Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Fahhala
(Pemerhati Remaja) 

"Zaman sekarang yang penting viral, " itu adalah perkataan sebagian kalangan muda untuk bisa eksis dan diakui. Tidak peduli perbuatannya itu benar atau salah, halal atau haram, berpahala atau berdosa. 

Mayoritas pemuda, selalu up to date, scroll berbagai berita viral atau FYP untuk bisa diikuti supaya bisa disebut gaul dan menemukan jati diri. Bahkan dengan melakukan aksi kekerasan dan kejahatan, seperti berita tentang 76 siswa SMP di Magetan, 11 siswa SD di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur menyayat tangannya sendiri akibat terpengaruh konten media sosial (Kompas.com, 3/10/2023).

Generasi muslim saat ini memang cenderung meremehkan aturan Allah Swt. tidak sedikit dari mereka yang suka nyontek, ngeprank, pacaran, pamer aurat, ngebully, ghibah dan lain-lain.

Potret buram generasi sekarang, sangat berbeda dengan generasi Islam terdahulu. Misalnya Bilal bin Rabbah yang tetap menggenggam Islam kuat-kuat walaupun dadanya ditindih batu besar, dijemur di tengah gurun pasir, diseret dan dipukuli sampai berdarah-darah oleh kaum kafir Quraisy. 

Ada juga Sumayyah muda yang nasibnya sama dengan Bilal, namun Islam tetap digenggam erat meski nyawa jadi taruhan. 

Selain itu ada juga Mushab Bin Umair yang rela meninggalkan kekayaannya demi Islam, rela hidup miskin, bahkan saat wafat kainnya tidak cukup untuk menutupi semua bagian tubuhnya.

Cobaan yang berat tidak menjadikan mereka meninggalkan Islam sebagai way of life. Sangat berbeda  dengan sebagian generasi zaman now yang sangat rapuh, mudah  melanggar aturan Allah Swt. dengan berbagai alasan yang remeh dan sepele. Seperti pas ujian takut nilainya jelek solusinya nyontek. Butuh perhatian solusinya pacaran. Ingin eksis solusinya ghibah. Sibuk mengerjakan tugas sampai meninggalkan salat, astagfirullah.

Akibat Sekulerisme

 Pangkal penyebab potret buram generasi sekarang karena sistem hidup yang diterapkan adalah sistem kapitalisme sekulerisme yang membuat masyarakat memosisikan keuntungan duniawi sebagai hal utama yang harus dikejar. Maka wajar,  jika gaya hidup dirasa lebih penting daripada agama, sampai menghalalkan segala cara untuk mendapat kepuasan materi. 

Pandangan Islam

Keimanan kepada Allah Swt, Rasulullah saw dan akidah Islam bisa kita perkuat dengan memikirkan segala sesuatu yang ada disekitar kita berupa manusia, alam semesta dan kehidupan. Untuk sampai pada kebenaran yang pasti bahwa di balik semua itu
ada Allah Swt. yang telah menciptakan kita dan memberikan aturan kehidupan bagi semua makhluk-Nya.

Telah tampak banyak bukti kuat yang bisa kita indra dan pikirkan dalam beriman kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim pun melakukan proses pencarian adanya pencipta yakni Allah Swt. melalui proses berpikir. Proses yang sama bisa kita lakukan supaya sampai pada keyakinan yang kuat kepada Allah Swt. sehingga tidak cukup berislam cuma karena keturunan atau KTP. 

Imam Syafi'i pernah berkata, "Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk makrifat kepada Allah Swt."

Sebagai contoh, kita bayangkan jika ada seseorang yang membawa kita ke Korea tapi di tengah perjalanan pesawat yang ditumpangi mendarat. Kita tidak tahu apa alasannya? tujuannya disana untuk apa?karena tidak mau mencari tahu atau tidak bertanya akhirnya yang dilakukan hanya menghabiskan waktu dengan foto-foto, kulineran dan shopping seharian. Padahal  kita disana cuma transit saja, waktunya hanya dua jam untuk istirahat setelah itu pesawatnya akan terbang lagi, pastinya kita akan ketinggalan pesawat. 

Nah inilah pentingnya memahami tiga simpul besar. Sebelum beramal, kita harus tahu darimana kita berasal? apa tujuan kita hidup di dunia? dan akan kemana kita setelah mati? 

Dengan memikirkan tiga hal ini, maka akan ditemukan tujuan hidup yang benar. Pertanyaan pertama, dari mana kita berasal? jawaban atas pertanyaan tersebut bahwa kita berasal dari Allah Swt. kita diciptakan oleh Allah Swt. karena kita sebagai makhluk, dengan berpikir dan memahami bahwa segala yang ada di sekitar kita diciptakan oleh Allah Swt. 

Manusia dengan segala macam bentuk rupa dan fisiknya diciptakan oleh Allah Swt. matahari, bulan, bintang, planet yang ada di langit, ombak di laut menunjukkan adanya Sang Pencipta yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa. 

Dengan mengamati semua yang bisa dijangkau akal kita, bisa disimpulkan bahwa semua itu ada karena diciptakan oleh Allah Swt. Keyakinan bahwa Allah Swt.-lah yang telah menciptakan kita diperkuat dengan dalil dari alqur'an, di antaranya dalam Al-Qur'an surah al-A'raf ayat 54, yang artinya, " Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Dia bersemayam di atas Arsy."

Pertanyaan kedua, untuk apa kita diciptakan? Maka alqur'an pun memberikan jawabannya yakni untuk beribadah. Secara jelas tertulis di dalam surah Adz-Dzariyat : 56.  

Ibadah dalam hal ini tidak hanya meliputi ibadah mahdah saja tetapi ghair mahdah yang mencakup segala amal yang dilakukan sebagai bentuk keta'atan dan ketundukan kita kepada aturan atau syariat dari Allah Swt. Dengan menjalankan semua aturan Allah Swt. secara menyeluruh (kaffah) dalam segala aspek kehidupan kita. 

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 19 yang artinya, "Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia."

Pertanyaan ketiga, akan kemana kita setelah mati? jawabannya bahwa kita akan kembali kepada Allah Swt. yakni ke surga atau neraka di akhirat sana. 

Surga diperuntukkan bagi mereka yang hidup sesuai perintah Allah Swt. dan neraka untuk mereka yang membangkang kepada Allah Swt. di dalam surga kita akan bahagia selamanya sedangkan neraka akan menderita selamanya, na'udzubillah

Firman Allah Swt dalam TQS. Al Ghasyiyah ayat 25-26 yang artinya, "Sesungguhnya kepada Kami-lah kembalinya mereka dan sesungguhnya kewajiban Kami-lah untuk menghisab mereka"

Umur dan seluruh hidup kita adalah investasi akhirat kita nanti. Maka harus dimanfaatkan dalam kebaikan, yakni ta'at kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw, dengan memahami, menjalankan dan mendakwahkan semua aturan Islam secara menyeluruh (kafah) dalam segala aspek kehidupan. [ry].

Baca juga:

0 Comments: