Cernak
Belajar Adab dari Rasulullah
Oleh. Purwanti
Aisyah sedang sibuk menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada teman sejawatnya siang nanti. Dengan sigap aisyah mencuci ikan, memotong sayuran dan menyiapkan bumbu masakan. Aisyah berencana memasak ikan bakar, tumis kangkung dan sambal terasi. Namun ada satu bahan yang lupa Aisyah beli.
Dengan tangan yang masih fokus pada ikan yang sedang dimarinasi dengan bumbu racikan sendiri, ia memanggil Hasan.
“Hasan, di mana kamu, Nak?” Panggil Aisyah.
Namun, setelah beberapa kali panggilan, Hasan tak kunjung menampakkkan batang hidungnya.
“Kemana Hasan pergi, ya?” tanya Aisyah pada dirinya sendiri.
Setelah menyimpan bahan-bahan yang akan dimasak, Aisyah langsung mengenakan gamis dan kerudung dengan niat mencari anak semata wayangnya di pekarangan rumah. Namun, tak ia temukan bocah berusia 7 tahun itu di sekitar rumah. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya kepada tetangganya.
“Bu... Bu Mumun, ada lihat Hasan?” tanya Aisyah pada tetangga depan rumahnya.
“Ehmm... Sepertinya dia tadi bermain sepeda dengan Haikal di belakang rumah Bu Lina. Coba Bu Aisyah periksa kesana,” jawab Bu Mumun.
“Terima kasih, ya Bu Mumun,” sahut Aisyah.
Tanpa berpikir panjang, Aisyah mempercepat langkah kaki menuju rumah Bu lina yang berjarak 50 meter dari rumahnya. Sesampainya di rumah berwarna hijau pasta itu, Aisyah hanya menemukan sepeda Hasan dan pemiliknya tidak ada. Rasa khawatir terus menggelayuti Aisyah sebab Hasan tak pernah pergi tanpa meminta izin.
Dengan perasaan cemas ia mengetuk pintu kayu jati berwarna cokelat itu dengan tergesa-gesa.
Tok...tok....tok...tok...tok....
“Assalamualaikum, Bu lina,” ucap Aisyah sambil terengah-engah.
Tak menunggu waktu lama, terdengar suara sahutan dari dalam rumah sederhana itu,
“ Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” sahut seseorang dari dalam sana.
“ Eh... Bu Aisyah, silakan masuk.” Sambut Bu Lina dengan ramah dan hangat.
“ Maaf Bu Lina, saya mau bertanya, apakah Hasan ada main ke sini?” tanyanya.
“ Saya dari tadi sudah keliling tapi gak ketemu dan saya lihat sepeda Hasan ada di samping rumah ibu,” lanjut Aisyah.
“ Ya benar, Bu Aisyah, Hasan ada di dalam sedang bermain mobil-mobilan bersama Haikal. Memang tadi mereka main sepeda di belakang rumah tapi karena cuaca panas terik, saya menyuruh mereka untuk bermain di dalam rumah saja,” Bu Lina menjelaskan.
“ Oh begitu ya Bu Lina. Sekarang Hasan ada di mana, Bu? Saya mau mengajaknya pulang karena saya butuh dia untuk membantu saya. Karena ayahnya sedang pergi menjemput temannya jadi saya sedikit kerepotan,” ujarnya.
“Sebentar ya, saya panggilkan,” jawab Bu Lina.
Hasan muncul diiringi langkah kaki Haikal dan Bu Lina.
“Bunda...,” panggil Hasan.
“ Mari kita pulang, Nak. Bunda sedang memasak untuk Bibi Hasna dan Paman Ali. Bunda butuh bantuan Hasan, nih!.” Bujuk Aisyah.
“ Ya Bun, ayo kita pulang. Hasan udah kangen ama Paman Ali. Eh... Haikal, Hasan pulang dulu ya. Hasan mau bantu bunda dulu,” ujar Hasan sekaligus berpamitan kepada Haikal.
“Hasan pulang dulu, ya Haikal, Bulek Lina.” Pamit Hasan
“Assalamualaikum,” ucap Hasan dan Aisyah dan dijawab oleh Lina dan anaknya.
“ Ambil dulu sepeda Hasan, ya. Bunda tunggu Hasan di rumah,” ucap Aisyah yang dijawab anggukan oleh Hasan.
Sesampainya di rumah, Aisyah langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Ia langsung menyalakan kayu untuk mendapatkan baranya agar bisa digunakan untuk membakar ikan. Karena Aisyah sekeluarga tinggal di pedesaan maka ia telah terbiasa memasak dengan menggunakan kayu bakar.
Di saat sedang sibuk mempersiapkan pemanggang ikan, terdengar suara Hasan mengucapkan salam.
“Assalamualaikum, Bunda,” ujar Hasan.
“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab Aisyah dari dapur.
“ Hasan, ke sini sebentar, Nak.” Panggil Aisyah
“ Ya Bunda,” sahut Hasan.
“ Nak, lain kali kalau mau pergi bermain ke rumah teman, minta izinlah terlebih dahulu. Agar Bunda tidak khawatir. Nah, sekarang tolong belikan terasi di warung Nek Imah, ya Nak. Karena Bunda akan memasak sambal terasi.”
“Siap, Bunda,” sahut Hasan dengan semangat.
Bersamaan dengan Aisyah menyelesaikan masakan, terdengar suara deru mobil suaminya Amir memasuki pekarangan rumah. Setelah berganti pakaian, Aisyah langsung menyambut kehadiran teman lama Aisyah dan Amir. Aisyah langsung memeluk Hasna dan melepaskan rasa rindu. Sudah 3 tahun lebih mereka tidak bertemu, sejak Hasna dibawa suaminya merantau.
“ Masya Allah.... Comelnya anakmu. Pasti seneng banget ya dapat anak perempuan,” ujar Aisyah dengan wajah berbinar.
“Alhamdulillah. Kamu juga pasti seneng juga kan dapat anak laki-laki. Apalagi, kamu kan tidak punya adik laki-laki,” sahut Hasna yang dibalas senyuman oleh Aisyah.
Sembari memasuki rumah, Aisyah dan Hasna saling bertukar cerita.
“Mari masuk di gubuk sederhana kami.” Ajak Aisyah kepada Hasna dan suami.
“ Mana nih, jagoan Tante Hasna. Koq belum keliatan, sih. Hasan, sini dong. Tante bawa sesuatu untuk Hasan , loh,” ujar Hasna.
Tampak Hasan berlari dari arah dapur sambil memegang cangkir. Ia langsung meneguk air minum tersebut sambil berdiri.
“ Astaghfirullah.... Hasan, tidak boleh minum sambil berdiri, ya Nak. Karena Nabi Muhammad saw. melarang hal itu. Rasulullah saw pernah bersabda:
“ Janganlah satu orang pun di antara kalian, minum dalam keadaan berdiri. Jika ia lupa maka muntahkanlah.” (HR. Muslim)
“Terima kasih tante Hasna sudah ingatkan Hasan. Insya Allah, Hasan tidak mengulanginya lagi,” sahut Hasan.
“ Ya sudah tidak apa. Sini Hasan salam Paman Ali dan Tante Hasna.” Pinta Aisyah kepada Hasan.
Hasan langsung menyalami tangan Hasna dan suami dan dibalas dengan pelukan erat dari Hasna. Sejak kecil, Hasan memang dimanja oleh Hasna. Meskipun ia bukan anak kandungnya.
“Kalian pasti sudah lapar. Yuk, kita makan aja dulu. Hasan bantu Bunda mengangkat piring,” ujar Aisyah.
“ Siap Komandan,” sahut Hasan yang disambut gelak tawa seisi rumah
[Ma]
0 Comments: