Headlines
Loading...
Apa Dampak Konflik Amerika Serikat-China untuk Indonesia?

Apa Dampak Konflik Amerika Serikat-China untuk Indonesia?

Oleh. Rina Herlina
(Pegiat Literasi) 

Disaat Palestina dan Israel terus memanas, ternyata ada konflik lain yang juga tak kalah panas. Seperti dilansir dari cnbc.indonesia.com, 30/10/2023, Amerika Serikat (AS) dan China yang seperti kita ketahui merupakan negara maju dan memiliki power, saat ini juga tengah terlibat konflik geopolitik yang cenderung akan berdampak pada industri teknologi kedua negara tersebut. Bahkan kini keduanya saling blokir teknologi bertujuan untuk saling menghambat perkembangan industri masing-masing. 

Morris Chang yang merupakan pendiri raksasa semikonduktor TSMC ikut buka suara menanggapi masalah relasi AS-China yang berimplikasi negatif terhadap industri. Dalam industri manufaktur semikonduktor, Morris merupakan salah satu tokoh penting. Untuk itu opini dan pandangannya dinilai signifikan. 

Menurutnya, keretakan hubungan kedua negara tersebut akan sangat menghambat perkembangan semikonduktor global. Maksudnya adalah perkembangan semikonduktor secara keseluruhan akan melambat.

Hubungan antara kedua negara ini memang telah lama memanas, dan semakin menegang lantaran beberapa hal. Salah satu kejadian yang menjadi puncaknya adalah pada saat pemerintah AS meminta pihak China untuk menutup konsulatnya yang berada di Houston (cnbc.indonesia.com, 24/07/2023).

Pada 2018 adalah dimulainya perang dagang antara AS dan China. Waktu itu presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk memberlakukan tarif impor terhadap produk-produk China yang dianggap merugikan AS. Perang dagang sendiri merupakan suatu keadaan dimana suatu negara memberlakukan kuota atau tarif impor dan negara asing pun membalas dalam bentuk proteksionisme perdagangan yang serupa. Adapun tujuan dari perang dagang adalah untuk proteksionisme, walaupun proteksionisme yang diberlakukan dalam kebijakan perang dagang tidak menyangkut seluruh komoditas dagang. Itu artinya bahwa, ada komoditas dagang yang tidak tersentuh.

Konflik Picu Resesi Global

Konflik antara AS dan China yang terjadi akibat dari adanya pembatasan ekspor maupun perdagangan ini, diperkirakan akan memicu terjadinya resesi global. 

Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Ekonomi and Law Studies (Celios), melihat bahwa kedua negara tersebut adalah pusat perekonomian terbesar di dunia dan memiliki peran penting bagi stabilitas ekonomi Indonesia dari sisi eksternal. Maka menurutnya, dengan keadaan tersebut Indonesia yang merupakan mitra dagang untuk kedua negara harus melakukan mitigasi terutama terhadap pergerakan dolar AS yang ber fluktuasi juga devaluasi Yuan China yang akan terjadi. 

Begitupun Tiongkok, karena kehilangan pasar di AS akibat berlanjutnya perang dagang maka bisa saja mereka melakukan devaluasi Yuan. Hal ini tentu saja bisa membuat barang-barang impor yang berasal dari Tiongkok menjadi lebih murah terutama di pasar Indonesia (cnbc.indonesia.com, 13/06/2023).

Untuk itu, Indonesia sebagai negara yang mempunyai peluang dari sisi ekspor, harus berhati-hati terhadap lonjakan bahan baku, barang setengah jadi, sampai barang jadi yang berasal dari negara Tirai Bambu tersebut. Dimana hal itu bisa memperburuk neraca perdagangan Indonesia juga memperlemah nilai tukar rupiah. 

Jika eskalasi perang antara AS dan China semakin mengalami kontraksi, hal itu juga bisa memengaruhi sektor komoditas ekspor lainnya di Indonesia misal, batu bara, CPO, dan nikel. Tentu hal tersebut harus diwaspadai, maka Indonesia harus berupaya memperkuat basis pasar domestik juga UMKM. Sehingga ekonomi Indonesia bisa lebih imun pada saat ada gejolak perdagangan dan gangguan rantai pasok.

Airlangga Hartarto selaku Menko bidang perekonomian mengatakan bahwa Indonesia bersama belasan negara lainnya di dunia saat ini tengah menyiapkan antisipasi atas ketegangan tersebut. Terutama memastikan ketersediaan barang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan. Ia menyebutkan secara spesifik yaitu komoditas nikel, karena mayoritas nikel Indonesia di ekspor ke China. Dan ketegangan tersebut dapat membuat permintaan nikel dari China menurun drastis (cnbc.indonesia.com, 10/07/2023).

Itulah beberapa upaya dan antisipasi dari pemerintah terkait dampak yang akan ditimbulkan dari memanasnya hubungan AS dan China. Walaupun faktanya hingga saat ini semua upaya tersebut belum menjadi solusi yang tepat untuk Indonesia. Karena solusi yang dibutuhkan dan di inginkan masyarakat adalah bagaimana supaya negeri ini tidak terus menerus bergantung terhadap negara luar terlebih AS dan China yang notabene adalah negara super power yang telah banyak mengintimidasi negara-negara berkembang. 

Islam Solusi Menyeluruh

Sejatinya Islam adalah agama yang syamil (universal) dalam mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh. Universalitas tersebut meliputi berbagai macam aspek kehidupan yang menjadi pusat perhatian manusia. Mulai dari politik hingga kesehatan, bahkan sejak kita beraktivitas pagi hari hingga beristirahat di malam hari. Hal itu dikarenakan Islam diturunkan oleh Allah Swt. kepada umat manusia tidak lain adalah sebagai guide book kehidupan yang telah termaktub dalam sumber pedoman utama yaitu Al Qur'an juga Hadits.

Namun sayangnya, universalitas Islam tersebut belum bisa sepenuhnya di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya terkait hubungan internasional. Hal ini dikarenakan saat ini para ilmuwan muslim, sejatinya adalah kita, belum memaksimalkan intergrasi nilai-nilai Islam pada bidang keilmuan kita.

Dalam perspektif Islam sendiri, hubungan internasional sangat mengedepankan konsep keadilan antar negara supaya bisa mencapai perdamaian. Sedangkan prinsip-prinsip yang terdapat pada hubungan internasional dalam kacamata Islam antara lain prinsip kerja sama, memuliakan manusia, perdamaian, keadilan, dan memenuhi janji.

Sejatinya, Islam sangat menjunjung tinggi semangat perdamaian. Karena peperangan (konflik bersenjata) hanya dilakukan saat umat Islam diserang, maka disinilah umat wajib berjihad sebagai pengantar untuk mendapatkan benang merah antara eksistensi hukum internasional terhadap eksistensi Islam dunia. 

Suksesnya kerja sama internasional perlu didukung oleh kesamaan pandangan juga tujuan sehingga lahirnya hukum internasional, yaitu hukum yang dimotori oleh negara-negara adikuasa dalam hal ini Amerika Serikat dan sekutunya Yahudi. 

Konflik hingga berujung peperangan adalah konsekuensi dari pengindahan terhadap perintah-perintah Allah di dalam Al Qur'an salah satunya pada surah Ar-Rum ayat 22: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui."

Pada beberapa referensi dinyatakan bahwa hukum internasional muncul pertama kali di Eropa, kemudian menyebar keseluruh dunia. Namun, jika kita lihat latar belakang sejarahnya, sampai abad ke-16 negara-negara kristen itu masih tercerai-berai. Lalu pada akhirnya mereka bersatu membentuk ikatan keluarga kristen internasional (Internasional Christian Family) maka tampaklah bahwa pada mulanya kata " internasional " bermakna "antar negara" itu artinya hukum yang mengatur persatuan antar negara-negara (Kristen) Eropa bukan dimaksudkan untuk pengertian internasional dalam makna luas (universal).

Wallahu'allam. [An]

Baca juga:

0 Comments: