Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Kita hidup pada suatu zaman ketika kegelapan telah mengungkung seluruh dunia. Cahaya yang dahulu pernah memancar dari risalah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. adalah satu-satunya perkara yang dapat mengubah keadaan gelap gulita ini (Salim Fredericks dan Ahmer Feroze, Dari Kegelapan Menuju Cahaya, hal.3)

Sahabat Surga Cinta Qur'an, Allah telah mengibaratkan Rasulullah saw. sebagai as-sirajan munir yakni cahaya yang menerangi. Masyarakat yang dulunya dalam keadaan gelap gulita, kini melalui risalah yang diwahyukan kepada beliau mampu mengubah keadaan gelap gulita menjadi pengemban cahaya Islam kepada umat manusia.

Saat awal turunnya wahyu, Baginda Nabi yang mulia telah menyadari betul bahwa seruan dakwah yang beliau sampaikan akan dihadapi dengan sikap permusuhan. Kecaman Abu Lahab misalnya hingga pada saat itu Al-Qur'an mengutuk Abu Lahab dan istrinya (pembawa kayu bakar). Serta berbagai ejekan orang-orang Quraisy apabila bertemu baginda Rasul dengan ungkapan, "ini dia keturunan Abdul Muthalib yang menyampaikan kata-kata dari langit".  Saat itu, orang-orang musyrik Quraisy tak ada waktu lagi untuk berkelakar dan mengolok-olok. Islam tak bisa diabaikan begitu saja. Orang-orang Musyrik Quraisy sadar bahwa Islam telah membongkar seluruh pandangan hidup yang selama ini telah mendarah daging (mengakar kuat) dalam masyarakat. Meski begitu, hal tersebut tidak membuat beliau surut ke belakang. Beliau tetap menyampaikan dakwah menyerukan tauhid dan mengajak manusia untuk melakukan perbuatan yang baik yang diridai-Nya.

Pada tahap awal dakwahnya, beliau saw. menyerukan Islam kepada orang-orang yang beliau anggap mempunyai kesiapan untuk menerimanya, tanpa mempedulikan usia, kedudukan, ras, atau asal usul. Beliau tak pernah memilih-milih orang atau membeda-bedakan orang dalam berdakwah. Sehingga banyak orang yang beriman dan masuk Islam. Saat itu para sahabat mulai digembleng dengan akidah dan tsaqofah Al-Qur'an. Tak hanya itu, mereka juga disatukan dalam aktivitas dakwah.

Nah, Sahabat Surga Cinta Qur'an, adakah yang tahu apa dakwah politik yang dilakukan baginda Nabi? Lalu, apakah harus generasi Gen-Z melek politik?

Dalam salah satu sabda nya yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Baginda Nabi menggunakan kata siyasah. Kalau kita lihat dalam kamus bahasa Arab, istilah "siyasah" akar katanya "sasa, yasusu, siyasatan" yakni mengurusi atau mengatur satu perkara.

Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan diurusi oleh para Nabi. Ketika wafat seorang Nabi akan digantikan oleh Nabi yang lainnya. Dan sesungguhnya setelah (Nabi Muhammad) tidak ada nabi lagi. Maka akan ada setelahku khulafa (khalifah) yang banyak.

Dari sini, politik ini memiliki makna mengurusi urusan umat secara praktis, yang melakukan memang negara, namun rakyat juga memiliki peranan yang penting. Rakyat sebagai fungsi kontrol terhadap penguasa dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Maka, kenapa tidak Gen-Z melek politik? Sebab, memahami persoalan politik ini juga sangat penting bagi seluruh kaum muslim terutama bagi Gen-Z.

Untuk itu, janganlah ragu melakukan dakwah politik. Meskipun, dakwah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan dan mengharuskan pengembannya bersabar terus menerus di dalam melakukan aktivitas perubahan pemikiran. Dari pemikiran yang rendah menuju pemikiran yang tinggi yang bisa membangkitkan kesadaran umat. Sebab, dakwah seperti inilah yang pernah dicontohkan baginda Rasul selama 13 tahun di Makkah. Beliau melakukan dakwah pemikiran serta perjuangan politik dengan cara mengecam para pemimpin Quraisy, membongkar kejahatan dan rencana mereka yang bertujuan untuk menghancurkan dakwah Islam.

Baginda Nabi juga tak henti melakukan perang pemikiran dengan cara menyerang ide-ide kufur dan aktivitas monopoli dalam muamalah orang-orang Quraisy. Misalnya ide menyekutukan Allah (syirik) mencela penyembahan berhala, mencegah kecurangan dalam menimbang dan menakar, mencela perbuatan membunuh anak-anak karena takut miskin, dan sebagainya.

Dengan begitu, menyeru atau melakukan dakwah politik sejatinya kita sedang meneladani aktivitas Rasulullah saw. sebagai uswatun hasanah. Dimana Allah mewajibkan kita mencontoh dakwah beliau saw. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim kita tidak boleh mencukupkan aktivitas dakwah dengan mengajak umat taubat secara individu saja. Akan tetapi, seorang muslim harus hijrah dan melaksanakan kewajiban tertinggi yaitu berdakwah untuk mengubah pemikiran, perasaan, aturan kehidupan yang saat ini dipimpin oleh kapitalisme menjadi pemikiran, perasaan dan aturan Islam. Dan tujuan itu meniscayakan aktivitas dakwah yang bersifat politik. 

Hanya saja, perlu dipahami bahwa melakukan dakwah politik yang dimaksudkan disini bukanlah dakwah sebagai bagian dari aktivitas kekuasaan, melainkan sebagai aktivitas masyarakat khususnya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dakwah Islam yang terdapat di tengah-tengah masyarakat yaitu memberikan nasehat kepada penguasa atau disebut dengan muhasabah dan juga melakukan amar ma'ruf nahi munkar kepada para penguasa. Perjuangan dakwah itu ada tantangan yang sangat berat. Tapi, berat bukan tidak bisa ya sahabat. Sebab, Allah yang akan memberi jalan. Dakwah Inilah yang nantinya akan menjadi hujjah berada di barisan perjuangan. Jangan sampai ketakutan menyampaikan kebenaran menghalangi langkah kita. Meski kita akui saat ini, mayoritas Indonesia muslim, tapi dari sisi pemikiran, perasaan, dan aturan kehidupan sudah dijauhkan dari pemahaman Islam. 

Maka, sebagai hamlu dakwah harus fokus melakukan dakwah politik ini hingga kemenangan Islam diberikan oleh Allah kepada mereka. Meski dakwah itu ibarat memegang bara api namun melakukan aktivitas dakwah harus pantang menyerah sebab dakwah politik pasti akan senantiasa mendapat halangan dan rintangan. 

Maka, kita harus tahu kuncinya yaitu terus berusaha mendakwahi, siapapun, terus belajar tsaqofah Islam yang membangkitkan, membaca Al-Qur'an, merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an dan memahaminya serta  memperbanyak amal dakwah hingga opini Islam dapat tersebar luas di tengah-tengah umat. Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: