Headlines
Loading...
Oleh. Rosi Arlina 

Sejatinya, makna bahagia itu luas dan tak terbatas.
Bahagia itu terbingkai pada hati yang tulus.
Bahagia itu terbalut pada hati yang bersabar.
Bahagia itu tertanam pada hati yang bersyukur.
Bahagia itu tercipta pada hati yang ikhlas.
Bahagia itu terlahir dari hati yang mudah memaafkan.

Hakikatnya bahagia itu terletak di hati sanubari. Pandai-pandailah menjaga kita punya hati, sebab ia adalah titipan Ilahi Rabbi. Sayangilah ia dengan hanya mengizinkan rasa yang damai dan nan indah saja bersemi.

Berkat kebaikan dan keindahan yang menguasai ruang hati, tentu memberikan dampak positif yang mendorong diri untuk senantiasa bertutur kata dalam kebaikan, mendukung sikap dan perilaku kita untuk bijaksana, mempengaruhi cara pandang kita yang lurus.

Rasulullah saw. bersabda, "Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging , jika baik maka baiklah seluruh anggota. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati ( jantung)." (HR. Bukhari no.52 dan Muslim no.1599).

Penting untuk selalu membersihkan hati, agar tak mudah tersakiti. Kebersihan hati adalah syarat terbukanya pintu kebaikan. Karena hati laksana rumah, maka jaga kemurnian hati agar hanya cahaya kebahagiaan-Nya saja yang menghuni.

Bahagia tak selalu terbungkus oleh senyum tawa. Adakalanya bahagia terletak pada hati yang mampu menyikapi setiap duka lalu membaluti luka itu dengan asma-Nya. Hingga ia rida terhadap takdir-Nya dan Allah pun meridainya. Begitulah adanya bahagia tercipta, yaitu bagi hati yang sudi belajar memandang semua sisi lika-liku kehidupan dengan kacamata keimanan.

Letakkanlah sandaran bahagia itu karena Allah dan hanya untuk-Nya. Maka ia akan mengekal di palung hati. Apabila Allah menjadi permulaan dalam setiap agenda kebaikan, rasa lelah jemu dan luka pun menjadi alasan kebahagiaan. 

Keimanan yang kokoh mampu menumbuhkan, membesarkan keyakinan hingga semakin kental pula kecintaan seorang hamba pada-Nya, bak dayung yang bersambut balasan cinta dari-Nya adalah keniscayaan.

Apabila Allah telah mencintai hamba-Nya, maka tak henti-hentinya Allah menurunkan rahmat serta karunia-Nya ke dalam hati. Yang membuat qalbi hamba itu rasakan ketenangan, meskipun hidupnya sedang dalam keguncangan.

Hati yang senantiasa dekat pada-Nya tentu akan merasa bahagia, lisan yang selalu mengeja namanya akan merasa kedamaian, pikiran yang tak pernah terjeda mengingat-Nya akan terjaga dalam kebaikan.

Bahagia itu ketika percaya pada-Nya, memprioritaskan waktu untuk-Nya. Menyerahkan hati, cinta dan hidup hanya untuk-Nya. 

Kebahagiaan yang hakiki adalah sesuatu yang tak terlihat bahkan tak bisa disentuh. Ia hanya bisa dirasakan dalam indahnya ketaatan, lezatnya ketakwaan dan manisnya keimanan. 

Wallahu a'lam bish shawwab. [My]

Baca juga:

0 Comments: