Headlines
Loading...
Pelajar Bunuh Diri, Cermin Lemahnya Mental Generasi

Pelajar Bunuh Diri, Cermin Lemahnya Mental Generasi

Oleh. Dewi Mujiasih

Dikutip dari Detik Jatim pada Rabu, 18 Oktober 2023. Nan (16) Pelajar di Blitar, yang tewas diduga bunuh diri dengan menabrakkan diri ke KA Gajayana. Nan (16) meninggalkan surat wasiat yang berisikan kalimat perpisahan pada keluarga dan teman-temannya. Ia tidak kuat menghadapi masalah.

Tercatat dalam sepekan telah terjadi banyak bunuh diri yang dialami pelajar, mahasiswa, maupun orang dewasa. Tuntutan dari berbagai segi baik eksternal dan internal telah membentuk karakter anak. Tekanan hidup membuat banyak orang stres. Stres berkepanjangan akan menyebabkan depresi atau gangguan kejiwaan. Banyak akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ini adalah gambaran rapuhnya generasi dalam menghadapi permasalahan hidup.

Gempuran pemikiran liberal Barat telah menyeret pada gaya hidup hedonis dan permisif. Hedonis adalah tujuan hidup yang hanya berorientasi pada kesenangan atau kenikmatan. Sedangkan permisif adalah gaya hidup serba boleh, bebas melakukan segalanya.

Mereka memandang bahwa standar kebahagian hanya pada pencapaian materi: harta, ketenaran, kedudukan, seks, dan sejenisnya. Saat semua itu tidak tercapai akan timbul perasaan frustasi. Kehidupan bebas tanpa dikaitkan dengan pemahaman yang benar.

Barat yang mengusung ide kapitalis yang berasaskan liberal (bebas). Kehidupan yang mengagungkan kebebasan individu, tidak memandang halal dan haram. Kapitalis menganggap bahwa standar kebahagiaan adalah materi. Maka tidak heran jika generasi sekarang hanya memperturutkan hawa nafsu saja.

Barat telah memandang bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan (sekuler). Tentu ini bertentangan dengan Islam, karena Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Menjauhkan agama dari kehidupan akan membuat generasi bermental lemah. Saat menghadapi kepungan masalah, akan sangat mudah untuk memutuskan bunuh diri. Padahal Allah Swt. telah berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 53.

"Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah," Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maya Penyayang."

Bunuh diri adalah sikap yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri. Hidup di dunia ini adalah ujian. Ujian bagi hamba-Nya untuk meningkatkan ketakwaannya. Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Rahmat Allah sangat luas bagi orang-orang yang beriman.

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji." (QS. Al-Ankabut: 2)

Dan dalam surat yang lain Allah Swt. berfirman QS. An-Nisa ayat 9.

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadapnya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."

Hendaklah kita takut kepada Allah, agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah (dzurriyatan dhi'afa). Yang dimaksud dzurriyatan dhi'afa bermakna lemah dalam segala hal, terutama adalah lemah imannya. Saat jauh dari aturan Islam akan menimbulkan problematika dalam hidup, karena Allah yang menciptakan manusia. Dan Allah lebih mengerti tentang ciptaan-Nya. Syariat Islam untuk kebaikan manusia sendiri.

Dan ayat di atas, juga mengajarkan agar orang tua bertakwa kepada Allah (falyattaquwah) dan berkata yang benar (qaulan sadida), yang bermakna, hendaklah orang tua berkomunikasi dengan benar. Ketakwaan adalah modal utama dalam mensalehkan keturunannya dan mencetak generasi unggul.

"Dan adapun dinding rumah itu milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya." (QS. Al-Kahfi: 82)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, bahwasanya orang tua yang saleh akan dijaga keturunannya. Keberkahan ibadahnya akan mengalir kepada mereka di dunia dan akhirat.

Dunia ini tempat senda gurau, tempat yang sesungguhnya adalah akhirat. Dunia adalah tempat menguji keimanan hamba-hamba-Nya. Allah menguji setiap manusia untuk melihat amal yang terbaik di antara manusia.

Allah memberi ujian pada manusia dan telah menganugerahinya dengan insting mempertahankan diri (ghorizatun baqa). Secara fitrah manusia akan berusaha mempertahankan hidupnya. Seseorang akan bertindak tergantung dari persepsinya. Pola pikir dan sikap akan menentukan perilaku seseorang. Kepribadian yang didasari pada ketakwaan kepada Allah (syaksiyah Islamiah) akan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, yang menjauhkan dari sifat-sifat tercela yang dilarang Allah.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal. Seseorang akan tetap lurus selama ia berpegang pada agamanya. Negara juga mempunyai peran untuk menjaga aqidah warga negaranya. Aqidah Islam yang dibangun atas dasar ketakwaan kepada Allah Swt. Bunuh diri tidak akan terjadi jika mereka paham tentang agamanya bukan malah menjauhkan generasi dari agamanya.

Pemisahan kehidupan dari agama, akan menimbulkan banyak problematika dalam hidup. Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengatur setiap aspek kehidupan manusia, tidak hanya ritual saja. Islam adalah solusi tuntas mengatasi problematika hidup. [Ni]

Klaten, 23 Oktober 2023.

Baca juga:

1 komentar

  1. Bunuh diri tidak akan terjadi jika mereka paham tentang agamanya bukan malah menjauhkan generasi dari agamanya.

    BalasHapus