Headlines
Loading...
  
Oleh. Netty al Kayyisa 
 
Pernahkan Anda melihat muda mudi berboncengan di jalan? Memeluk mesra dan bahkan berlebihan? Pakaian yang dikenakan sudah mirip orang kesusahan karena serba kekecilan. Tidak perempuan tidak laki-laki berlomba memamerkan paha yang tak seberapa. Iya kalo paha ayam. Ayam goreng kesukaan Ipin. Enak dimakan dan mengenyangkan. Lhah ini? Kenyang enggak sepet iya.  
 
Ada lagi yang suka bergaya. Gonta ganti pasangan, pakaian branded, tempat tongkrongan, kendaraan, yang bisa jadi bukan miliknya. Belum tentu diwariskan padanya. Hanya punya orang tuanya yang sengaja dipinjamkan. Parahnya lagi tak ada jaminan bakal dimiliki selamanya karena roda dunia bisa berputar. Allah yang mempergilirkan.  
 
Di satu sisi, ada banyak pemuda yang mengidap insecure berlebihan. Malu menampakkan identitas keislaman. Malu menjadi yang terdepan. Merasa bersalah jika menang. Lebih  memikirkan bagaimana perasaan orang yang tak menang. People Pleaser katanya. Yang saat ini menjadi trending topik untuk dibahas. Lebih parah lagi, malu speak up menyampaikan kebenaran. Melawan kebatilan.  
 
Wahai pemuda muslim! Beginikah yang dicontohkan baginda Rasulullah kita? Bukankah kalian adalah penerus estafet perjuangan Islam. Bukankah kalian generasi penerus masa depan. Bukankah di tangan kalian nasib sebuah bangsa ditentukan?  
 
Wahai pemuda muslim! Tempatkan rasa malu kalian sesuai porsinya. Sesuai bagaimana Islam memandang. Sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah dan sahabat yang menyertai beliau. Betapa mereka malu jika aurat mereka kelihatan.  
 
Sebagaimana dikisahkan, dalam satu kesempatan, Rasulullah hendak menerima tamu para sahabatnya. Rasulullah dalam posisi duduk, sementara gamis beliau tersikap hingga betis beliau kelihatan. Saat menerima sahabat yang lain, beliau tidak mempermasalahkan karena bagi laki-laki aurat hingga lutut saja. Tetapi begitu sahabat Utsman hendak masuk, beliau membetulkan kain gamisnya hingga menutup kakinya. Ketika ditanya mengapa ada perbedaan? Beliau menyampaikan karena Utsman adalah laki-laki pemalu. Maka Rasulullah menghargai itu.  
 
Maka wahai pemuda muslim, dari sini kalian bisa mencontohnya. Jangan umbar aurat kalian hatta laki-laki dengan menampakkan paha karena alasan olahraga dan semisalnya. Juga jagalah aurat kalian wahai pemudi muslimah. Seluruh tubuh kalian adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan. 
  
Wahai pemuda muslim, malulah jika kalian melanggar hukum syara. Malulah  jika kalian iktilat. Campur baur antara laki-laki dan perempuan. Ketika berkhalwat. Berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Malulah saat kalian meninggalkan salat. Malulah jika kalian tak berjuang untuk Islam. Malulah jika kalian dihinakan, didholimi, dianggap sebagai pekerja murahan dan dikebiri kemampuan kalian oleh rezim kapitalisme yang hari ini berkuasa. Malulah kalian wahai pemuda muslim.  
 
Malulah jika saudara-saudara kalian sedang dibantai di Palestina, sedangkan kalian hanya bisa melihat saja. Tak mampu berbuat apa-apa. Hanya sebatas sumbangan yang tak seberapa.  
 
Malulah wahai pemuda muslim! Malulah kalian ketika bermaksiat. Ketika sudah baligh tetapi tak sadar juga. Bahwa dipundak kalian semua taklif dibebankan. Di tangan kalian masa depan umat dipertaruhkan. Sementara kalian tak menyadarinya. Hanya terus bersenang-senang dan memikirkan diri sendiri saja. Mempertimbangkan  kebahagian pribadi dan kepentingan pribadi semata.  
 
Malulah wahai pamuda muslim. Malulah ketika kalian sudah baligh, belum ada yang bisa dibanggakan dari diri kalian. Belum mampu bertahan dalam kerasnya kehidupan. Belum mampu berdiri tegak dengan kaki kalian sendiri. Belum mampu menaklukkan dunia dan bertahan atas kerasnya kehidupan. 
 
Malulah wahai pemuda muslim. Malulah jika kalian belum mengenal jati diri kalian sebagai muslim. Identitas kalian sebagai muslim. Malulah kalian wahai pemuda muslim. Malulah ketika kalian tak mampu menempatkan rasa malu dengan benar. Malulah kalian ketika terbelenggu pada rasa malu yang tak tepat sasaran.  
 
Wahai pemuda muslim, bangkit dan berjuanglah melawan rasa malu yang tak seharusnya ada dalam benak dan diri kalian. Agar umat bisa berbangga dan menaruh harapan besar di pundak kalian. [Ys]

Baca juga:

0 Comments: