Headlines
Loading...
Oleh. Khamsiyatil Fajriyah, S.Pd

Guru adalah pengganti orangtua di sekolah. Satu sama lain seharusnya saling percaya dan bekerjasama untuk mencapai target pendidikan. Agar anak-anak menjadi sosok yang berkepribadian Islam.

Tapi tidak dengan seorang wali murid SMKN Taliwang, Sumbawa Barat yang menuntut guru Pendidikan Agama Islam sebesar 50 juta. Dilansir dari detik.com (11/10/2023) wali murid tidak terima anaknya diperlakukan kasar atau dipukul oleh sang guru. Sang guru yang bernama Akbar mengaku, memang dia menghalau murid-muridnya dengan sepotong kayu, tapi tidak memukul. Apa yang dia lakukan, agar para siswa ini sholat zuhur. Karena nampaknya mereka tidak peduli akan datangnya salat, malah sibuk nongkrong, dan tak menggubris ajakan pak Akbar. Hal ini menyulut ratusan guru di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur berunjuk rasa atas tuntutan wali murid kepada pak Akbar. Jiwa pendidik mereka terusik. Mengarahkan anak-anak menjadi salih, apa salahnya?

Pendidikan Sekuler Mencetak Siswa Sekuler

Sebagai seorang pendidik di era sekarang, semua serba salah. Guru berhadapan dengan kurikulum yang memberi kebebasan kepada siswa. Sebutlah namanya, kurikulum merdeka. Pendidikan agar mereka menjadi sosok yang taat agama, tidak menjadi fokus lagi. Siswa semakin sulit untuk diajak salat apalagi berakhlak mulia. Pemahaman bahwa mereka memiliki hak dan kebebasan telah tertancap kuat daripada mendudukkan mereka sebagai hamba Allah. Guru kerap kali berhadapan dengan siswa yang bertingkah tidak sopan bahkan lebih dari itu, penganiayaan. Tanggungjawab dan tantangan di hadapan mereka semakin berat.

Masalah terjadi dalam kehidupan sekuler, saat kehidupan dunia tidak didasarkan lagi dengan syariat Islam. Masyarakat pun terbiasa dengan pemikiran sekuler ini, termasuk di dalamnya para orang tua. Beberapa dari mereka memahami pentingnya pemahaman agama sejak dini. Tetapi mayoritas orang tua abai menanamkan, membiasakan, dan mengontrol anak taat syariat terutama salat. Bahkan bisa jadi mereka pun abai melakukannya. Maka tidaklah heran bila ada arahan dari guru atau sekolah agar siswa taat syariat, wali murid  menentangnya.

Negara pun menjadi pihak utama yang menjadikan kehidupan sekuler semakin menancap di anak-anak kita. Sekolah dengan kurikulum pendidikannya, juga media yang menjadi tempat hidup kedua anak-anak setelah keluarga adalah penentu utama kepribadian anak-anak kita. Kurikulum pendidikan sekuler dan media yang semakin liberal menjadikan anak-anak kita sebagai sosok yang bebas. Taat syariat adalah hal yang mengekang kebebasan mereka. Negara yang bertanggung jawab atas semua itu.

Sistem Pendidikan Islam

Dalam sistem Islam, guru akan mendidik anak didiknya taat syariat dengan dukungan penuh orang tua dan negara. Sebagai pengganti orang tua di sekolah, guru adalah pihak kedua yang membentuk kepribadian anak. Ketaatan kepada syariah karena ketundukannya kepada Allah menjadi tujuan guru dalam mendidik siswanya.

Bukan hanya guru, orangtua juga bertanggungjawab akan terbentuknya kepribadian anak-anaknya menjadi anak yang saleh. Pendidikan sejak dini di rumah akan membentuk kepribadian anak. Hitam dan putihnya mereka sangat bergantung akan kedua orang tuanya. Bukan hanya petuah dan pitutur, tetapi teladan juga menjadi hal penting bagi anak. Menjadi sosok yang taat kepada Allah, orang tua sudah membiasakan anak-anak melakukannya sejak dini. Saat mereka Umur 7 tahun, orang tua mengajak anaknya untuk melakukan kewajiban syariat, seperti salat sebagai tiang agama. Di pundak orang tua ada kewajiban untuk menghukum anak-anak mereka bila tidak salat di usia 10 tahun.

Saat anak-anak masuk ke sekolah, orang tua mempercayakan anak-anak ke para guru di sekolah. Orang tua dan guru dalam frekuensi yang sama, menginginkan anak-anak menjadi anak saleh. Dalam sistem Islam, menjadi hal yang wajar bila orang tua ingin anaknya taat syariat, begitupun guru. Keduanya memiliki hubungan harmonis.

Pendidikan di rumah dan di sekolah tidak terlepas dari penerapan syariat Islam dalam bingkai khilafah. Negara bertanggung jawab penuh dalam pembentukan kepribadian islam anak. Dengan kurikulum pendidikan yang berdasarkan Islam dan penerapan Islam di seluruh aspek kehidupan, menjadikan seluruh komponen masyarakat menyadari kewajiban mereka untuk taat kepada Allah. Beribadah akan menjadi hal yang ringan bagi anak dan orang tua. Memang tak ada kehidupan yang lebih baik, selain kehidupan Islam dengan penerapan syariah Islam secara kaffah. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

1 komentar

  1. Menjadi guru disistem sekuler semakin berat. Dilema, anak-anak semakin sulit di atur, ada tindakan Sedikit saja atau perkataan tand kuti mereka tidak terima bisa diprkarakan.sementara ada sebagian siswa terkadang diomongin berkali-kali tidak di indahkan

    BalasHapus