OPINI
Individu Sadis Buah Tanaman Kapitalisme
Oleh. Rezkina Hari Pradana (Komunitas Tinta Pelopor)
Garwo atau singkatan dari sigarane nyowo merupakan istilah dalam bahasa jawa yang berarti belahan jiwa. Singkatan indah ini seolah begitu jauh panggang dari api dengan apa yang dialami oleh para korban KDRT (kekerasan dalam RumahTangga) yang justru berakhir mengenaskan. Bukannya menjadi belahan jiwa/nyawa, tapi malah hilang nyawa.
Kasus KDRT yang berakhir dengan pembunuhan sampai saat ini masih terjadi di negeri kita dengan berbagai sebab yang membuat kita tak habis pikir.
Seperti yang terjadi di Ciamis Jawa Barat, seorang suami yang berprofesi sebagai jukir (Juru Parkir) tega menganiaya sang istri hingga tewas. KDRT yang berujung maut ini terjadi di rumah mereka. Berawal ketika pelaku menanyakan uang hasil parkir yang dibawa istrinya. Akan tetapi korban ingin menggunakan uang tersebut. Karena korban berbicara dengan bahasa yang dianggap kasar juga berteriak, pelaku akhirnya emosi dan menganiaya korban dengan menjambak rambut. Saat kejadian korban sempat melakukan perlawanan dengan mencekik leher pelaku dan menendang perut serta kemaluan. Karena korban terus berteriak pelaku menjadi kalap kemudian memukul wajah korban bahkan pelaku juga sempat membenturkan kepala sang istri ke tembok (regional.kompas.com, 16/9/2023).
Hal yang serupa juga terjadi di Bekasi. Seorang suami berusia 25 tahun dengan tega menghabisi nyawa istrinya di kontrakannya. Pelaku membunuh istrinya lantaran kesal saat ditanya perihal uang belanja. Keduanya pun cekcok dan berakhir dengan kalapnnya sang suami yang menggorok leher istrinya dengan menggunakan pisau dapur hingga meninggal (news.republika.co.id, 12/9/2023).
Di hari yang sama, Kamis (7/9/2023) seorang suami berinisial NSL di kota Singkawang Kalimantan Barat menusuk istrinya karena tak terima dirinya digugat cerai oleh sang istri. Kejadian tersebut lagi-lagi terjadi di rumah keduanya. Karena emosi, tersangka tega menghabisi nyawa istrinya dengan memukulkan helm ke muka korban sebanyak satu kali sebelum akhirnya menusuk korban sebanyak 4 hingga 5 kali ke perut korban dengan menggunakan pisau dapur hingga mengakibatkan hilangnya nyawa korban. Peristiwa tragis ini bahkan terjadi di hadapan anak dan adik korban (regional.kompas.com, 16/9/2023).
Kenyataan miris, ketika melihat fakta KDRT yang berujung pembunuhan akhir-akhir ini. Seorang suami pemimpin keluarga yang sudah bertahun tahun hidup bersama mengarungi bahtera rumah tangga yang pasti ada suka dan duka juga kenangan dalam perjalananya, dengan sekejap berubah menjadi seorang yang menghabisi nyawa sang belahan jiwa. Rasa kasih sayangnya seolah hilang terkalahkan oleh emosi dan hawa nafsu. Manusia yang diharapkan menjadi pengayom, pelindung justru berbuat bak hewan buas yang tak berperikemanusiaan.
Beberapa kasus seperti diatas bukanlah kasus pertama yang terjadi. Telah banyak kita dengar kasus KDRT yang berujung dengan jatuhnya korban dengan berbagai penyebab, mulai dari masalah ekonomi, harga diri, perceraian, perselingkuhan dan yang lainnya Kebanyakan selalu beralasan karena emosi, kalap, khilaf, dan seterusnya yang akhirnya membuat mereka tak terkendali berbuat kejam.
Buah Tekanan Sistem Buatan Manusia
Akar masalah dari beberapa penyebab persoalan diatas mulai dari masalah ekonomi, harga diri, perceraian, perselingkuhan adalah diterapkannya aturan buatan manusia yaitu sistem kapitalisme. Penerapan aturan ekonomi kapitalisme yang saat ini diterapkan membuat kehidupan kian sulit. Tidak dimungkiri bahwa dampak dalam sistem kapitalis hari ini menjadikan kehidupan semakin sulit dan terhimpit. Besarnya inflasi membuat harga kebutuhan naik. Naiknya harga kebutuhan tidak berbanding lurus dengan naiknya pendapatan. Hal ini pasti berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
Emosi tak terkendali yang menyebabkan terjadinya perbuatan yang keji hingga berakhir hilangnya nyawa seseorang bahkan pasangan hidup, seseorang yang dicintai menunjukkan lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan diri dalam menghadapi beratnya kehidupan. Memang manusiawi, jika seorang suami marah ketika istrinya marah,berteriak, berkata kasar, ataupun "rewel" minta ini itu di tengah kehidupan yang kian sulit. Karena manusia memiliki naluri mempertahankan diri. Namun ketika kemarahannya tidak dikontrol oleh hukum syarak apakah ini boleh dilakukan atau tidak, perbuatanya dilarang atau tidak oleh Allah, maka hanya akan menuruti kemarahan dan hawa nafsunya.
Butuh Penerapan Islam Kafah
Islam memiliki tuntunan untuk mengatasi marah. Dalam sebuah riwayat hadits dari Abu Dzar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Akidah Islam memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat. Seorang mukmin yakin bahwa kesabaran atas segala kesulitan dan berbagai masalah yang menghampiri hidupnya akan berbuah pahala yang akan dipetiknya di akhirat.
Lebih jauh lagi, penerapan sistem ekonomi Islam menjadikan hidup tercukupi sehingga tidak muncul berbagai masalah ekonomi seperti sesulit saat ini. Negara membantu rakyatnya agar hidup tenang aman dan damai dalam suasana keimanan, dengan memenuhi kebutuhan manusia dan mensejahterakannya melalui penerapan Islam kafah, Islam yang menyeluruh di segala lini kehidupan. [Ma]
Itulah sistem kapitalis sistem buatan manusia yang juga menjerumuskan rakyatnya. So, sudah seharusnya kita kembali menerapkan sistem Islam sajalah yang mampu mengatasi segala persoalan yang ada. Barakallah Mbak Naskahnya Next ditunggu naskah terbaiknya 🥰❤️
BalasHapus