Oleh. Ratih Mayane
Terkadang kita terlalu memaksakan perlakuan orang lain terhadap kita. Kita menginginkan orang lain mengerti kita. Menginginkan semua orang berbuat baik kepada kita, hingga kita bisa merasakan damai yang sempurna. Pada kenyataannya perlakuan orang lain diluar kehendak kita, jauh dari apa yang kita harapkan, jauh dari apa yang kita angankan. Pada akhirnya kecewa dirasakan.
Bahagia milik kita, kita yang tentukan arahnya. Dimana hati kita akan kita condongkan. Prasangka buruk yang kadang menghalangi kita untuk bahagia. Terlalu banyak prasangka buruk mengelilingi otak kita. Padahal Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seperti hadits Bukhari Muslim yang berbunyi "Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku". Prasangka baik kepada Allah adalah sumber bahagia yang tak ternilai. Jika hati kita senantiasa mendekat padanya, mengharap ridho-Nya, melibatkan-Nya disetiap langkah, maka kenyamanan yang kita dapatkan. Ketenangan hati akan segala kuasanya, dengan segala ketetapannya dan meyakini semua adalah atas izin-Nya.
Kepada siapa lagi kalau bukan pada-Nya kita bertumpu. Seringkali berharap pada manusia kita mendapatkan kecewa. Seringkali kita berharap kepada usaha yang kita lakukan tapi kecewa pula dengan hasilnya. Karena memang Allah belum mengizinkan. Kebahagiaan hakiki adalah bisa menyadari dan menerima bahwa semua ketetapan-Nya adalah yang terbaik, rencananya adalah rencana terindah. Melibatkan-Nya dalam setiap langkah dan doa, memohon dengan keyakinan akan dikabulkan. Kebahagiaan akan diraih bukan karena mereka, tapi karena ridho-Nya yang memberikan rasa bahagia. Allah yang memberikan rasa bahagia. Bahagia bisa berjuang dijalan-Nya, bahagia bisa membahagiakan keluarga, bahagia bisa bermanfaat untuk banyak orang, bahagia tidak ada waktu yang sia-sia. Berbahagialah dengan apa yang kita miliki saat ini, dengan apa yang kita jalani saat ini. Dengan bahagia yang terpancar dari diri, maka alam pun akan mendukung kita untuk mensyukuri segala nikmat pemberian sang ilahi.
Pagi yang bahagia akan menarik energi positif di alam sekitar. Membuat aktivitas terasa ringan. Menjalankan hari dengan senyuman walau tetap jangan lupa untuk sarapan. Berpikirlah untuk membahagiakan, karena kita adalah sumber kebahagiaan mereka. Anak-anak yang membutuhkan ibu bahagia, suami yang membutuhkan istri bahagia, tetangga yang akan mendapatkan saluran bahagia dari tetangganya.
Bisa mensyukuri pemberian Allah Swt. adalah sebuah kebahagiaan. Menjalani hidup dengan penuh ketenangan. Saat sempit yakin Allah akan lapangkan. Saat sedih yakin Allah yang jadi penenang dengan mushaf ditangan. Saat gundah yakin Allah berikan jalan keluar dengan shalat didirikan. Berprasangkalah yang baik bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya diluar kemampuannya. Bahagia sekali jika kita bisa melihat petunjuk-Nya, mengikuti aturannya, hidup bersandar pada-Nya dengan mencari ridho-Nya. Diluar dari hal-hal yang bukan kita kendalinya, maka serahkan pada-Nya.
Namun semua itu pendapat tentang kebahagiaan diri sendiri. Meski tidak salah untuk dilakukan, tetapi hidup seimbang harus diupayakan, menyeimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri demi kesejahteraan bersama.
Sangat tidak patut bersikap mementingkan diri sendiri, bahagia itu seharusnya bukan saja bisa mensejahterakan diri sendiri, tapi untuk keluarga dan orang-orang disekitar kita. Bahkan membantu orang lain nilainya lebih tinggi bila dilihat dari sudut pandang agama.
Sebuah hadist mengungkap:
"Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)" (HR. Muslim no. 995).
Ada hadits lain yang dikutip dari Kitab Bulughul Maram karya Al Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, diterangkan tentang pentingnya menafkahi keluarga.
Dengan demikian kebahagiaan dari sudut pandang Islam adalah kebahagiaan yang berorientasi akhirat dengan motto "Indahnya Berbagi".[Rn]
0 Comments: