Headlines
Loading...
Teguhkan Hati, Tingkatkan Ikhtiar di Atas Rata-rata

Teguhkan Hati, Tingkatkan Ikhtiar di Atas Rata-rata

Oleh. Netty al Kayyisa  
 
Hari ini, dakwah tak lagi mudah. Banyak tantangan meski peluang juga tak bisa diremehkan. Perkembangan teknologi menjadi salah satu alat yang mempermudah dakwah. Ide semakin cepat berkembang dan tersebar.  
 
Sebaliknya, ujian juga semakin berat. Di tengah kehidupan yang serba kapitalistik, impitan ekonomi sering menjadi sandungan. Belum lagi persekusi, perundungan, caci-maki dan ancaman kesulitan kehidupan. 
 
Tak dimungkiri kondisi ini banyak berpengaruh pada pengemban dakwah. Satu per satu mulai enggan melangkah. Kesibukan dunia dijadikan alasan untuk istirahat bahkan keluar dari gerbong dakwah.  
 
Sebagian juga merasa kenapa dakwah ini sangat lama. Sudah banyak cara dilakukan kok tidak segera mendapat pertolongan. Hingga kejumudan datang. Menjadi menghalang untuk tegak dijalan dakwah. 
 
Kawan, sudah hilangkah ingatanmu pada Baginda junjungan? Beliau teladan mulia dalam setiap pergerakan. Meski hanya dengan menengadahkan tangan, memohon pada yang Kuasa pasti akan dikabulkan, tapi Rasulullah tak melakukan itu kecuali dengan ikhtiar maksimal.  
 
Beliau tidak hanya bersandar pada doa semata atau pada ibadah mahdah saja. Tapi juga ikhtiar yang sangat banyak dan beraneka ragam. Hingga Allah memenangkan atas dakwah ini dengan tegaknya daulah Islam di Madinah pertama kali.  
 
Lihatlah, bagaimana upaya Rasulullah ketika mendatangi Thaif dan kabilah-kabilah lain untuk menyampaikan dakwah. Di Thaif dengan harapan bertemu dengan saudara-saudara dari pihak ibu, beliau menyampaikan dakwah pemikiran. Mengajak menyembah kepada Allah Yang Esa dan meninggalkan berhala-berhala mereka.  
 
Perlakuan apa yang Rasulullah dapatkan? Apakah karena beliau seorang Nabi dan Rasul lantas dakwah selalu dimuluskan? Ternyata tidak. Dakwah beliau di tolak dengan sangat keras. Di lempari batu, diarak hingga keluar Thaif. Disoraki dengan sebutan gila hingga beliau terluka.  

Meleleh air mata ini mengingatnya. Sosok yang begitu mulia, dilecehkan orang-orang kafir yang hina. Hingga beliau beristirahat di sebuah kebun di bawah pohon kurma, beliau berdoa, sebagaimana dinukil oleh Imam at-Thabrani dalam al-Mujam al-Kabir, al-Baghdadi dalam al-Jami' li Akhlaq ar-Rawi,  
 
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
 
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maha Rahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu,"  
 
Bumi bergetar. Gunung-gunung menegang. Malaikat Jibril pun merasa terluka mendengar doa Baginda. Hingga malaikat Jibril menyampaikan pesan Rabbnya; "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu,"  
 
Apakah maksudnya? Ya hanya dengan satu perintah Baginda, gunung-gunung yang mengapit Thaif kala itu akan menjadi satu dan menghancurkan penduduknya. Meratakan kediaman mereka dan menghancurkan kota dan seisinya.  
 
Tapi lihatlah betapa lembutnya hati Baginda. Alih-alih memberi penduduk Thaif pelajaran, Nabi Muhammad justru menjawab dengan lembut, "Tidak. Aku mohon mereka diberi tangguh waktu. Ke depannya, mudah-mudahan Allah berkenan melahirkan dari mereka generasi yang akan menyembah-Nya tanpa mempersekutukan dengan sesuatu apa pun,"  
 
Kisah ini sangat apik terekam dalam kitab Kelengkapan Tarikh Rasulullah susunan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 
 
Setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah perjalanan Rasulullah ke Thaif ini. Dapat kita aplikasikan dalam dakwah hari ini. Sehingga kita layak mendapat pertolongan Allah dan kemenangan akan segera terwujud.  
 
Pertama, hanya Allah tempat kita bersandar. Doa menjadi kekuatan. Siapakah yang bisa membolak balikkan hati selain Allah Sang Pemilik Kerajaan? Langitkan harapan dan doa-doa panjang, ketika hendak melangkah ke medan perang pemikiran. Semoga dari lisan kita, menjadikan seseorang terbuka hatinya dan mengikuti jejak baginda menyebarkan Islam. Menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Sebut nama-nama orang yang kita dakwahi. Mohonkan dengan segenap kepasrahan diri. Semoga Allah membuka pintu hati untuk menerima dakwah ini.  
 
Kedua, tawakal hanya kepada Allah. tawakal bukan berarti pasrah bongkokan. Tawakal bukan berarti berpikir pragmatis dan apa yang ada di depan. Tawakal adalah mewakilkan semua urusan hanya kepada Allah, termasuk dakwah ini. Kita wakilkan kepada Allah dengan penuh kesadaran. Maka Allah yang akan menyampaikan setiap kata yang keluar dari lisan. Allah yang akan membukakan hati-hati yang gersang untuk menerima kebenaran. Allah yang akan menjaga setiap yang keluar dari lisan kita penuh kekuatan hujjah dan membawa hidayah. Pasrahkan, wakilkan pada Allah.  
 
Ketiga, ikhtiar maksimal. Meski Allah menjanjikan Islam akan menang. Islam akan berkuasa. Khilafah akan tegak kembali di bumi kita, bukan berarti kita hanya pasrah dan menyerah. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, beliau mendatangi setiap tempat, setiap kabilah untuk menyampaikan Islam. Begitulah seharunya kita. Mencari setiap peluang, setiap titik dan setiap kerumunan massa menjadi lahan dakwah kita. Hingga tak pernah terbersit sedetik saja, kejumudan atau alasan sudah tidak ada peluang di tempat saya tinggal. Benarkah? Atau  hanya ikhtiar kita yang belum maksimal? Istirahatlah sebentar dari hiruk pikuk dunia. Istirahatlah sebentar dari banyaknya aktivitas nyata. Bukan berarti kita pasrah atau menyerah. Sejenak lakukan perenungan dan muhasabah. Duduk dan berpikir serius dalam menghadirkan cara-cara dakwah yang bisa diterima masyarakat. Harus dengan jalan bagaimana? Dengan cara apa? Pikirkanlah yang terbaik. Lakukan dan terus kontrol serta evaluasi berkelanjutan. Dengan ikhtiar maksimal, insyaallah akan ada hati tercerahkan.  
 
Kawan, begitulah Baginda mencontohkan. Beliau senantiasa memikirkan cara terbaik dalam dakwah. Tak mengenal putus asa dan menyerah. Teguhkan hati, tingkatkan ikhtiar di atas rata-rata, dan bersandarlah hanya pada Allah semata. Insyaallah Allah akan kumpulkan kita di surgaNya dengan Baginda mulia. Ya Rasulullah ..., kami rindu. [My]

Baca juga:

1 komentar

  1. MasyaAllah Tabarakallah, Naskah yang sangat memotivasi sekali. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️

    BalasHapus