Headlines
Loading...
Oleh. Nunung Nur Halimah 

Kehidupan kadang tidak selalu sejalan dengan apa yang kita harapkan, ada suka kadang duka semua silih berganti.  Kecenderungan manusia pun terhadap kesenangan dunia adalah perkara yang alami yang butuh untuk di penuhi, ada kebahagiaan yang ingin di capai dalam hidup agar mampu memberi arti.

Setiap manusia idealnya pasti menginginkan kehidupannya bahagia, yang perlu kita ketahui ukuran kebahagiaan setiap orang pasti berbeda-beda sebagai contoh ada orang yang bahagia saat hidupnya diberikan kelebihan harta, ada yang bahagia walau dalam kesempitan dan lain-lain.

Seseorang yang bahagia saat di uji oleh Allah dalam kehidupannya akan senantiasa bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah disaat dirinya dekat dengan Tuhannya dan sholat sebagai sarana utama mengadukan setiap kesulitan kita kepada-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153).

Kebahagiaan sejatinya diwujudkan oleh diri kita sendiri, rasa syukur dalam hati dan ikhlas yang menyertai akan memberikan setiap kepuasan dalam diri untuk setiap harapan dan impian di hati. Tercapai atau tidaknya, hidup kita akan senantiasa bahagia karena syukur yang selalu dihadirkan.

Seorang istri yang diberikan nafkah oleh suami yang berkecukupan tentu akan bahagia, sebab apa yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga dan anak-anak bisa terpenuhi. Andaikata tidak bersyukur atas apa yang diberikan suami jauh dari merasa cukup, maka sebanyak apapun yang diberikan suami tetap tidak akan memberikan kebahagiaan bagi sang istri.

Di era globalisasi saat ini, tuntutan zaman tentunya menggiring kita untuk bersikap hedonisme, permissive, manajemen keuangan amburadul karena pengelolaan keuangan yang kurang tepat hingga terjebak pada sikap boros terhadap harta.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 27).

Menghamburkan harta dengan boros tanpa jelas adalah sikap buruk bahkan disandingkan sebagai sahabat syetan, karena hakikatnya syetan makhluk yang sangat ingkar atas nikmat Allah Swt.

Tipu daya syetan dalam hati yang ditaati menjadikan kita tidak bahagia, kesempitan hidup bermula dari diri maka bersyukur adalah kunci kebahagiaan diri. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: