Headlines
Loading...
Oleh. Sri Purwanti

Dear, mendengar kata kematian, enggak sedikit orang yang menjadi bergidik ngeri. Rasa takut, rasa cemas, dan was-was sangat wajar dirasakan. Takut kalau belum bisa maksimal atas kehidupan yang telah dititipkan. Takut kalau saat itu tiba, malah urusan belum selesai. Sedang amal belum pula mencukupi untuk bekal pulang.

Apalagi memang kematian ini waktunya dirahasiakan ya, Dear. Entah kapan. Enggak ada yang tahu. Jadi bisanya hanya mempersiapkan yang terbaik. Sebab ia pasti datang.

Di tengah rasa takut, cemas, was-was menyelubungi relung jiwa mayoritas manusia. Namun, ada fenomena mencengangkan. Ada lho pihak-pihak yang berpikir di luar kebiasaan. Mungkin bukan berpikir enggak takut akan kematian. Tetapi mungkin mereka enggak bisa lagi berpikir panjang. Tentu saja karena kompleksnya berbagai keadaan dan persoalan. Hingga nekat untuk mengakhiri kehidupan alias bunuh diri (bundir).

Anehnya, kasus ini bukan hanya terjadi pada beberapa kalangan saja. Dari para dewasa yang rentan terkena dampak kapitalisasi kehidupan, hingga yang renta yang seakan hilang harapan. Bahkan tak jarang pula kini menghadang para pemuda, yang kudunya jadi pelopor peradaban. Dari siswa menengah pertama, hingga mahasiswa semuanya berisiko untuk melakukan kesalahan yang sama. Miris ya, Dear!

Segala cara bahkan dilakukan untuk melakukan aksi. Menyayat lengan, terjun bebas dari ketinggian, menyerahkan nyawa di tali gantungan, meminum sesuatu yang mematikan, hingga badan siap ditabrakkan. Semua dilakukan untuk bisa mendapatkan solusi atas segenap permasalahan. Ya Allah!

Padahal, apa yang diharapkan setelah kematian itu tiba? Bukankah kita berharap untuk kembali dalam keadaan yang tenang bahagia? Bukankah ketenangan dan kebahagiaan adalah solusi, yang hanya bisa dirasakan ketika kita disambut dengan salam di surga nan abadi saja? Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surah Yasin ayat 58,
Kepada mereka penduduk surga diucapkan salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Esa.”

Lalu, apakah itu akan didapat jika jalan kematian bundir yang dilakukan? Tentu tidak!
So, Dear. Semoga kita semua terhindar dari khilaf tatkala menuju kematian. Semoga kita semua bisa menghadap Sang Pencipta dengan sebaik-baik keadaan (husnul khatimah). Aamiin. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: