Headlines
Loading...
 

Oleh. Dewi Mujiasih

Ainun menapakkan kakinya di sekolah baru dengan seragam abu-abu putih. Turun dari angkot,  pohon rindang di kanan-kiri jalan menyambutnya. Di sebelah kiri ada TK yang mengingatkan pada masa kecilnya. Di bawah pohon rindang itu, dulu menjadi tempat favorit bermain saat masih TK. Bunga Edelweis tak luput dari perburuan di tengah hamparan rumput hijau. Sekarang Ainun kembali bersekolah MAN 1, di samping TK-nya dulu.

Pintu gerbang besar di atasnya terpampang tulisan MAN 1. Bangunan empat lantai dengan fasilitas yang lengkap, tempat ia menuntut ilmu. Ia tidak tahu bahwa ada jalan takdir yang harus dilalui. MATSAMA (Masa Ta'aruf Siswa Madrasah) mengawali cerita indah SMA-nya. 

"Hai, Ainun gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik, bagaimana dengan kabarmu Vi?"

"Alhamdulillah baik. Btw, kita dulu sekolah di TK ini ya?"

"Iya Vi, ini sedang mengingat-ingatnya."

"Yuk masuk sekolah! l
Lima menit lagi bel berbunyi."

"Iya, yuk!"

MATSAMA (Masa Ta'aruf Siswa Madrasah) mengawali cerita indah SMA-nya. Ainun gadis tomboy, yang menyukai karate. Sikapnya berbanding terbalik dengan sikap polos dan apa adanya. Kehadiran Anwar kakak kelasnya sebagai pemimpin upacara, membuat heboh seantero sekolah. Wajahnya yang mirip dengan Jerry Yan membuat banyak cewek bertekuk lutut, kecuali Ainun gadis super cuek dengan cowok mana pun.

"Eh tadi kamu lihat nggak cowok Korean face itu, Ay?"

"Yang mana? Aku tidak begitu memperhatikan."

"Itu yang jadi pemimpin upacara, katanya namanya Anwar." 

"Oh itu." Ainun menjawab datar.

"Kamu itu Ay selalu begitu! Coba kalo ketemu jodohmu, apa kamu tetap cuek?" Kata Nur sambil memanyunkan bibirnya, yang biasa dipanggil Nuy.

"Masih jauh, Mak, sekolah aja belum lulus." Ainun tersenyum menggoda temannya.

"Bikin SBL aja kamu, Mbok." Jawab Nuy.

"Woles, Mak." Ainun nyengir.

"Mak dan Mbok nggak usah rebutan Jerry Yan, ya. Biar buat Mama'e saja." Lina menirukan logat Papua. Mereka kompak tertawa.

Pengumuman setelah upacara, semua siswa baru diharapkan tetap di lapangan karena ada show time eksschool yang ada di sekolah. Semua berkerumun membuat lingkaran di pinggir lapangan. Beberapa anak, memulai show teater, tentang penyesalan seorang anak.

Ceritanya menarik dan mengilhami perannya. Ada anak berperan menjadi orang tua, ustaz, dan anak muda. Bercerita tentang anak muda yang sering membangkang pada orang tuanya, hingga akhirnya ibunya meninggal. Penyesalan datang terlambat saat keranda datang membawa jenazah ibunya. Anak itu baru menyesali perbuatannya selama ini. Menangis pun tidak ada gunanya.

"Ay, teater bagus juga ya, mereka bisa mengilhami ceritanya," ucapNur.

"Mereka pandai berakting. Dalam kehidupan nyata pun mereka juga bisa bersandiwara ya?" Celetuk Lina.

"Kamu itu ada-ada aja, Lin," jawab Ainun.

Pertunjukan karate juga amazing karena mereka bisa memukul bata bertumpuk banyak. Kata' (Tari Karate) kompak dan indah. Selesai show time siswa baru masuk ke kelas.

Suasana kelas seketika riuh karena kedatangan Anwar, Kakak kelas satu tingkat. Para cewek tak henti mengaguminya seperti biasa hanya Ainun yang cuek. Anwar mulai memperkenalkan diri dan menjelaskan seluk beluk sekolah. Pembawaannya tegas, pendiam, dingin pada cewek meskipun banyak yang mengaguminya 

Anwar segera membagikan kertas tentang kegiatan ekstra yang akan diikuti siswa baru. Anwar menyerahkan kertas pada Ainun yang duduk di bangku nomor dua. Sekilas Anwar melihat ke arah Ainun yang sedang serius mengisi kertas tersebut.

"Ay, kamu memilih eks school apa?" Tanya Nur

"Gak tahu, masih bingung aku," jawab Ainun.

"Sama, aku juga bingung," timpal Nur.

"Kalo Ay, jelas pilih karate," kata Lina.

"Iya karena untuk penjagaan diri," jawab Ainun.

Ainun membaca ulang selembar kertas berisi kegiatan eksschool. Ada yang menarik perhatiannya Kajian Remaja Islam, ELC (English Learning Clup), dan karate. 

"Aku milih karate, ELC dan Remas (Remaja Masjid) asyik kayaknya bisa belajar ngaji kitab." Ainun memutuskan.

"Aku ikut kamu ya biar ada temannya?" Tanya Lina.

"Oke."

Semua menyerahkan kertas yang telah diisi. Anwar juga permisi keluar dari kelas Ainun. Berikutnya ada perkenalan dari kakak-kakak ELC. 

"Excuse me, hello my name Muhammad Huda, Nick name Huda. I came form Blitar."

Perkenalan singkat ketua OSIS. Ia memperkenalkan diri dengan humoris. Seisi kelas jadi ramai karena ia menyuruh siswa baru menyayikan balonku ada lima yang diganti semua huruf vokalnya 'O'. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 tandanya MATSAMA telah selesai. Besok sudah aktif pelajaran. 
___________

Hari pertama pelajaran, ada pengumuman bahwa eksschool diliburkan karena takziyah ke rumah kakak kelas yang orang tuanya meninggal. Ainun dan teman-temannya, anggota baru eksschool Remas harus ikut. Semua akan naik bus untuk takziyah.

Seumur-umur Ainun hanya sekali naik bus, itupun saat ia masih kecil. Ia tidak pernah berpergian jauh sendirian. Naik bus baginya bepergian jauh. Selama ini Ainun hanya naik angkot atau kendaraan pribadi. Perasaannya ngilu membayangkan jalan yang harus di lewati bus berkelok-kelok. Ainun bingung antara ikut atau tidak, tapi Nur mengajaknya ikut takziyah. Ainun masih mengumpulkan keberanian naik ke bus.

"Ayo masuk, Ay," ajak Lina 

"Iya, sebentar."  Ainun menyahut dari luar bus.

Satu per satu siswa masuk ke dalam bus. Tertinggal ia saja yang masih di luar bus belum naik. Ainun menoleh ke pintu bus sebelah, juga sudah kosong, tinggal Anwar yang menunggu semua masuk ke bus.

"Bismillah," ucap Ainun menguatkan niat.

"Ayo belakang-belakang," perintah kondektur bus.

Ainun berjalan sampai ujung bus, semua tempat duduk penuh. Ia berdiri, bergabung dengan teman-temannya. Ia bingung harus berpegangan apa? Belum sempat Ainun mendapatkan pegangan, bus sudah melaju kencang. Walhasil tubuh Ainun terpental ke belakang dan mengenai seseorang di belakangnya. Ia hampir terjatuh ke bawah tetapi ada orang reflek menahan tubuh Ainun dengan dadanya.

Bus berkelok ke samping kanan membuat tubuh Ainun kembali terpental ke depan. Nur meraih tangan Ainun.

"Ay, pegangan ini!" Nur menunjuk kursi.

"Iya."

Ainun malu-malu, mencoba melihat ke arah orang yang telah menyelamatkannya. Betapa kagetnya ia adalah Anwar. Runtuh hatinya karena yang menolongnya seorang laki-laki. Meskipun dalam keadaan darurat, tetapi ia sungguh sangat malu. Saat itu, Ainun menabrak lengan Anwar, reflek Anwar menahan tubuh Ainun dengan dadanya agar tidak terjatuh ke bawah.

Anwar hanya menahannya tak bermaksud untuk menyentuhnya. Jika Anwar menghindar maka Ainun akan jatuh ke bawah karena tidak berpegangan pada sesuatu. Anwar terlihat orang yang menjaga diri dari wanita, tangannya tidak berani menyentuh Ainun. Ainun hanya diam tak berani menoleh ke sekitar. Wajahnya merah padam karena malu.

Sejak saat itu, jika berpapasan diam-diam Anwar sering melihat Ainun. Sedangkan, Ainun masih merasa malu, selalu berusaha menghindar agar tidak bertemu dengannya. Sekuat tenaga ia berusaha menghindar, namun yang terjadi seakan sebaliknya. Dunia selebar daun kelor, dimanapun Ainun berada selalu berjumpa dengannya. Alam semesta pun seakan mendukungnya, eksschool yang Ainun ikuti di situ ada Anwar.

Tak pernah terucap satu kata pun dari mereka. Namun, alunan cinta diam-diam menyelinap masuk ke dalam relung hati tanpa permisi. 

Cinta adalah fitrah manusia, semua pasti akan merasakannya. Allah telah memberi rambu-rambu jika telah mampu, menikah. Jika belum ghadhul bashar (menundukkan pandangan).

Tak ada kata terucap namun hati mengerti semua. Menyibak yang tidak nampak. Jika berpapasan mereka selalu merunduk. Mereka harus patuh pada aturan Allah untuk menjaga kesucian cinta. Bunga terlalu cepat tumbuh di hati Anwar. Ia memiliki azam yang kuat. Cinta dalam diam, indahnya tak terlukis. Seperti Fatimah dan Ali, menyimpan cintanya dalam doa-doa. 

Cinta datang antara ketaatan dan rayuan indah setan. Setan terus membisikkan perasaan indahnya mencicipi dosa. Namun, Allah selalu menjaga mereka, jika mereka berusaha menjaga dirinya dengan ketaatan pada Allah.

"Ay, Lin! Kamu kenal nggak Mbak Ria, pacarnya Mas Evan?"

"Iya, memang kenapa?" Tanya Ainun

"Mereka berdua dikeluarkan karena hamil."

"Apa!? Beneran?" Ainun

"Iya, padahal tinggal wisuda."

"Ya Allah. Kenapa itu bisa terjadi , di sekolah kita yang berlabelkan agama? Memang kita harus belajar Islam lebih dalam ya?" Tanya Lina.

Ainun mengelus dada, ia berkata dalam hatinya. "Ya Allah, inikah jawaban-Mu. Engkau memberi peringatan, benar-benar untuk kebaikan kami." 

"Bener ya. Setan menjadikan kemaksiatan itu indah dalam mata manusia, mereka tidak akan pernah berhenti sampai zina itu terjadi." Ainun menimpali.

"Naudzubillahi mindzalik," ucap Lina.

"Jika tidak ingin terperosok dalam dosa, kita harus menjauhkan diri darinya, dengan sering ikut kajian. Kita harus menyibukkan diri dalam kebaikan, jika tidak ingin disibukkan dengan aktifitas unfaedah," tegas Ainun.

"Bener banget Ay. Mangat!"

"Aku jadi ingat ceramahnya Ustadzah Syarifah Halimah Alaydrus, "Jangan awali hidupmu dengan dosa. Jangan pacaran. Pilihlah calon pasangan yang salih, shalat. Jika Allah saja ditinggal bagaimana dengan dirimu? Pasti dia juga akan mudah meninggalkanmu." Nur 

"Maksudnya gimana, Nuy?"

"Dalam maknanya, orang berpacaran tidak patuh pada aturan Allah dengan kata lain Allah saja ditinggal, maka bisa jadi dia akan mudah meninggalkanmu. Allah sudah berfirman dalam Al-Qur'an, "Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya itu perbuatan hina dan jalan buruk." Sudah tahu sendirikan? Perbuatan yang mendekati zina itu pacaran." 

"Iya."

"Eh tunggu sebentar-sebentar. Dalem banget dari lubuk sanubari terdalam. Kayaknya dari tadi mewakili perasaanmu Ay." Lina tertawa, menggoda Ainun.

"Apaan sih!" Ainun memukul manja Lina.
[Cf]
Klaten, 25 Oktober 2023.

Baca juga:

0 Comments: