Headlines
Loading...
Oleh. Jeni Djasmar

Iman adalah keyakinan atau kepercayaan seseorang atas sesuatu yang ia yakini lebih daripada dirinya. 

Sesuatu itu, ialah Dzat Yang Maha Menciptakan sekaligus Yang Maha Mengatur kehidupan, alam semesta, termasuk segala urusan manusia. Keimanan dan keyakinan ini haruslah diproses dengan cara berpikir sehingga akan menghasilkan keimanan yang jazm tanpa ada keraguan sedikitpun didalamnya.

Kondisi hari ini masih banyak diantara kita yang beriman hanya karena ikut-ikutan. Karena ayah dan ibunya terlahir sebagai orang Islam maka anak-anaknya otomatis mengikuti keyakinan kedua orangtuanya.

Beriman kepada Allah SWT hanya karena ayah dan ibu maka itu tidak akan menjadikan perubahan yang mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini.

Karena, dengan pemikiran lah yang akan membentuk dan mengubah persepsi manusia terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya.

Disamping itu manusia akan selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan pemahamannya terhadap apa yang ia temui.

Sebagaimana contoh pemahaman seseorang terhadap orang yang dicintainya akan membentuk perilaku yang berlawanan dari orang tersebut terhadap orang lain yang dibencinya. Atau akan berbeda terhadap orang yang sama sekali tidak dikenalnya.

Tingkah laku manusia selalu berkaitan erat dengan pemahaman yang dimilikinya. Dan dengan demikian ketika kita akan mengubah tingkah laku pada diri kita, dari yang rendah menjadi tinggi. Haruslah dengan jalan mengubah pemahaman yang sebelumnya.

Perubahan itu haruslah datangnya dari kita bukan semata-mata hadiah, karena Allah SWT dengan tegas berfirman :

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنۡۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهٖ يَحۡفَظُوۡنَهٗ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰهِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ‌ؕ وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوۡمٍ سُوۡۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ‌ۚ وَمَا لَهُمۡ مِّنۡ دُوۡنِهٖ مِنۡ وَّالٍ

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Padahal Allah SWT telah memberikan manusia keistimewaan berupa akal. Akal yang Allah SWT berikan kepada kita, agar supaya kita dapat mengidentifikasi benda-benda yang ada di sekitar kita.

Bahwa sebelum adanya alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada, pasti ada sesuatu Yang Maha Besar, Yang Maha Menciptakan sekaligus Yang Maha Mengatur. Tidak mungkin semuanya ini datang secara tiba-tiba dan pastilah ketiganya saling berhubungan satu dan lainnya.

Allah SWT menciptakan alam, manusia dan kehidupan ini dengan maksud memerintahkan manusia untuk menjalankan kehidupannya sesuai apa yang diperintahkan dan yang Dilarang-Nya.

Dan setelah manusia menjalankan kehidupannya didunia, maka pada akhirnya mereka akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuatnya semasa hidup didunia.

Allah SWT sudah menurunkan seperangkat aturan di dalam Al-Qur'an dan As-sunnah. Oleh karena itu tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mengatakan bahwa aku tidak mengetahui.

Allah SWT berfirman ;

هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖ‌ؕ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيۡدًا

Artinya "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (TQS. Al-Fath ayat 28) 

Wallahualam bissawwab. 

Baca juga:

0 Comments: