Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Zahra Fikr

Sayyidina Ali r.a. pernah berkata bahwa "Jika kau ingin melihat masa depan sebuah negara lihat pemuda-pemudinya pada hari ini."
Ungkapan Sayyidina Ali ini perlu kita perhatikan. Ketika kita melihat realita di depan mata bahwa remaja saat ini sedang hilang arah. 

Terbukti banyak kasus kejahatan di negeri ini yang dilakukan oleh remaja. Beberapa fakta yang ditemui diantaranya, kasus penikaman siswa sekolah di salah satu SMA Negeri Banjarmasin oleh teman sekolahnya sendiri. Pelaku adalah teman dekat sejak di bangku SD. Dia mengaku melakukan tindakan tersebut kepada korban karena kerap dibully (regional.kompas.com, 2/8/2023).

Kemudian di tempat lain terjadi kasus pembunuhan Mahasiswa (UI) depok, berinisial MNZ (19 tahun) oleh kakak seniornya lantaran pelaku iri dengan kesuksesan korban dan ingin mengambil barang berharganya. Ternyata pelaku juga terlilit bayar kosan dan pinjaman online (news.republika.co.id, 5/8/2023).

Fakta tersebut hanyalah segelintir saja. Nyatanya di luar sana banyak kasus kejahatan dan menyimpang yang diperbuat para remaja. Kita pun jadi mengelus dada dan geleng kepala. Miris, remaja yang seharusnya menjadi harapan bangsa justru malah mengalami degradasi moral jauh dari harapan.

Terjadinya degradasi moral yang merupakan kemerosotan akhlak atau budi pekerti ditandai dengan perilaku negatif. Perilaku negatif yang diperbuat remaja diantaranya seperti perilaku anarkis dan kekerasan, pencurian, tawuran, perundungan, penggunaan narkoba, penyimpangan seksual, penggunaan bahasa yang tidak baik.

Hal ini menjadi bukti sekaligus koreksi bahwa sistem pendidikan saat ini tidak mampu mewujudkan generasi cerdas, beriman, bertakwa serta memiliki budi pekerti luhur. Padahal sistem pendidikan memiliki andil penting dalam melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang unggul dalam estafet kepemimpinan bangsa.

Fenomena degradasi moral remaja yang terjadi ini tidak lepas dari pengaruh keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Selain itu, pengaruh terbesar datang dari sistem yang diadopsi negara saat ini.

Ya, saat ini negara menerapkan sistem kapitalisme. Ideologi yang mengutamakan keuntungan dan manfaat materi sebanyak-banyaknya.

Sistem kapitalisme ini berasaskan sekularisme. Yaitu, pemisahan agama dari kehidupan. Termasuk pemisahan agama dalam pendidikan dan pemerintahan. Atas nama hak asasi manusia, manusia bebas berbuat apapun tanpa pikir panjang. Tak peduli ada dosa dan sanksi. Agama dikesampingkan, tidak boleh mengatur urusan kehidupan. 

Bagaimana tidak, pertama dari sisi keluarga. Orang tua harus rela siang dan malam bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga serta mendapatkan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya. Sebagian orang tua berpikir bahwa pendidikan swasta lebih baik. Namun, kenyataannya pendidikan swasta saat ini tidaklah murah dibanding pendidikan negeri. Orang tua saat berpikir untuk sekolah yang bagus dan berkualitas harus siap merogoh kocek lebih dalam. Berharap dengan bersekolah di swasta menjadi berakhlak baik sesuai harapan. Alhasil berdampak tidak terpenuhi hak anak akan pendidikan dan pengasuhan dari orangtua karena kesibukan di luar.

Kemudian dari sisi pendidikan sekolah. Kurikulum yang digunakan mengesampingkan pendidikan agama. Kurikulum tidak berlandaskan pada akidah Islam. Kalaupun ada dengan landasan akidah Islam itu hanya di beberapa sekolah swasta tertentu. Itu pun hanya dijangkau oleh masyarakat yang mampu saja.

Selain itu aspek agama dalam pendidikan juga dijauhkan. Orientasi pendidikan hanya pada nilai yang bagus, mendapat peringkat di sekolah. Ketika sudah lulus dapat ijazah, pekerjaan yang layak dengan gaji besar, untuk kehidupan yang lebih baik.

Begitulah pendidikan sekuler saat ini yang memisahkan agama dan pendidikan. Pendidikan sekuler akan menghasilkan peserta didik yang sekuler pula. Sehingga minim akhlak dan adab. Hasilnya, remaja galau tak punya arah yang jelas dalam hidupnya.

Selanjutnya, ketiga adalah faktor masyarakat. Masyarakat telah kehilangan fungsi kontrol untuk amar makruf nahi mungkar. Hal ini akibat dangkalnya pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya. Sehingga pemikiran dan perilaku masyarakat jauh dari syariat. 

Ditambah lagi gempuran media sosial yang saat ini mudah diakses oleh siapapun. Diantaranya tayangan, tontonan, dan musik-musik sekuler telah mudah membius remaja. Mereka terbangkitkan hasrat seksualnya. Maka wajar jika remaja banyak galau dan bermental rapuh.

Lalu Bagaimana, Akankah ini Dibiarkan Saja?

Islam selalu punya solusi. Apapun masalah yang dihadapi. Remaja yang berjiwa produktif dan penuh energi membutuhkan Islam.

Remaja itu seperti bayi yang masih butuh orang tua untuk mengurusi hidupnya.
Remaja butuh bimbingan, tuntunan, dan keteladanan dari orang-orang dan lingkungan sekitarnya.

Dalam Islam, keluarga, masyarakat, dan negara punya peran dalam masa depan remaja. Ketiganya bersinergi dalam membentuk generasi.

Keluarga, adalah tempat pendidikan utama dan pertama bagi anak. Orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan asasi keluarga, menanamkan akidah Islam pada anak, juga memberikan kasih sayang dan cinta sepenuh jiwa.

Masyarakat juga memberikan kasih sayang kepada remaja, melalui aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar. Masyarakat tidak sungkan mengingatkan remaja jika mereka melakukan perilaku buruk yang mendatangkan dosa.

Negara pun punya peran tak kalah penting. Negara adalah pihak yang punya kuasa untuk memberikan aturan dan sanksi yang tegas jika terjadi pelanggaran terhadap aturan Allah Swt. Negara juga menjamin pendidikan Islam yang berasas akidah terlaksana. Tentu pendidikan yang berkualitas  dan gratis bagi warga negaranya.

Begitulah sistem Islam memberikan penjagaan terhadap para remaja.  Sehingga remaja tidak menjadi generasi yang hilang arah. Namun, menjadi generasi terbaik di masa depan. Sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Swt dalam QS. Ali Imran : 110,  yang artinya :

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. 

Wallahualam bishawab. [Ys]

Baca juga:

1 komentar

  1. Yups hanya dari sistem Islam sajalah yang mampu menyelesaikan segala persoalan apapun. Apalagi di era gencarnya para remaja yang tak tahu arah dan tujuan hidupnya karena segi sistem yang tak mendukung apa-apa. So, Kembali ke sistem Islam sajalah yang dapat menyelesaikannya. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus