Headlines
Loading...
Oleh. Radiyah Ummu Ar-Rafa 

Siapa yang pernah mendapatkan tanda cinta dari orang yang dicintai? Kamu pernah kan dapat tanda cinta? Pasti pernah dong! Tanda cinta itu tidak harus mahal dan tidak harus mewah. Yang penting bisa membuat seseorang yang dicintai merasa bahagia, itu sudah cukup. Cie...cie...cie...cie.

Itulah idealnya tanda cinta, akan membuat bahagia. Bagaimana dengan tanda cinta dari penguasa, mampukah membuat kita bahagia? 78 tahun sudah Indonesia merdeka, ternyata usia yang tak lagi muda. Sudahkah kita merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya?

Miris sekali jika melihat kondisi negeri yang kita cintai saat ini, ketika aturan buatan manusia yang diterapkan, sistem kapitalisme sekularisme membuat kesenjangan sosial terjadi dimana-mana. Yang kaya semakin kaya dan bisa tertawa, yang miskin semakin merana dan menjerit menahan rasa sakit.

Kenaikan BBM yang terjadi ditengah malam, saat masyarakat tertidur lelap. Minyak goreng dan kenaikan bahan pokok serta barang-barang yang lainnya yang langka dan harganya luar biasa, pendidikan yang mahal, biaya kesehatan yang menguras kantong seolah yang miskin tak boleh sakit. Keamanan yang sulit didapat karena pencurian dan begal terus meningkat, membuat masyarakat sangat tidak nyaman dan tidak aman.

Rakyat miskin, jangan ditanya lagi berapa jumlahnya. Seolah terus dipelihara di negeri yang kaya raya akan sumber daya alamnya. Narkoba masih terus beredar dari kota hingga pelosok desa, LGBT tak kunjung selesai bahkan semakin menggila dengan dalih hak asasi manusia dan berhak untuk bahagia.

Masih ada jalan umum yang berlobang, saat melintas bagaikan naik kapal yang bergoyang. 

Semua itukah tanda cinta dari penguasa untuk kita rakyat Indonesia? Wahai negeriku tercinta, sesungguhnya kita belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya selama kita masih hidup terbelenggu dengan sistem buatan manusia, kapitalisme sekularisme.

Manusia dengan sifatnya yang lemah, terbatas, serba kurang dan membutuhkan pada yang lainnya. Pasti sesuatu yang dihasilkannya pun juga lemah, terbatas dan serba kurang. Termasuk aturan yang dibuatnya, pasti akan seperti sifat yang ada didalam dirinya, yaitu lemah, terbatas dan serba kurang.

Oleh karena itu, kita membutuhkan sesuatu yang tidak lemah, tidak terbatas, tidak serba kurang dan tidak membutuhkan pada yang lainnya, yaitu Allah SWT. Allah adalah Al-Khalik (Sang Pencipta) dan Al-Mudabbir (Sang Pengatur).

Allah yang telah menciptakan alam semesta, manusia dan hidup. Allah yang telah menciptakan semua yang ada di langit dan di bumi. Allah juga yang memberikan seperangkat aturan kehidupan agar kita tidak tersesat, agar kita tidak salah dalam menjalani kehidupan. Aturan yang telah sempurna tertuang didalam Al-Qur'an yang mulia. 

Allah telah mengingatkan kita didalam Al-Qur'an, QS. Al-Maidah ayat 50, yang artinya: 
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"

Tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah yang Maha Baik, Maha Segalanya. Dengan kembali menerapkan aturan Allah secara kafah (menyeluruh),  kemerdekaan yang sesungguhnya pun akan bisa kita rasakan. Allahu Akbar. [ry]

Tanjung Morawa, 17 Agustus 2023

Baca juga:

1 komentar

  1. MasyaAllah Tabarakallah, Barakallah Bunda Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus