Headlines
Loading...
Oleh. Nur Rahayu 

Setiap orang pasti ingin hidupnya bahagia. Gak ada ceritanya orang yang pengin hidup susah. Namun ketika menghadapi hidup kadang impian bahagia itu menjadi berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Ada yang bahagia itu dengan mengukur banyaknya harta yang dimiliki, jabatan tinggi, dan memiliki kekuasaan. Ada yang mengukur, asal semua keinginnya bisa terwujud, ada yang bahagia ukurannya kecantikan dan kegantengan bak boneka barbie. Uuups, kok semua bahagianya karena materi ya? Itu artinya kebahagian masih bertolok ukur dunia, itu kebahagiaan semu.

Apakah tidak boleh? Boleh–boleh saja, tapi ingat nanti semua yang kita miliki itu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. So,  tentu kita tidak mau merugi kan dalam timbangan amal kita saat hidup di dunia. Kita gak mau kan, tertawa di dunia menangisnya di akhirat. Maunya sih, senang dunia bahagia akhirat, betul gak?

Jadi mau bahagia dunia akhirat???
Cung, mau ... mau dong!

Kuncinya, jadikan kehidupan dunia dalam genggaman, artinya kita yang mengatur kehidupan dunia, bukan sebaliknya, kita dalam genggaman dunia, artinya kita diperbudak dunia.  

Begini, hidup di dunia itu sementara, yang kekal adalah kehidupan akhirat. Jika dunia kehidupan yang sementara, kenapa jungkir balik pagi sampai malam untuk meraih yang sementara? Mengejar dunia terus menerus sampai melupakan kehidupan yang kekal atau akhirat. Menganggap kehidupan akhirat itu tidak penting sehingga tidak perlu dikejar. Salah besar, segera luruskan niat!

Dunia kehidupan sementara.
Akhirat kehidupan kekal.
Bagaimana mungkin memilih yang sementara jika yang kekal ada. 
Allah Swt. Berfirman dalam QS. Gafir : 39, yang artinya,
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” 

Jika ingin selamat dunia akhirat, ya kejarlah urusan akhirat juga. Berikan waktu dan prioritas khusus untuk kehidupan yang kekal. Jika dunia bisa ada dalam gengaman, maka jadikan urusan dunia itu untuk membuat tangga menuju langit. Silakan mengambil urusan dunia sebanyak-banyaknya, namun jadikan harta, jabatan, kekuasaan, dan lain-lain yang dimiliki itu, menjadi alat untuk meraih akhirat, hingga Allah rida. [ry].

Baca juga:

0 Comments: