sikap yang dikehendaki di tengah-tengah masyarakat. Juga termasuk sikap anti sosial.
Ketika negara menerapkan sistem ini, negara tidak mempermasalahkan kelakuan masyarakat yang anti sosial, cuek, dan semau sendiri. Karena negara di sistem ini menjamin kebebasan berprilaku individu karena bagian dari hak asasi manusia. Sistem sekuler membangun hubungan manusia hanya sebatas kepentingan materi, sebab standar kebahagian yang dipahami adalah ketika semua kemauan dan kebutuhan bisa terpenuhi, harta, kekuasaan, ketenaran dan sebagainya.

Dari pemahaman ini maka muncul sikap bila sudah terpenuhi itu semua mereka tidak butuh orang lain, cuek. Padahal sehebat hebatnya manusia tetap akan butuh bantuan orang lain, ini bisa di buktikan dengan sering ditemukan orang meninggal tanpa diketahui tetangganya.

Berbeda dengan masyarakat yang terbentuk dengan sistem Islam yaitu daulah Khil4f4h. Islam menjadikan kepedulian dengan sesama manusia (tetangga) adalah perilaku mulia dan menjadi kewajiban.
Rasulullah saw bersabda; “ Barang siapa yang  beriman  kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tetangganya” (Muttafaqun 'alaih). 

Islam memiliki mekanisme untuk terwujudnya kepedulian masyarakat. Aturan Islam mengembalikan manusia sebagai mahkluk sosial pada tata aturan kehidupan. Ini semua akan diwujudkan oleh Khil4f4h sebagai pelaksana dan penegak hukum Islam. Islam punya pandangan khusus dan shahih tentang bagaimana kewajiban keluarga, masyarakat, dan negara terbentuk. Dalam pandangan Islam, masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki perasaan, pemikiran dan aturan yang sama dan di dalamnya terjadi interaksi berdasarkan aturan Islam.

Interaksi ini tidak terbatas pada muslim saja, kaya, miskin, suku, golongan, tapi kepada semuanya. Sistem Islam yang diterapkan khil4f4h baik dalam ranah keluarga, masyarakat, maupun negara harus  berlandaskan aqidah Islam, bukan manfaat yg bersifat materi. Keluarga, masyarakat dan negara harus dibentuk untuk mewujudkan misi penciptaan manusia yaitu hamba Allah yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah, sesuai firman Allah di Surah Adz-Dzariyat ayat 56, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dan menurut Islam standar bahagia adalah ketika rida Allah digapai bukan materi. Kemuliaan manusia tidak dilihat dari kekayaan atau capaian kesuksesan duniawi, tapi dari seberapa besar ketakwaan kepada Allah.
Standar inilah yang menjadikan masyarakat di sistem Khil4f4h menjadi saling memperhatikan, tolong menolong dan peduli kepada sesama. Jadi tidak akan ada kejadian kematian yang tidak diketahui oleh tetangganya hingga berhari-hari. [Ys]

Baca juga:

3 komentar

  1. Sepakat bunda hanya dengan sistem Islam kehidupan tertata, interaksi manusia berjalan sehat.

    BalasHapus
  2. Ketika sistem Islam diterapkan tak akan ada permasalahan seperti ini di lini kehidupan saat ini. So, intinya mari terapkan sistem Islam secara sempurna. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus