Headlines
Loading...
Oleh. Bibit Sri Utami (Pengamat Masalah Sosial)

Berbagai bencana kembali terjadi di tanah air. Gempa bumi, tanah longsor, banjir juga angin besar. Begitu miris karena korbannya banyak dan efeknya sangat berat.

Secara geografis, Indonesia adalah negara dengan banyak potensi bencana. Namun, kesadaran akan adanya bencana masih sangat minim, hal ini dikarenakan mitigasi bencana sangat lemah. Hal ini terbukti dengan banyaknya korban jiwa dan harta benda tatkala bencana terjadi.

Begitu nyata firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ar Rum (30 : 41)
Yang artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan laut karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki yang demikian agar mereka merasakan akibat ulah perbuatan mereka."

Ini nyata terjadi, namun banyak manusia yang abai dan menganggap ini kejadian alam semata. Sungguh manusia lalai mengingat Allah dan segala yang terjadi di muka bumi ini.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan per 9 juni 2023 telah terjadi 1.726 bencana alam. Banjir merupakan jenis bencana paling tinggi, disusul dengan cuaca ekstrim, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, dan sebagainya.

Sepekan terakhir ini (3-9 juli 2023) telah terjadi 37 bencana di wilayah Aceh, Sumatra Selatan, Jabar, Jatim, Bali, NTT, dan Kalimantan. Selain itu, Lumajang juga ditetapkan tanggap darurat 14 hari banjir lahar dingin Semeru. Kemudian ribuan rumah warga di Sumbawa terendam banjir dan sederet bencana yang lainnya. Dikutip MNC (13 Juli 2023).

Indonesia dikatakan rawan bencana alam, karena Indonesia terletak dipertemuan tiga lempeng perut dasar bumi. Adanya pergerakan lempeng ini, menjadikan Indonesia rentang terjadi bencana alam. Khususnya di bidang ekologi, seperti gempa bumi tektonik, tsunami hingga erupsi gunung berapi.

Banyak pengamat membuktikan bahwa mitigasi di negeri ini sangat buruk. Mitigasi bencana adalah langkah yang dilakukan guna mengurangi atau memperkecil dampak bencana baik itu sebelum, saat terjadi dan setelah terjadi.

Misalnya kurangnya pengawasan pada penjagaan hutan sebagai paru paru bumi dan resapan air. Maraknya penebangan liar yang tidak teratasi secara total, kebakaran hutan oleh pihak yang berkepentingan, hutan gundul tanpa penanaman kembali (reboisasi). Ini adalah salah satu penyebab hilangnya areal resapan air, akar penopang tanah sehingga mudah longsor dan terjadi banjir.

Kurangnya ketegasan negara dalam mengedukasi rakyat tentang langkah-langkah perawatan, penjagaan hutan lindung atau alam sekitar, dan cara penanggulangan bila terjadi bencana ini juga merupakan salah satu faktor yang harus dikaji dan difahamkan pada rakyat.

Terlebih abainya pihak pemerintah dalam penanggulangan sektor bencana alam, merupakan fakta yang nyata dan sangat dirasakan bagi yang terdampak bencana. Banyak korban bencana yang hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun belum juga mendapatkan uluran tangan bantuan dari pemerintah, hanya uluran tangan pihak kemanusian yang nyatanya terbatas. Mereka banyak yang masih tinggal di tenda darurat, belum mempunyai tempat tinggal yang pasti karena bekas tempat tinggal mereka pun belum terjamah perbaikan dari pihak negara. Perencanaan perbaikan infrastruktur tempat tinggal korban bencana mangkrak tanpa solusi yang pasti. Mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda bahkan keluarga. Tidak dipungkiri mereka stres buntu tidak ada jalan yang membuka celah untuk bangkit dari keterpurukan dampak bencana.

Pasca bencana mereka hanya seketika mendapat bantuan sekedarnya. Setelahnya pemerintah abai dan nyata tidak tuntas dalam mengatasi korban bencana. Lagi-lagi dalih keterbatasan dana alokasi tanggap bencana alam menjadi alasan yang selalu dipropagandakan. Menggadaikan sisi kemanusiaan dan mengesampingkan keselamatan jiwa rakyat.

Dalam sistem pemerintahan Islam, tentu hal seperti yang terjadi di negeri ini, ada solusi yang menuntaskan, karena dalam kaidah Islam penguasa itu harus kaffah dalam memimpin negara. Karena kelak di akhirat ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. tidak sepintas lalu. Penguasa harus benar-benar berperan mutlak dalam mengurusi seluruh urusan umat tanpa kecuali.

Salah satu contoh dalam penanggulangan korban bencana alam, mitigasi akan benar-benar diupayakan dengan maksimal sehingga rakyat yang terdampak tidak berterusan dalam kubang kesedihan dan keterlantaran.
Baitul mal sebagai penyimpan kas negara akan berperan optimal dalam mengurusi dampak bencana.Tanpa hambatan pihak-pihak koruptor maupun pihak penyeleweng yang lainnya, hal ini akan tepat sasaran. Karena sistem Islam berpegang pada hukum Allah, bukan hukum buatan manusia yang selalu berubah, mudah goyah atau penuh kebohongan, dan tidak bisa dipegang sebagai pedoman umat.

Namun, karena negeri ini berlandas dan berkiblat pada sistem demokrasi kapitalis, yang efeknya sama-sama kita rasakan, yakni menyengsarakan rakyat. Pemimpin abai dengan tugasnya sebagai ri'ayah umat. Hanya sekelompok umat tertentu yang merasakan sentuhan madu buah sistem kapitalis, sedangkan yang lainnya selalu jadi sasaran mangsa penguasa yang dzolim. Kebahagiaan, kesejahteraan umat tergadaikan.

Semoga sistem yang mencengkeram ini segera berakhir dan Islam kembali tegak memimpin peradaban dunia. Allahuakbar!
Wallahu'alam bishawab. [Hz]

Baca juga:

2 komentar

  1. Terkadang begitulah, orang yang memiliki kekuasaan dan jabatan sewenang-wenang menindas rakyat bawahan. Itulah mengapa pentingnya sistem Islam ditegakkan agar rakyat terjamin. Karena dengan sistem syariat Islam dari tatanan terkecil sekalipun solusi terjamin... So, mari terapkan Islam secara menyeluruh. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya.

    BalasHapus
  2. Hanya sistem islam yang adil, dan mampu memberi memberi penjagaan kepada seluruh umat. Yaitu dengan menyentuh akidah umatnya, memberikan edukasi serta pemahaman akan pentingnya menjaga lingkungan serta penyelesaian masalah yang betul-betul solutif bila bencana alam terjadi . Oleh karenanya umat akan terayomi dengan baik baik-baiknya.

    BalasHapus