Oleh. Rita Mutiara
Tujuan hidup manusia ingin bahagia, tetapi setiap orang punya konsep kebahagiaan yang berbeda. Jika konsep kebahagiaan seseorang dengan memiliki barang, maka tidak akan pernah mencapai puncak bahagia, sebab manusia diciptakan dengan keinginan yang tidak terbatas.
Seandainya seseorang telah memiliki rumah akan muncul keinginan memiliki kendaraan. Setelah itu muncul lagi keinginan ingin memiliki rumah yang lebih besar, demikian seterusnya selalu dibayangi rasa tidak puas. Rasa tidak puas tersebut menimbulkan rasa ketidakbahagiaan, sehingga banyak orang yg merasa tidak bahagia dengan pencapaiannya.
Orang menyangka harta dan uang akan menjaminan kebahagiaan. Kita melihat di media orang kaya memiliki fasilitas yang lengkap dan mewah terlihat hidup yang nyaman. Mereka punya banyak uang, biaya untuk berlibur ke berbagai tempat selalu ada. Menikmati hidangan mahal dan istimewa, membeli barang apapun mampu dibel dan melakukan aktivitas sesuai keinginan dengan mudah diwujudkan.
Namun, ternyata ada peritiwa beberapa miliarder meregang nyawa dengan mengerikan, harta kekayaan yang jumlahnya besar menjadi tidak berarti dalam hidupnya.
Ada dua orang miliarder bunuh diri sebagai pilihan hidupnya karena tertekan akibat konflik rumah tangga dan terkait hutang dalam jumlah yang besar.
Dilansir dari Forbes, Senin (24/7/2017) Miliarder asal Rusia bernama Scot Young memberi kesan mengerikan, Young meregang nyawa akibat tertusuk pagar besi, sesudah loncat dari lantai empat penthouse miliknya.
Bisnis properti dilakukan Young menghantarkan dirinya menjadi miliarder sukses. Tetapi kemudian, dia memiliki persoalan keuangan yang pelik. Apalagi, Michelle, mantan istri Young, meminta harta gono-gini waktu perceraian tahun 2006. Michelle mengajukan tuntutan senilai 400 juta poundsterling yang diduga disembunyikan Young, sesudah 11 tahun pernikahan.
Young mengaku sudah kehilangan seluruh hartanya pada 2006. Sesudah mengerjakan proyek konstruksi Moskow pada 2009, taipan ini mengaku sudah bangkrut. Sama halnya dengan Adolf Merckle yang pernah mendapat gelar orang terkaya di Jerman itu mati bunuh diri dengan menabrakkan badannya ke kereta api. Penyebab taipan ini bunuh diri karena terkait hutang dalam jumlah masif. Ia dikabarkan mengalami kerugian 400 juta pound sterling.
Agak berbeda dengan Otto Beisheim, miliarder Jerman ini mati bunuh diri pada 2013 setelah lama menderita penyakit misterius yang tidak dapat disembuhkan. Padahal dia memiliki kekayaan US$ 3,3 miliar. Kekayaan ini didapat berkat 10 persen sahamnya di pusat perbelanjaan Metro.
Pernyataan kekayaan bisa membuat orang sangat bahagia terbantahkan dengan fakta peristiwa tiga miliarder tersebut. Pengalaman Otto Beisheim mengungkapkan bahwa kesesatan merupakan rezeki yang tak ternilai harganya. Hidup harmonis dengan pasangan ternyata melengkapi kebahagiaan hidup di dunia.
Maka muncul rumus bahwa bahagia itu sederhana. Ada orang yang merasa bahagia bila menikmati alam, sehingga memutuskan meninggalkan hiruk pikuk kota dengan tinggal dalam rumah dekat dengan alam, di pegunungan, desa atau hutan. Atau hanya rekreasi melihat pemandangan alam.
Ada orang yang bahagia dengan menjadi sukarelawan, menganggap dirinya berarti karena berguna bagi sesama manusia, atau sesama makhluk hidup bila seorang sukarelawan pencinta binatang.
Psikolog berpendapat, saat kita melakukan kegiatan yang mengaktifkan kreativitas dan inovasi dalam diri akan membuat bahagia. Menikmati kebebasan pikiran, lalu melahirkan imajinasi menginspirasi pemikiran kreatif yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain .
Kreativitas yang dapat menemukan solusi baru, ide-ide, dan pencapaian yang luar biasa.
Kreativitas dan inovasi dapat memperkaya pengalaman hidup dan bisa memberi keunggulan kompetitif di bermacam aspek kehidupan.[Rn]
0 Comments: