Headlines
Loading...
Individu Sadis, Potret Buram Kehidupan Sekularisme-Kapitalisme

Individu Sadis, Potret Buram Kehidupan Sekularisme-Kapitalisme

Oleh. Rus Ummu Nahla

Baru-baru ini kita disajikan berita tragis oleh media, yang membuat hati tersayat bercampur ngeri. Betapa tidak, seorang suami tega berbuat sadis menghabisi nyawa istrinya sendiri. 

Asep Malik (51), seorang juru parkir di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat diamankan polisi atas kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menewaskan istri sirinya, Teti Maryati (40). Peristiwa tragis itu terjadi di kediaman pelaku di Dusun Warung Wetan, RT 06/03, Desa Imbanagara, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis (Kompas.com, 10/9/2023). 

Kejadian suami bunuh istri juga terjadi di daerah Cikedokan RT 01 RW 04 Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang barat,   Kabupaten Bekasi. Pembunuhan tersebut diduga dipicu karena keduanya sering berselisih. Sebelum terjadi pembunuhan itu, korban Mega Suryani Dewi atau MSD (24) sempat terlibat cekcok dengan sang suami Nando alias N (25). (Republika, 7/9/ 2023)

Di Kota Singkawang, Kalimantan Barat seorang suami berinisial BSK tega menusuk istrinya, NSL karena tak terima digugat cerai. Setelah ditusuk oleh sang suami, NSL pun dinyatakan meninggal dunia. Peristiwa tersebut terjadi di rumah mereka di Jalan Gunung Besi Lirang, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kompas.com 7/9/2023) 

Kekerasan dalam rumah tangga berujung perlakuan sadis suami terhadap istri, kerap terjadi dipicu saling cekcok dengan latar belakang persoalan ekonomi. Data menyebutkan rentetan kejadian tersebut sebelumnya cekcok dalam masalah keuangan dan suami tak berpenghasilan.

Realitas tersebut menandakan betapa sadis mental individu dan rapuhnya ikatan rumah tangga dalam sistem kehidupan saat ini. Seseorang dengan mudah emosinya tersulut dan enteng berbuat kekerasan bahkan sampai menyebabkan kematian. Perbuatan yang tergolong sadis ini, semestinya tidak terjadi. Terlebih ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga.

Jika menelisik penyebab kasus kekerasan rumah tangga yang terjadi disebabkan karena dua faktor. Yang pertama adalah faktor internal. Faktor ini disebabkan ikatan pembentukan rumah tangga yang tidak didasari visi misi berkeluarga dengan pandangan akhirat. Hal ini terjadi akibat lemahnya pemahaman agama sehingga agama hanya menjadi sifat yang formal saja. Jauh dari nilai ketakwaan. Alhasil rumah tangga dibentuk dengan sudut pandang kebahagiaan hanya bersifat materi belaka. Dengan sudut pandang ini, akhirnya keluarga seolah berburu kekayaan, merasa kurang, tidak menghiasi rumah tangga sehingga saat menghadapi persoalan mudah melakukan kemaksiatan.

Yang kedua adalah faktor eksternal yang disebabkan oleh penerapan sistem ekonomi kapitalisme, yang membuat masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya, tingginya biaya hidup seperti biaya pendidikan dan biaya kesehatan.  

Dan juga harga kebutuhan pokok yang sulit terkendali membuat masyarakat semakin tertekan dengan kondisi ini. Kapitalisme pun telah berhasil membentuk pribadi-pribadi sadis, bak hewan buas yang siap memangsa. Bahkan manusia dewasa ini  sampai tega menghilangkan nyawa karena harta. Kapitalisme dengan akidah sekularisme menjadikan kesenangan hidup hanya diukur dengan nilai materi.  Dua faktor inilah yang menjadikan penyebab buruknya kondisi keluarga saat ini.

Melihat persoalan ini, seyogyanya kita berkaca kepada pembentukan keluarga yang didasari Islam. Arahan Islam sangat jelas, ketika menikah tujuannya untuk menggapai rida Allah Swt. semata. Bahagia di dunia juga bahagia di akhirat.

Memang hal ini bukan hanya dilihat satu pihak saja, melainkan dari dua belah pihak yang semestinya saling memahami hak dan kewajiban dalam berumah tangga. Bahwasannya hak nafkah adalah berada di pundak suami, suami wajib memberikan nafkah secara makruf ( baik), dan seorang istri senantiasa menghargai dan bersikap taat terhadap suaminya.

Islam menurunkan syariat untuk mengatur kehidupan dalam berumah tangga, berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri. Islam menjadikan kepemimpinan ada dipundak suami sebagai kepala keluarga, hak nafkah dan kepengaturan rumah tangga yang berkaitan dengan keputusan ada pada suami.

Selain itu Islam pun memandang bahwasannya hubungan suami istri adalah hubungan persahabatan, antara suami istri saling tolong menolong, saling menjaga dan berkasih sayang agar tercipta kesakinahan dalam rumah tangga. 

Sejatinya visi berumah tangga pun tidak bisa dilepaskan dari visi ibadah sehingga senantiasa mengaitkan segalanya dengan rida Allah Swt. 

Dalam Islam, negara akan melindungi perempuan dari tindak kekerasan dan menjaga serta menjamin kemuliaan perempuan dengan aturan yang diterapkan. Sebagaimana pernah dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khaththab ra, Ia pernah dimarahi istrinya, tapi sikap sahabat Rasulullah ini diam tidak membalas apa-apa, dan saat itu ada sahabat yang ingin bertanya kepada Umar bin Khaththab soal rumah tangga, seketika melihat Umar yang sedang dimarahi, sahabat ini bertanya, mengapa engkau diam saja tidak membalas, lalu berkata Umar, bagaimana saya bisa membalas, dia adalah ibu dari anak-anak saya, yang melahirkan penuh perjuangan hidup dan mati menjadi taruhannya, hanya untuk melahirkan anak-anak saya ke dunia. Maa syaa Allah ini selevel Umar saja sabar dengan diam ketika sedang dimarahi istrinya.

Selain itu, penerapan sistem ekonomi Islam yang memastikan bahwa pengaturan kepemilikan yang diadopsi negara meniscayakan hasil kekayaan alam akan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga dapat dipastikan kesejahteraan orang- perorang akan terjamin dalam sistem Islam.

Dan tentunya keluarga harmonis yang menjadi dambaan bagi setiap insan dengan seperangkat aturan yang mendukung hanya akan terwujud dalam penerapan Islam secara kaffah dalam bingkai Khil4f4h.

Wallahu'alam bish shawwab. [My]

Baca juga:

0 Comments: