Headlines
Loading...
Oleh. Rindi Afrina

Bahagia adalah impian semua orang, tetapi tidak semua orang bisa merasakan kebahagiaan yang mereka inginkan Karena kebahagiaan hanya dimiliki oleh orang-orang yang dekat kepada Allah. 
Selain merasakan kebahagiaan dan ketenangan di dunia mereka juga merasakan kebahagiaan di akhirat, yaitu pahala yang Allah berikan dan surga yang Allah sediakan sebagai balasannya. 

Sebagian dari kita menganggap bahwa bahagia itu ketika kita memiliki banyak harta, memiliki jabatan, memiliki anak-anak yang sukses, atau berbuat sesuka hati kita, padahal kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita rida dengan semua ketetapan Allah dan Allah rida atas apa yang kita lakukan. Keridaan Allah hanya bisa kita dapatkan dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNyA bukan dengan bermaksiat kepada Allah. 

Jika bahagia memang di ukur dari banyaknya harta kenapa orang-orang yang memiliki harta berlimpah hidupnya tidak tenang, bahkan di negara yang terkenal super power sekalipun tidak sedikit yang memilih memakai obat terlarang untuk mencari ketenangan.

Jika bahagia di ukur dari memiliki anak yang sukses betapa banyak anak-anak yang tidak mau mengurusi orang tua mereka yang sudah tua dengan alasan pekerjaan. 
Sehingga yang terjadi para orang tua harus tinggal sendirian tanpa ada yang mengurusi, Bahkan ada yang sudah meninggal berhari-hari baru jasadnya ditemukan. Jika bahagia memang diukur dari tingginya jabatan yang di miliki seseorang, betapa banyak para pejabat yang stres, tersandung kasus korupsi dan akhirnya memilih bunuh diri.

"Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia dan akhirat maka haruslah memiliki banyak ilmu.” (HR. Ibnu Asakir).

Bahagia itu memang pilihan, karena ingin bahagia tidak cukup hanya bermodalkan keinginan tetapi, harus memiliki niat yang kuat untuk bahagia di dunia dan di akhirat. Mustahil orang yang ingin bahagia tetapi tidak mau berusaha mencari ilmu atau caranya. Karena amal tanpa ilmu akan sia-sia. 

Ilmu yang di pakai dalam beramal juga harus ilmu yang di contohkan oleh Rasulullah dan diperintah oleh Allah, bukan ilmu yang kita anggap benar atau ilmu yang hanya dilakukan oleh kebanyakan orang. 
Kebenaran suatu ilmu dapat diyakini ketika mempunyai dalil dan sunnah  yang sahih dari Rasulullah Saw. Wallahualam bissawab. [ry]

Baca juga:

0 Comments: