Headlines
Loading...
Rusaknya Fungsi Keluarga dalam Kehidupan Sekuler

Rusaknya Fungsi Keluarga dalam Kehidupan Sekuler

Oleh. Thaifah Zhahirah (Pendidik dan Pegiat Literasi)

Kekerasan dalam keluarga kembali terjadi. Bahkan kali ini mengakibatkan seorang anak meninggal dunia. Muhammad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di saluran irigasi atau sungai blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu pada Rabu (4/10/2023). Dimana korban ditemukan dalam keadaan berlumuran darah dan tangan terikat ke belakang (regional.compas.com, 08/10/2023).

Berdasarkan fakta penyelidikan, diketahui bahwa Muhammad Rauf hidup dalam keluarga yang tidak lengkap dimana ayah dan ibunya telah bercerai setahun sebelumnya. Selain tinggal di rumah kakek, kesehariannya banyak dihabiskan di jalanan, tidur di pos ronda, dan makan dengan meminta-minta atau mencuri di rumah warga. Pada hari kejadian, Muhammad Rauf pulang ke rumah kakeknya melalui atap dan hal ini diketahui oleh sang kakek hingga menimbulkan keributan dan terjadi pemukulan. Saat korban hendak kabur, kakeknya berteriak memanggil ibu korban yang kemudian ibu korban pun memanggil paman korban. Dengan bantuan pamannya tubuh yang sudah berlumuran darah itu diikat dan diletakkan di depan kamar. Setelah itu ibu korban pergi meminjam motor kepada tetangga dan membonceng korban ke arah Indramayu yang kemudian dibuang di saluran irigasi. 

Sungguh tragis, keluarga yang seharusnya berperan sebagai benteng perlindungan bagi anak justru menjadi penyebab kematiannya. Sosok ibu yang seharusnya mendidik dan mengurus anak dengan penuh kasih sayang justru menjadi pelaku kekerasan. Apa yang salah dari keadaan ini?

Sejumlah pihak menyoroti kasus ini salah satunya adalah psikolog dari Universitas Jenderal Achamd Yani (Unjani) Cimahi, Maryam Sigarlaki. Menurut beliau ada beberapa faktor yang mungkin menjadi pendorong sang ibu melakukan tindakan tersebut, yaitu stres akibat perceraian, ekonomi, indikasi gangguan jiwa, dan konflik dalam keluarga yang mempengaruhi emosi ibu.

Rusaknya Fungsi Keluarga

Keluarga adalah institusi terkecil dalam kehidupan bersama sekaligus benteng perlindungan bagi setiap anggota di dalamnya. Saat fungsi ini berjalan sebagaimana mestinya maka akan lahir sebuah keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menjaga. Jika anak melakukan kesalahan maka orang tua akan melakukan upaya terbaik untuk kembali meluruskan, menjalankan peran sebagai pendidik dengan penuh tanggung jawab. Orang tua akan berusaha membangun pemahan yang benar pada anak sehingga anak akan memahami apa yang dia perbuat dan konsekuensinya. Bukan justru tersulut emosi dan dengan mudah melakukan kekerasan.

Apa yang kita saksikan hari ini adalah gambaran betapa rapuhnya bangunan keluarga yang ada saat ini. Masalah yang muncul sebagai bagian dari kehidupan ternyata tidak mampu disikapi dengan baik, sehingga jalan keluar yang dipilih cenderung emosional dan tidak memikirkan konsekuensi yang harus ditanggung kemudian.

Kehidupan Sekuler Penyebabnya

Kehidupan sekuler adalah kehidupan yang menghilangkan peran agama di dalamnya. Menjadikan akal manusia sebagai satu-satunya penentu dan pengatur bahkan dalam kehidupan keluarga. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pilihan tingkah laku. Tanpa pedoman agama, baik dan buruk menjadi relatif yang akan disesuaikan dengan pandangan dan kepentingan masing-masing. 

Begitu pun dalam kehidupan keluarga. Tanpa agama maka tidak akan dipahami bagaimana bangunan keluarga yang seharusnya. Baik dan buruk akan sangat bergantung pada situasi. Melakukan tindakan apapun untuk memenuhi kebutuhan menjadi sesuatu yang biasa. Saat menghadapi masalah, tidak ada pengontrol emosi dan cenderung gegabah dalam menyelesaikannya.

Hal ini semakin diperkuat dengan himpitan ekonomi yang semakin sulit. Sehingga sangat rentan dengan stres dan depresi karena tidak bisa memenuhi kebutuhan yang semakin mahal. Belum lagi fakta ketimpangan kondisi ekonomi yang rawan melahirkan kecemburuan sosial.

Kembalikan Kemuliaan Hidup dengan Islam

Pengaturan kehidupan tidak bisa diserahkan pada akal manusia yang terbatas. Sistem kapitalisme-sekuler yang saat ini diterapkan sejatinya tidak mampu melahirkan kehidupan yang mulia. Berbagai persoalan jutru bermunculan akibat dari penerapannya. Karena sistem ini jugalah fungsi keluarga menjadi rusak.

Berbeda dengan sistem Islam yang agung. Sistem yang datang dari sang pencipta, Allah Swt. yang sempurna mengatur ini telah menetapkan fungsi dan tujuan dibangunnya sebuah keluarga. Sehingga saat berpedoman kepada Islam, maka akan lahir keluarga terbaik yang melahirkan generasi yang unggul.

Tiga pilar penjaga yang ada di dalamnya akan menjamin penerapan aturan Islam dalam kehidupan. Dimana ketakwaan individu akan menjadi benteng pertama yang mencegah dari perbuatan yang rusak dan tercela. Kemudian masyarakat sebagai benteng kedua tidak akan membiarkan ada pelaku dan perilaku maksiat di tengah-tengah kehidupan mereka, sehingga upaya menyeru kepada kebaikan akan dilakukan semata karena kepedulian dan tanggung jawab. Ketiga adalah penerapan hukum oleh negara yang akan memastikan bahwa masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhannya dan terhindar dari melakukan kemaksiatan karena terpaksa akibat tuntutan kebutuhan. [Ma]

Baca juga:

0 Comments: