
OPINI
Meluruskan Paradigma Miring Tentang Konflik Palestina
Oleh. Irawati Tri Kurnia
(Aktivis Muslimah)
Saat rakyat Palestina berjuang membebaskan dari penjajahan Israel, ada yang melontarkan fitnah keji dengan pelabelan teroris yang disematkan pada pejuang Palestina.
Definisi teroris adalah individu, kelompok, atau bahkan negara yang dalam meraih tujuannya menggunakan kekerasan. Komisi HAM internasional mengatakan pelaku pelanggar HAM yang melakukan kekerasan atas nama apa pun dan untuk kepentingan apa pun, nomor satunya Amerika berikutnya Israel. Tidak terhitung perang yang mereka sulut di wilayah-wilayah pendudukan yang terus bertambah sampai ini hari.
Fitnah keji ini tercatat di Foreign Terrorist Organization di situs US Departement of State, kemudian diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB. Di sana disebut salah satunya organisasi teroris adalah Hamas, termasuk Syekh Ahmad Yasin. Bahkan hampir 100%, semua organisasi teroris itu adalah individu dan kelompok muslim.
Pelabelan terhadap pejuang Palestina ini framing negatif sekaligus black campaign. Ini menunjukkan ketidakadilan yang nyata. Bagaimana bisa kelompok yang tengah berjuang untuk merebut haknya kembali, yakni tanah Palestina yang dikuasai paksa oleh entitas penjajah Yahudi Israel, dikatakan sebagai teroris?
Label ini sangat penting untuk dipersoalkan. Karena begitu sebuah organisasi dilabeli teroris, maka segala yang dilakukannya menjadi salah di mata dunia; walau tindakannya benar. Padahal Hamas adalah garda terdepan dan tumpuan harapan umat Islam dunia untuk penyelesaian konflik Palestina.
Gaza saat ini merupakan satu wilayah sempit di bagian selatan dan barat daya Israel yang panjangnya kurang lebih hanya 41 km, lebarnya 6-12 km dan dikelilingi oleh pagar setinggi 23 m seperti penjara besar dengan tujuh pintu keluar, enam di antaranya ke wilayah Israel dan satu ke wilayah Mesir, yakni pintu Rafah. Pintu Rafah ini bisa dibuka dengan mudah, tetapi ini hanya mungkin bisa dibuka dengan persetujuan Israel dan Washington. Warga Gaza tidak boleh melaut, padahal di sana ada pantai. Hanya boleh sekian puluh meter, kalau lebih dari itu akan berhadapan dengan angkatan laut Israel. Apakah dunia tidak melihat betapa zalimnya tindakan Israel ini?
Label teroris dilekatkan pada mereka yang berjuang, ini logika yang menyesatkan. Jika logikanya yang berjuang merebut wilayah yang diduduki oleh penjajah atau yang melawan penjajah itu teroris, maka para pejuang kemerdekaan Indonesia, semuanya teroris. Tentu ini tidak masuk akal.
Opini sesat label teroris pada Palestina ini harus dilawan. Karena selain perang fisik di medan perang, ada juga perang opini di media sosial, yang akan sangat memengaruhi penilaian publik dunia terhadap apa yang terjadi di Palestina saat ini. Ditambah dengan ambisi Israel untuk memperluas wilayah dalam rangka mewujudkan Israel Raya. Tentu mereka tidak akan berhenti memerangi rakyat Palestina sampai impian mereka terwujud.
Mitos Israel tidak bisa dikalahkan, ini disengaja. Dilakukan untuk menggentarkan musuh seolah-olah Israel kuat. Faktanya serangan pejuang Palestina membuktikan mitos tersebut tidak benar. Oleh karenanya, seorang pejuang tidak boleh ada rasa takut dan tidak boleh terbenam pada mitos. Karena Israel sebenarnya kaum penakut yang hanya berani ketika berhadapan dengan warga sipil tidak bersenjata.
Kecaman AS terhadap Hamas patut dikritisi. Karena faktanya AS memperlakukan Irak dan Afganistan dengan tidak adil. Bahkan Hamas masih bisa menunjukkan bahwa ada sekitar 33 resolusi Dewan Keamanan PBB yang tidak dipatuhi oleh Israel. Artinya, dunia internasional sebenarnya sudah berhak menghukum Israel atas nama resolusi itu. PBB pun, walau ada 33 resolusi itu diabaikan Israel, PBB tidak bertindak apa pun dalam menyelesaikan persoalan Palestina secara adil. PBB selamanya tak pernah adil dalam menyelesaikan konflik jika menyangkut kepentingan umat Islam.
Dunia Islam punya dasar yang sangat kukuh untuk mengecam tindakan Israel menduduki wilayah Palestina, termasuk mengecam dukungan AS terhadap Israel. Tapi faktanya para pemimpin dunia Islam bertindak pengecut. Satu per satu mereka sedang membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Sebelumnya ada Uni Emirat Arab, bahkan sekarang diberitakan Arab Saudi sedang menuju ke sana juga. Ini sangat tragis.
Ada pula suara sumbang yang menyatakan bahwa: persoalan Palestina merupakan persoalan kemanusiaan dan jangan membawa slogan agama. Ini tentu aneh. Karena saat seorang muslim dizalimi, lalu Al-Qur’an memberi solusi: ‘Jangan engkau menzalimi, jangan mau engkau dizalimi.’ Ini jelas pesan agama. Ini yang akan mendorong seorang muslim jika dizalimi, harus dilawan. Jika tidak mampu melawan seorang diri, maka muslim lainnya akan membantu. Dorongannya adalah akidah, kekuatan agama Islam dengan perintah jihad fi sabilillah. Jelas statemen miring di atas, ada pengaruh sekularisme. Memisahkan problem kehidupan dari solusi Islam. Termasuk problem penjajahan sampai keluar fatwa Resolusi Jihad, seperti yang ada di Indonesia. Ini diperkuat oleh konstitusi yang menyatakan penjajahan di muka bumi harus dihapuskan. Inilah semangat agama, semangat jihad. Seperti semangat para pahlawan saat mengusir penjajah Belanda, didorong semangat jihad dalam Islam. Jihad itu pesan agama, sesuai tuntunan Allah SWT. Jika berisiko mati sekalipun disebut mati syahid dan Nabi mengatakan mati syahid itu sebagai kematian dengan derajat paling tinggi, dijamin masuk surga. Sehingga sudah menjadi konsekuensi keimanan seorang muslim, dalam menghadapi problem apa pun, harus diselesaikan dengan aturan agama Islam.
Sedangkan untuk menyikapi dukungan AS dan kekuatan global Barat kepada Israel, ada dua hal yang perlu kita tegaskan di sini. Yang pertama, bahwa persoalan Palestina bukan persoalan perbatasan, tetapi persoalan eksistensi Israel yang menjajah tanah Palestina. Tanah Palestina sesungguhnya tanah kharajiyah, yaitu milik kaum muslim. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah itu kepada penjajah. Ini persoalan yang harus dipahami umat Islam. Oleh karena itu, perjuangan untuk merebut kembali tanah Palestina harus terus digaungkan. Seperti yang dilakukan para pejuang Palestina saat ini. Selalu melakukan serangan untuk menunjukkan bahwa tidak akan pernah tunduk dan akan terus melanjutkan perlawanan.
Sedangkan solusi dua negara pun tidak akan menyelesaikan masalah. Karena jika solusi ini diambil, berarti terjadi dua pengkhianatan. Yang pertama, pengkhianatan pada perjuangan futuhat yang dilakukan Khalifah Umar bin Khaththab, Salahudin Al-Ayyubi dan umat Islam lainnya yang telah menaklukan Al-Quds dan membebaskannya dari kezaliman penguasa mereka yang zalim. Juga pengkhianatan dengan mengakui penjajah Israel memiliki hak yang sama dengan rakyat Palestina atas tanah Palestina, padahal mereka adalah perampok, perampas dan penjajah. Yang kedua, pengkhianatan terhadap perjuangan pembebasan penjajahan di atas dunia, yang menjadi visi misi semua negara; walau akhirnya hanya sebatas lips service belaka.
Yang kedua, umat Islam harus berpikir agar upaya merebut kembali tanah Palestina bisa berhasil. Salah satu faktor yang paling penting adalah adanya kekuatan dari umat Islam sendiri. Kita tidak mungkin mengharapkan kekuatan lain, seperti Liga Arab, bahkan PBB sekalipun. Karena mereka semua di bawah kendali Amerika. Umat Islam akan memiliki kekuatan jika bersatu. Karena faktanya, umat Islam kini tercerai-berai menjadi banyak negara, yang mempunyai kepentingan dan keinginan yang berbeda-beda. Harusnya umat Islam malu. Dua milyar jumlah umat Islam, masa kalah dengan satu juta entitas Israel?
Agar bisa bersatu, ada dua syarat yang harus terpenuhi umat Islam. Yaitu adanya entitas politik yang menyatukan umat Islam dan di dalamnya ada pemimpin, yakni Khilafah Islam dengan Khalifah sebagai pemimpinnya. Karena perjuangan untuk menegakkan kembali Khilafah Islam, dalam kitab At-Taghyir, disebut sebagai persoalan hidup matinya umat; termasuk persoalan berhasil tidaknya merebut kembali tanah Palestina. Karena problem penjajahan umat Islam bukan hanya Palestina. Umat Islam kini terjajah di berbagai tempat. Seperti di Rohingya, Uighur di Xinjiang, dan lainnya.
Semua ini menunjukkan umat Islam sekarang dalam keadaan yang sangat lemah sehingga tidak mampu menghadapi kezaliman secara sepadan. Harusnya perjuangan Palestina ini mendorong kita untuk lebih bersemangat, lebih sungguh-sungguh bagi terwujudnya kembali persatuan umat Islam. Sehingga kita akan memiliki kekuatan yang diperlukan secara cukup untuk bisa mengatasi semua problem penjajahan atas umat Islam ini. Wallahualam Bisshawab. [ry]
Baca juga:

Hanya dengan khilafah, konflik di Plestina bisa diselesaikan. Umat Islam harus bersatu untuk mengembalikan kekuatan Islam
BalasHapus