Headlines
Loading...

Oleh. Ummu Faiha Hasna 

Islam adalah agama yang mendorong untuk membudayakan literasi kepada setiap umatnya. Hal ini sejalan dengan peristiwa turunnya Al-Quran yang menjadi pedoman dan tutunan kepada umatnya agar terhindar dari kesesatan. 

Sebagaimana baginda Nabi Saw,. pernah bersabda: " Saya meninggalkan dua pusaka kepada umatku yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Barangsiapa yang memegang teguh kepada-Nya niscaya tidak akan pernah merasakan kesesatan selama-lamanya.

Dengan ayat yang pertama kali turun, Allah berfirman: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu.”(TQS Al-Alaq:1).

Yang paling penting adalah iqro yang artinya membaca. Mengapa Allah memerintahkan membaca? karena dengan membaca kita akan mengetahui dunia dan isinya, dan dengan membaca kita telah membuka kunci pengetahuan dan wawasan. 

Sahabat Surga Cinta Quran dimanapun kalian berada, sampailah pada saat ini tentunya membaca tidak bisa lepas dengan menulis. Inilah yang disebut dengan literasi.
Islam hari ini dapat berjaya,  mengingat banyaknya peran ulama yang gemar membaca dan menulis. Sehingga ilmu itu baik ilmu agama maupun ilmu dunia tersebar luas sampai ke seluruh penjuru dunia meskipun mereka telah tiada.

Mungkin ada yang pernah mengetahui sejarah, bahwa di masa kekhalifahan Utsman bin Affan, tepat tahun 15 Hijriyah terjadi perbedaan pembacaan Al-Qur'an di kalangan umat Islam karena beragamnya lembaran mushaf yang beredar. Kekhawatiran berupa perpecahan diantara kaum muslimin pun dirasakan langsung oleh Khalifah Utsman. 

Beliau berkata dalam khutbahnya, "kalian yang berada di dekatku saja ikhtilaf (berbeda pendapat) tentang al Qur'an, membaca dengan lahn (kondisi kesalahan atau menyimpang dari kebenaran), jadi wajar jika orang-orang yang jauh dariku di kota-kota lain lebih parah perbedaan dan kesalahan dalam membacanya.
Berkumpullah wahai sahabat-sahabat Muhammad, tulislah untuk manusia al-Imam (acuan dalam Mushaf mereka)."

Pada zaman Utsman bin Affan tersebarlah mushaf-mushaf lain dikalangan umat Islam. Seperti mushaf Ibnu Mas'ud dan mushaf Ubay bin Ka'ab radhiyallahu Anhuma. Perbedaan ini sesuai dengan tujuh huruf (dialek) yang Al-Qur'an memang diturunkan demikian. Dan ketika Hudzaifah pulang dari Armenia dan Adzarbaijan, maka Sang Khalifah diberi usulan olehnya agar mengumpulkan seluruh mushaf demi menyatukan kaum muslimin.

Huzaifah bin Yaman radhiyallahu Anhu,  menghadap Utsman bin Affan, kemudian  menceritakan kepada sang Khalifah perihal pernikahan kaum muslimin dalam qira'ah Al-Qur'an: "Wahai Amirul Mukminin cegahlah umat Ini sebelum mereka berselisih tentang Al-Qur'an sebagaimana permusuhan kaum Yahudi dan Nasrani".

Oleh karenanya, Utsman mengutus seseorang kepada Hafshah, seraya meminta: 
Pinjamkanlah kepada kami lembaran-lembaran yang ada Anda (mushaf Al-Qur'an pertama) karena kami akan menyalinnya ke dalam mushaf-mushaf, dan setelah itu kami akan mengembalikannya. Hafsah pun meminjamkannya kepada Utsman.” 
(HR. At Tirmidzi*) 

Ibnu Athiyyah menerangkan bahwa lembaran-lembaran berisi ayat-ayat Al-Qur'an yang dikumpulkan pada masa Abu Bakar disimpan di sisinya. Lalu disimpan oleh Umar bin al Khathtab sepeninggal Abu Bakar. Kemudian disimpan oleh Hafshah sepeninggal ayahnya (Umar bin Khathtab) yaitu pada zaman Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu. Utsman pun memerintahkan empat sahabat dalam tugas ini, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin az Zubair, Sa'id bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam Radhiyallahu Anhum. Mereka ditugaskan untuk menyalin mushaf pertama yang dikumpulkan pada masa Abu Bakar menjadi beberapa mushaf

Zaid sendiri berasal dari kaum Anshar, sedangkan tiga sahabat terpilih lainnya adalah orang Quraisy (dari kaum Muhajirin). Sang Khalifah sempat berpesan bahwa apabila tiga sahabat itu berselisih paham dengan Zaid tentang lafadz (bacaan) dalam Al-Qur'an, maka hendaknya ditulis dengan dialek Quraisy. Maka mereka segera melaksanakan perintah tersebut hingga selesai. Lalu, Amirul Mukminin mengirimkan mushaf-mushaf salinannya ke beberapa wilayah Islam. Hingga akhirnya bersatulah kaum muslimin di atas mushaf Utsmani.

Demikianlah, dengan kebijakan khalifah tersebut, umat dapat bersatu. Dan dengan ini Islam telah terbukti mampu mempersatukan keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan. Persatuan itu terwujud ketika Islam diemban sebagai ideologi negara. Negara itu bernama Khilafah. 

Namun, sampailah pada saat ini, masa yang menyedihkan pada umat manusia. Karena dalam kehidupan sistem kapitalisme yang terjadi saat ini, justru keterpecahan di tengah umat. Bagaimana tidak, umat muslim kini tersekat-sekat oleh nasionalisme. Bukan hanya itu, isu keberagaman SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) sering menyebabkan konflik di masyarakat. 

Inilah yang terjadi ketika penerapan hukum lahir dari pemikiran manusia yang lemah dan terbatas. Maka, persatuan umat tidak akan pernah kita raih tanpa penerapan Islam kafah dalam naungan sistem Islam yang mensejahterakan. Karenanya, sejatinya sistem Islam datang dari Sang Pencipta alam semesta dan seisinya, yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Betapa bersyukurnya diri ini bisa mengenal komunitas SSCQ. Kini, saya temukan hanya di komunitas hebat SSCQ untuk bisa belajar menulis. Sebab di komunitas ini kita dibekali belajar menulis opini demi kebangkitan menuju Islam Kafah.

Semoga kita bisa menjadikan literasi Al-Qur'an di komunitas ini sebagai sahabat kita. Kita memanfaatkan detik-detik kehidupan dengan berusaha semampu kita  membumikan budaya literasi dengan keadaan yang luar biasa bersama komunitas SSCQ dengan semangat yang tak putus-putusnya. 

Dimulai dengan membaca al-Qur'an, membaca terjemahnya, serta menuliskan ayat berkesan dari setiap ayat-ayat yang kita baca. Disinilah kita diajak merenungkan sejauh mana literasi Al-Qur'an dalam keseharian kita. Sebab, kitab suci umat muslim ini bukan sekedar untuk dibaca, namun sejatinya Al-Qur'an diturunkan oleh Allah untuk diamalkan dan dijadikan petunjuk jalan bagi orang-orang yang beriman serta bertawakal.

Maka dari itu, dakwah harus tetap berjalan bisa lewat lisan ataupun tulisan. Dengan tulus niat lillah untuk menyampaikan kebenaran Islam. Wallahu A'lam bishshawab. [ry]

Baca juga:

1 komentar

  1. SSCQ tempat terbaik tiada tanding, semua diajarkan dan dibimbing didalamnya. Senang sekali bisa menjadi bagian darinya, karena dari yang tak pernah khatam Al-Qur'an, juga tak pernah paham literasi? Maka disini memulainya.... Berdakwah melalui goresan pena tanpa harus berucap satu kata. Barakallah Mbak Naskahnya, Next ditunggu naskah terbaiknya.

    BalasHapus