
OPINI
Pembebasan Palestina dan Kebangkitan Islam
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)
Timur Tengah kembali memanas. Setelah serangan besar-besaran yang dilakukan Hamas ke Israel di dekat perbatasan Gaza pada Sabtu (7/10/2023), lebih dari 5.000 roket diluncurkan selama 20 menit ke beberapa kota utama di Israel, terutama Jerusalem dan Tel Aviv yang kemudian diikuti beberapa lusin pasukan Hamas yang berhasil menerobos teritori Israel di perbatasan jalur Gaza.
Karena jumlah roket yang diluncurkan terbilang sangat besar, tak pelak sebagian dari roket tersebut berhasil menembus sistem pertahanan Israel "Iron Dome" serta menghancurkan beberapa gedung dan menyasar beberapa lokasi pemukiman penduduk.
Selanjutnya Perdana Mentri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan perang yang kemudian Netanyahu memerintahkan pemanggilan pasukan cadangan dan memerintahkan militer untuk membersihkan kota-kota yang disusupi militan Hamas. Menurut Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Hamas telah melakukan kesalahan besar dan dengan percaya diri, dia berjanji bahwa Israel akan memenangkan perang ini.
(voaindonesia.com, 07/10/2023)
Israel juga segera memutus pasokan listrik, air, dan barang ke Jalur Gaza, hingga membuat daerah tersebut gelap gulita pada malam hari. Mengutip dari CNN, media lokal setempat juga melaporkan, lebih dari 1.500 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sementara di Palestina sebanyak 232 korban dinyatakan tewas dan sebanyak 1.697 lainnya mengalami luka-luka.
Sebagaimana biasa, adanya insiden tersebut menuai kritik serta kutukan dari Amerika dan negara-negara Barat lainnya. Kementerian luar negeri Arab Saudi menyerukan penghentian segera kekerasan antara Israel dan Palestina.
Menanggapi hal tersebut, Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu RI) turut bersuara, dalam pernyataan resmi Kemenlu mengatakan bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel harus segera dicapai, dengan merunut akar masalah, dan menyelesaikannya dengan menggunakan parameter yang sudah disepakati PBB. (katadata.co.id, 8/10/ 2023)
Seruan Indonesia ataupun negara-negara muslim lainnya pada dasarnya hanyalah kecaman pengkhianatan yang mencari aman, karena seperti diketahui bersama bahwa akar konflik yang terjadi di antara Palestina-Israel, berawal dari tanah Palestina yang diberkahi, telah dijajah dan dirampas oleh entitas Yahudi, yang berkordinasi dengan para penguasa zalim dengan melibatkan banyak negara-negara di dunia.
Adapun seruan untuk perundingan diplomatik, normalisasi atau solusi dua negara yang ditawarkan PBB, tak lebih dari upaya Amerika untuk menjaga anak emasnya yaitu entitas Yahudi, karena bagaimana pun Amerika menyadari keberadaan entitas Yahudi adalah suatu hal yang penting baginya, yang bisa menjadi pondasi terdepan bagi Amerika dan seluruh orang Barat, dalam melakukan perang melawan Islam, peradaban, dan umatnya.
Palestina ibarat pembuluh darah bagi tubuh umat Islam dan ada banyak alasan mengapa umat Islam wajib mempertahankan Palestina.
Selain status tanah Palestina adalah tanah kharajiyah yang menjadi milik kaum muslim seluruhnya, bukan hanya untuk umat muslim di Palestina, tapi seluruh umat muslim di dunia. Di sana juga ada Masjid al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama, sekaligus tempat Rasulullah saw. melakukan isra mi'raj.
Kegagalan umat Islam dalam menjaga pembuluh darahnya seolah menjadi parameter bagi musuh-musuh Islam akan lemahnya umat Islam saat ini.
Topeng Kemunafikan
Kita bisa melihat bagaimana Amerika dan Barat begitu mendukung Ukraina dalam berperang mempertahankan tanah mereka dan mengeluarkan penjajahan Rusia
dengan bantuan uang dan senjata. Bahkan, para penguasa muslim mengikuti Amerika dalam kebijakannya dan menyerukan keutuhan tanah Ukraina, hingga seluruh tanah mereka termasuk Krimea, kembali.
Tapi sebaliknya, ketika Palestina ingin mempertahankan tanahnya, Amerika dan semuanya termasuk di dalamnya para pemimpin umat Islam menginginkan agar Palestina berbagi tanah dengan para penjajah dengan pembagian yang tidak adil yaitu melalui solusi dua negara. Dan permintaan ini terus-menerus diulangi oleh para penguasa muslim di setiap kesempatan.
Padahal, jika benar para pemimpin muslim tersebut ingin membantu membebaskan Palestina, bukankah dalam setiap negara, mereka punya tentara, senjata, serta Alustista? Kenapa hanya disimpan dalam barak-barak mereka? Hanya mengecam dan menyeru tanpa tindakan apa-apa.
Itu adalah bukti nyata pengkhianatan para pemimpin muslim yang berkuasa hari ini, pada Palestina, pada umat Islam, sekaligus menunjukan kesetiaan mereka hanya pada kepentingan Amerika dan entitas Yahudi.
Konflik yang Tertanam
Penjajahan Yahudi atas tanah Palestina bukanlah hal yang baru terjadi kali ini, tapi sudah sangat lama. Dan Inggrislah sebagai otak di belakangnya. Konspirasi tersebut kian memuncak pada Perjanjian Sykes-Picot 1916 dan Deklarasi Balfour yang isinya adalah pernyataan terbuka, akan dukungan kediaman nasional bagi bangsa yahudi yang dikeluarkan Pemerintah Inggris pada tahun 1917 semasa Perang Dunia I.
Padahal pada saat itu, Palestina adalah salah satu daerah di dalam wilayah kesultanan Utsmaniyah dan warga Yahudi di Palestina, masih menjadi kaum minoritas kala itu. Hingga kemudian di deklarasikan Israel di tahun 1948. Setelah itu, Amerika dan negara barat lainnya membela, mendukung, merangkul, mempersenjatai para penjajah tersebut.
Hingga saat ini sebagian besar tanah Palestina dirampas oleh zionis Yahudi. Dan sejak saat itu rakyat Palestina terpenjara di rumah sendiri, Kebebasan mereka terampas, Mereka bahkan bisa dibantai habis-habisan oleh zionis yahudi, kapanpun zionis yahudi inginkan.
Dengan kata lain Israel posisinya adalah sebagai penjajah yang kemudian diketuai oleh Amerika. Lalu, setelah semua perampasan dan kebiadaban yang terjadi. bagaimana mungkin Palestina bersedia membagi negaranya kepada penjajah?
Solusi Tipu-tipu
Pasca runtuhnya Daulah Utsmaniyah oleh Mustafa kemal seorang pengkhianat yang berkerja sama dengan barat, inggris muncul sebagai negara superpower di dunia. Dan sempat mendirikan Liga Bangsa-bangsa tahun 1919 sebagai konstitusi internasional. Akan tetapi Perang Dunia kedua segera pecah.
Dan hasil pentingnya adalah munculnya Amerika sebagai satu-satunya pemenang tanpa kerugian yang mengantarkannya menjadi negara superpower, kendati sempaqt munculnya Uni Soviet pada akhirnya tenggelam kembali di tahun 1989.
Pada 24 Oktober 1945 Amerika kemudian merekonstruksi konstitusi internasional melalui Badan PBB berkedok menjaga perdamaian, pencegahan konflik Amerika berupaya menjaga hegemoninya dan terus meluaskan Neo Imperalisme-nya melalui ideologi kapitalisme yang merusak, agar bisa dengan leluasa menyerap kekayaan tiap negara, serta memperbudak rakyatnya.
Jadi, baik itu PBB, dewan-dewan dan organisasi-organisasi di bawahnya, pada dasarnya hanyalah alat yang digunakan Amerika untuk mengendalikan itu semua.
Itulah sebabnya solusi-solusi politik yang di keluarkan PBB selama ini tak lebih hanya untuk kepentingan Amerika, termasuk tentang isu Palestina.
Amerika berusaha tampil bagai pemimpin yang bijaksana, berusaha menenangkan wilayah dan memadamkan api yang menyala di perasaan umat Islam yang rindu akan pembebasan tanah yang diberkahi. Namun di sisi lain Amerika tetap bisa menjadikan Palestina menjadi ladang untuknya.
Maka lahirlah solusi tipu-tipu, dengan cara memberi rakyat Palestina sebuah negara dan memberi Yahudi sebuah negara. Dengan begitu perkara ini dianggap selesai dan perselisihan akan berakhir. Begitulah yang tertera di Arab Peace Initiative dengan solusi yang dinamakan dengan “Solusi dua negara”.
Dan untuk mengimplementasikan solusi tersebut, Amerika menjadikan para penguasa muslim sebagai corongnya, Dengan demikian Amerika bisa menenangkan situasi dengan menjamin keamanan serta kepentingannya di wilayah tersebut.
Solusi Hakiki Hanya Jihad dan Khilafah
Namun seberapa besar keinginan umat Islam menerkam para zionis Yahudi saat ini, kita selalu terkendala oleh sekat-sekat nasionalisme yang juga buatan mereka. Maka pertanyaannya, sampai kapan kita umat Islam akan terus dipermainkan? Sementara saudara-saudara kita juga tak pernah selesai dari penyiksaan?
Selain itu ada yang perlu diingat bahwa umat muslim juga terikat dengan Perjanjian Umar (Al-‘Ahd al-Umariyyah) dengan kaum Nasrani Yerusalem. Perjanjian yang ditandatangani oleh Pendeta Sofronius dan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pada tahun 637 M. Yang diantara poin perjanjiannya adalah tidak mengizinkan kaum Yahudi lewat dan bermalam di Yerusalem dan juga dilarang tinggal bersama warga Nasrani atas permintaan kaum Nasrani Yerusalem.
Isi perjanjian tersebut masih mengikat kaum Muslim hingga hari ini.
Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslim untuk membebaskan tanah palestina setiap jengkalnya dari cengkeraman zionis Israel dari tanah Palestina. Terlebih karena ikatan akidah kita sesama muslim adalah saudara. Apa yang kelak akan kita jadikan hujjah di hadapan Allah Swt., jika kita hanya diam menyaksikan ketidakadilan dan penindasan yang terjadi pada saudara kita?
Jadi sudah waktunya bagi umat Islam untuk bangkit, bergerak bersama, mengubah keadaan dan tidak terus terpaku dalam kebingungan, atau membiarkan diri dalam belenggu para penguasa pengkhianat. Dengan motivasi besar yang lahir dari keimanan dan kecintaan terhadap Islam atas Tanah Palestina yang diberkati, mari bersama kita memulihkan kedaulatan kita dengan mendirikan Daulah Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian.
Sebab tidak ada solusi yang hakiki untuk membebaskan palestina dari tangan para penjajah. Kecuali dengan jihad fisabilillah. Bersama sang Khalifah dan tentara-tentara muslimnya maka pembebasan Palestina tidak akan butuh waktu lama. Karena kita adalah umat Muhammad, umat yang kuat dan besar, umat Islam yang mulia dengan sejarah kemenangannya.
Wallahu'alam. [my]
Baca juga:

0 Comments: