Headlines
Loading...
Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Apa Pemicunya?

Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Apa Pemicunya?

Oleh. Rina Herlina
(Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Literasi)

Saat ini publik terus saja digemparkan oleh berita-berita mahasiswa yang melakukan aksi bunuh diri. Hal ini tentu saja membuat masyarakat miris, apalagi bagi para orang tua dari mahasiswa tersebut. Mengingat mereka yang melakukan bunuh diri merupakan para mahasiswa yang notabene berpendidikan dan generasi penerus bangsa tentunya. Namun mengapa justru mereka yang masih muda dan mempunyai masa depan yang masih panjang memilih mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri?
        
Seperti dilansir oganilir.co kembali mencuat adanya berita bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswi NJW (20) dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. Ia melakukan aksi bunuh dirinya dengan cara terjun dari Mall Paragon. (12/10/2023)

Pakar Berbicara

Atika Dian Ariana, M.Sc, M.Psi selaku pakar psikologi dari Universitas Airlangga menjelaskan bahwa ada dua penyebab yang melatarbelakangi seseorang melakukan aksi bunuh diri yaitu biologis dan psikologis. Secara biologis, kemungkinan besar orang tersebut memiliki keluhan fisik yang membuatnya merasa semakin tak berdaya. Misal seperti ada masalah dengan jantung dan juga hormonal. Sedangkan secara psikologisnya, pelaku bunuh diri mungkin memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti dalam menjalani kehidupan.

Dalam beberapa hal misalnya seperti masalah jalinan kasih yang putus atau merasa ditolak oleh sebuah kelompok kemungkinan besar hal tersebut dapat membuat seseorang merasa frustasi. Dan pada konteks kelompok mahasiswa, masih menurut Atika, pertemanan merupakan faktor sosial yang begitu penting. Faktor ini bisa sangat berpengaruh dalam proses keberlangsungan akademik hingga proses dalam bertumbuh kembang menjadi dewasa.
        
Atika juga menuturkan bahwa perasaan gagal dalam membangun relasi sosial dapat berpotensi menimbulkan resiko pemicu perasaan tidak berdaya, kesepian, bahkan bisa meningkatkan risiko depresi terhadap seseorang. Seorang teman bukan hanya dibutuhkan untuk keperluan akademis saja, namun lebih dari itu yaitu untuk memenuhi tugas perkembangan mereka di tahapan usia remaja menuju dewasa awal yang semestinya membangun relasi sosial dan interpersonal yang intim.
        
Kecenderungan seseorang untuk ingin melakukan aksi bunuh diri perlu ditangani segera dan secara serius. Orang-orang yang berada disekitar harus lebih mawas untuk melihat situasi orang yang dicintai. Oleh karenanya langkah penanganan dan pencegahan harus dipahami. Dan jika diperlukan, segera bawa orang yang memiliki gangguan kesehatan jiwa untuk pergi ke profesional kejiwaan. Dengan begitu penanganan yang tepat bisa segera dilakukan.
        
Bahkan dibeberapa kampus sudah ada help-center dan juga pusat pelayanan psikologis atau kesehatan yang dapat dikunjungi. Atau boleh juga mencari bantuan profesional diluar kampus seperti psikiater atau psikolog untuk berkonsultasi. Mulailah menerapkan gaya hidup sehat, fokus pada hal-hal yang bermanfaat yang membuat hidup lebih bermakna, dan yang terpenting adalah perhatikan diri sendiri.
        
Namun sebenarnya yang jauh lebih penting dari semuanya adalah pembekalan akidah sejak dini dan peran penting orang tua pun harus maksimal dalam mendampingi tumbuh kembang buah hatinya. Karena seperti kita ketahui bersama, bahwa saat ini ditengah masyarakat Indonesia bercokol sebuah sistem kufur yang memisahkan agama dari kehidupan. Dan sistem itu bernama kapitalisme sekuler. Maka menjadi wajar adanya jika saat ini persoalan yang dihadapi umat begitu kompleks. Karena sejatinya sistem kufur tersebutlah biang kerok dari merosotnya moralitas bangsa Indonesia sekarang ini. Umat semakin jauh dari agamanya dan tidak membiarkan agama mengatur kehidupannya. Sejauh ini misi barat memang telah berhasil dengan sistem kufurnya tersebut. Masyarakat tidak lagi melibatkan Allah sang pencipta dalam menjalani kehidupan, mereka sibuk dengan kehidupannya masing-masing karena sistem kapitalisme cenderung membuat manusia menjadi lebih individualis.

Islam Memandang
       
Sementara Islam sangat melarang keras penghilangan nyawa, baik melalui pembunuhan kepada orang lain maupun terhadap diri sendiri. Seperti tercantum dalam surat An-Nisa ayat 29: "...dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu" (QS: An-Nisa:29)
       
Tindakan bunuh diri merupakan tindakan yang sangat dilarang oleh Allah SWT. karena sejatinya nyawa hanya bisa dipisahkan dari tubuh atas seizinNya. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa sebagai seorang muslim sepatutnya kita mampu bersabar dan melakukan banyak ibadah apabila sedang dilanda cobaan dan masalah, bukan malah mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Itu sama saja artinya jika kita berputus asa dari rahmat Allah.
         
Bahkan Rasulullah juga bersabda: "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu" ( Muttafaq Alaih)
         
Menurut Imam Nawawi hadist tersebut menjelaskan keharaman bunuh diri, dan pelaku bunuh diri akan di azab atau di hukum pada hari kiamat dengan cara ia membunuh dirinya sendiri. Demikian karena balasan itu memang setimpal dengan perbuatannya. 
         
Dan Ahzami Samiun melalui buku Al hayaatu fil Qur'an Al Kareem menyebutkan bahwa Islam menganggap upaya membunuh diri termasuk kepada bentuk kriminalitas. Oleh karena itulah bunuh diri itu dilarang dan pelakunya dikatakan akan masuk neraka dan kekal didalamnya. Wallahualam. [Rn]

Baca juga:

0 Comments: