Headlines
Loading...
Oleh. Fitri Ummu Syarif 

Sebelum menyongsong kematian, sisa umur adalah peluang untuk mempersiapkan bekal sebelum pulang. Kita mesti berupaya optimal mengisi hari demi hari untuk persiapan bekal itu. Karena perjalanan kita sungguh sangat panjang setelah kematian menuju kampung halaman "surga".

Kematian adalah sesuatu peristiwa yang pasti ditempuh setiap makhluk, yang tidak dapat di elakan, tidak dapat diundur atau dimajukan waktunya. Kematian tak pandang usia, tua, muda, belia, bahkan dalam kandungan. Allah berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." ( Q.S Ali Imran ayat 185)

Lalu, bekal apa yang sudah kita persiapkan? Jika perhatian terbesar kita adalah untuk dunia, maka wajar jika kita tidak akan bersiap menghadapi kematian, bahkan akan membenci kematian. Orang beriman tidak akan menentang kematian, tetapi juga tidak membenci kematian. Karena kematian adalah jalan yang harus ditempuh manusia untuk bertemu dengan Allah Swt, Jalan untuk kembali pulang.

Kepastian datangnya hari kematian tidak kita ketahui waktunya, tapi kita dapat gambaran tentang lama perjalanan menuju kampung halaman. Ini tentu menuntut kita menyiapkan bekal sebelum pulang. 

Bekal berupa amalan terbaik dengan berpedoman kepada perintah dan larangan Allah. Bekal berupa rayuan dengan kesungguhan memohon ampunan di setiap salah, khilaf, dan lalainya kita. Bekal berupa amal jariyah yang terus disemai untuk nanti bisa dipanen hasilnya meski jiwa tak lagi dikandung badan. 

Bekal sebelum pulang adalah dengan menjadikan setiap perbuatan dan benda yang kita gunakan bernilai ibadah. Karena itulah tujuan Allah menciptakan. Bekal sebelum pulang adalah menyiapkan diri menjadi penerus perjuangan dakwah Rasulullah. Bekal sebelum pulang ialah manyambut seruan Allah tanpa tapi dan tanpa nanti. 

Sebabnya, jangan silau akan kesenangan dunia yang hanya sesaat, manakala kita dapat dunia, hanya seperti mendapatkan sayap nyamuk. Atau mendapatkan kenikmatan dunia bak jemari kelingking dicelupkan dalam lautan, maka yang terbawa dikelingking itulah kenikmatan dunia yang didapatkan. “Perumpamaan antara dunia dengan akhirat ibarat seorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka hendaklah ia melihat apa yang menempel padanya. Lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya”. (HR. Ahmad)

Baca juga:

0 Comments: