Headlines
Loading...
Oleh. Yuliati Sugiono 

Apa yang terbayang jika kita mendengar kata Bali? Pura, sesajen, ngaben atau mungkin eksotisme turis yang berjemur di pantai-pantai Bali. Tentu ini tidak salah karena Bali memang dikenal dengan pulau Dewata, pulau seribu pura. Dan ini memang mengundang banyak turis datang. 

Namun perjalanan saya ke Bali kali ini bukan untuk itu. Tetapi saya akan menginfokan unseen Bali yang mungkin masih sedikit orang mengetahuinya. Di Uluwatu seiring dengan perkembangan zaman, tidak hanya pantai dengan ombak besar untuk surfing tapi ada berdiri pondok pesantren yang bernama Al Jabar. Pondoknya tidak besar tapi kokoh berdiri di tengah tanah kapur Uluwatu.  

Tidak hanya di Uluwatu, di Tabanan pun ada ponpes tahfidz Sulaimaniyah. Berdiri di tengah-tengah pemukiman penduduk, kurang lebih 200 meter dari situ sudah ada pantai. Menariknya ponpes ini terafiliasi dengan Turki karena pendirinya berasal dari Turki, yaitu Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan.

Beliau lahir tahun 1888 M/1305 H di Kota Silistra di perbatasan Bulgaria. Ayahnya adalah Hocazade Osman Fevzi Efendi (1845–1928) menyelesaikan pendidikannya di Istanbul dan menjadi guru di Madrasah Satırlı dan Madrasah Hacı Ahmet PaÅŸa di Silistra. Ibundanya bernama Khadijah Hanım. Kakeknya bernama Mahmud Efendi yang juga dikenal dengan nama Kaymak Hafiz yang wafat ketika usianya hampir menginjak 110 tahun. Garis keturunan keluarga terhormat, yang terkenal dengan gelar Hocazade, ini sampai kepada Sayyid Idris Bey. Pada masanya, Sayyid Idris Bey diangkat sebagai Tuna Khan (Gubernur Kota Tuna) oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Selain itu, sang Sultan juga menikahkannya dengan adik perempuannya.

Suatu hari ketika Osman Efendi, ayah dari Sulaiman Efendi, masih menjalani masa pendidikannya di Istanbul, ia mengalami sebuah mimpi yang menarik. Dalam mimpinya, dia melihat salah satu bagian tubuhnya terbang ke langit, lalu mulai memancarkan cahaya ke seluruh dunia. Dia menafsirkan mimpinya itu sebagai pertanda bahwa, “Salah seorang dari keturunannya kelak akan menjadi pelita dan penerang dunia secara batiniyah." Setelah kembali ke Silistra, Osman Efendi pun menikah. Ketika memiliki keturunan, dia berusaha mencari manakah di antara anak-anaknya yang memiliki ciri seperti yang ada dalam mimpinya itu. Dia memiliki empat anak laki-laki yang bernama Fehim, Sulaiman Hilmi, Ibrahim, dan Halil. Lambat laun, ketika Syekh Sulaiman Hilmi KS beranjak dewasa, ayahnya mulai melihat beberapa tanda istimewa pada anaknya itu sehingga ia pun mendapat perhatian khusus dari ayahnya.

Syekh Abul Faruq Sulaiman Hilmi Efendi KS menjalani pendidikan dasarnya di Madrasah Satırlı di kota Silistra pada tahun 1902. Kemudian, pada tahun 1907 beliau dikirim oleh ayahnya ke Istanbul untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika itu, ayah beliau memberikan nasihat kepadanya, “Anakku, jika kau mempelajari ilmu usul fikih dengan baik, kau akan kuat dalam agamamu, dan jika kau mempelajari ilmu mantik dengan baik, kau akan kuat dalam ilmu pengetahuanmu.”

Di Istanbul, Syekh Sulaiman KS menuntut ilmu agama dari salah seorang dersiam di Fatih, yaitu Ahmad Hamdi Efendi yang berasal dari Bafra. Kemudian, pada tahun 1913, beliau menerima ijazah dari gurunya tersebut dengan nilai terbaik. Pada tahun 1916, setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Darul Hilafetil-Aliyye Kısm-ı Ali (Sahn), beliau mendaftarkan diri ke Madrasatul Mütehassısin yang masa pendidikannya selama 3 tahun dengan mengambil bidang tafsir dan hadis untuk menyelesaikan program doktor. 

Setelah berhasil meraih nilai sempurna pada dua tahun pertama di Madrasatul Mütehassısin, Sulaiman Hilmi Tunahan KS mendapatkan tawaran menjadi Syekhul Islam serta memperoleh jabatan sebagai Istanbul MüderrisliÄŸi Ruûsu (Ketua Mudaris Istanbul) bersama 20 orang rekan lainnya dengan rekomendasi dari Khalifah Mehmed Wahiduddin pada tahun 1918. Pada tahun 1919, beliau lulus dari Madrasah Süleymaniye (Madrasatul Mütehassısin) dengan meraih peringkat pertama dalam bidang tafsir dan hadis. Setelah lulus dari Madrasatul Mütehassısin, beliau mengikuti ujian masuk Madrasatul Kuzat (Fakultas Hukum) dan berhasil meraih nilai tertinggi dalam ujian tersebut. Akan tetapi, setelah mengirim kabar baik ini kepada ayahnya dengan sangat bahagia, beliau segera menerima jawaban dari ayahnya melalui telegraf yang mengatakan,"Sulaiman, aku tidak mengirimmu ke Istanbul agar kau masuk neraka.”

Dengan telegraf ini, ayahnya, Osman Efendi, telah mengingatkannya mengenai salah satu hadis syarif yang artinya, “Dua dari tiga orang hakim akan berada di dalam neraka.” Dalam surat balasannya, Syekh Sulaiman Hilmi KS menuliskan bahwa beliau tidak berniat dan tidak tertarik untuk menjadi seorang hakim, tetapi beliau bermaksud hanya untuk menguasai seluruh ilmu keislaman pada masa itu. Sebagaimana telah berhasil mendapatkan ijazah dari Madrasah Süleymaniye dalam bidang tafsir dan hadis sehingga menjadi seorang dersiam, beliau juga berhasil menyelesaikan pendidikannya di Madrasatul Kuzat (Fakultas Ilmu Hukum) pada tahun 1923 sehingga meraih gelar sebagai hakim. Dengan demikian, beliau telah berhasil meraih tingkat tertinggi dalam ilmu aqli dan naqli saat itu.

Pada akhir zaman ini, Syekh Sulaiman Hilmi KS telah berjasa kepada orang-orang yang ditakdirkan mendapatkan cahaya Ilahi dengan menyelamatkan mereka dari lubang kekufuran dan kesesatan menuju keimanan dan keikhlasan dengan himmahnya yang tinggi, bahkan hingga saat ini hal tersebut terus berlanjut.

Berikut adalah kata-kata mutiara Syekh Abul Faruq Sulaiman Hilmi:

• Ilmu adalah cahaya Ilahi dan manusia bagaikan sarang lebah. Sebagaimana lebah tidak ingin tinggal di dalam sarang yang kotor, ilmu pun tidak akan tinggal di dalam tubuh dan hati yang kotor karena tercemar oleh perbuatan dosa dan kezaliman.

• Adab adalah sikap dan perbuatan yang sesuai dengan akal dan syariat.

• Sebagaimana pohon yang selalu berbuah tidak disebut kering atau mati, orang yang jasanya terus berlanjut juga tidak dianggap mati.

• Persatuan dan kebersamaan selalu dibutuhkan di setiap tempat. Kita harus selalu kompak dan saling membantu untuk mencapai keberhasilan. Sebab, pertolongan lahir dan batin dari Allah Swt. senantiasa bersama jamaah.

Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan mengembuskan napas terakhirnya pada hari Rabu, 16 September 1959 (13 Rabiul Awal 1379 H). Akan tetapi, tasarruf dan irsyad beliau terus berlanjut secara penuh dan sempurna. Semoga Allah Swt. menetapkan syafaat beliau untuk orang-orang yang mencintainya dan seluruh orang mukmin lainnya. Aamiin. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: