OPINI
Dari Palestina, Menuju Perubahan Dunia
Oleh. Bunda Emma
Konflik Palestina-Zionis Yahudi belum nampak akan ada ujungnya. Hal itu memicu berbagai respon umat muslim di seluruh dunia, bahkan dari sebagian nonmuslim. Di Indonesia sendiri, gelombang dukungan terhadap Palestina terus mengalir deras. Dari penggalangan dana, aksi simpati, hingga seruan boikot produk Zionis Yahudi yang terus bergelora.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan tegas mengeluarkan fatwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi entitas Yahudi hukumnya wajib. Umat Islam pun diimbau semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk Yahudi atau yang terafiliasi dengan Yahudi atau yang mendukung penjajahan dan zionisme. Seruan boikot produk yang mendukung entitas Yahudi terus bergulir. Tidak hanya di Indonesia, di negara-negara lain pun turut menyerukan boikot. Seruan untuk boikot produk pro Zionis Yahudi tengah menggema di jagat maya. Di media sosial seperti X (sebelumnya Twitter) dan TikTok banyak pengguna yang menggunakan tagar “BDSMovement” (liputan6.com, 3/11/2023).
Disisi lain, aksi dukungan terhadap Palestina juga mewabah di negara barat. Dari Washington, Milan, hingga Paris, puluhan ribu demonstran pro Palestina melakukan unjuk rasa pada Sabtu (4/11), menyerukan penghentian bombardir Zionis Yahudi terhadap Gaza, Palestina (cnnindonesia.com, 5/11/2023).
Unjuk rasa ini mencerminkan meningkatnya gelombang dukungan atas melonjaknya jumlah korban sipil dan penderitaan akibat konflik Gaza-Zionis Yahudi yang sedang berlangsung.
Dukungan Dunia untuk Palestina
Bagi dunia, Palestina membuka mata mereka akan sebuah kekejaman yang nyata yang kasat mata. Sehingga, menyatakan dukungan terhadap Palestina adalah panggilan kemanusiaan yang lahir dari fitrah. Bahkan gelombang semangat mempelajari dan masuk Islam juga semakin besar bak bola salju. Bagaimana tidak, mental dan semangat pejuang Palestina menjadi inspirasi bagi warga dunia yang hari ini terjangkit mental ilness.
Namun, justru pejuang Palestina memiliki mental sekuat baja dan pantang menyerah meski ujian besar di depan mata. Salah satunya adalah, Megan Rice, seorang TikToker asal Amerika yang mengaku jadi mualaf karena terinspirasi ketangguhan dan keyakinan masyarakat Palestina di wilayah pendudukan Gaza yang tengah terus-terusan dibom militer Zionis Yahudi. Melalui rangkaian unggahannya di TikTok, ia mengucapkan syahadat. Ia bahkan memiliki klub buku di TikTok yang berupaya mendidik masyarakat tentang Islam, Alquran, dan agama lain.
Ribuan pendukung Palestina berkumpul dalam unjuk rasa anti Zionis Yahudi untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap masyarakat Gaza setelah serangan rumah sakit Gaza, seperti terlihat di Iran, Turki, Lebanon, Mesir, Filipina, Kolombia, Norwegia, Jepang, dan Ceko pada 18/10/2023.
Aksi-aksi serupa terus menguat semakin luas di penjuru dunia. Warga berkumpul dalam pawai “Solidaritas Palestina” di San Francisco, California, AS, Sabtu, 4/11/2023. Di hari yang sama, masyarakat Brazil berpartisipasi dalam aksi solidaritas terhadap warga Palestina di depan gedung Capitol Puerto Rico di San Juan.
Tak ketinggalan para aktivis Perancis mengibarkan bendera Palestina saat protes mendukung rakyat Palestina di Barcelona, Spanyol. Ditempat lain, para pengunjuk rasa berpawai dalam aksi mendukung warga Palestina dengan slogan ‘Bebaskan Palestina’ melewati jalan yang diblokir oleh mobil polisi di Berlin, Jerman. Warga Inggris pun turut ambil bagian dalam protes di dalam stasiun Charing Cross setelah ‘London Rally For Palestine’, di pusat kota London, Inggris. Begitu juga warga Italia memegang poster bertuliskan “Hentikan Genosida di Gaza” dalam aksi protes mendukung warga Palestina di Milan, Italia. Dan masih banyak lagi di tempat-tempat yang lain di seluruh penjuru dunia.
Nasionalisme, duri dalam tubuh umat.
Meski masyarakat dunia antusias dengan dukungan terhadap Palestina, sudah semestinya harapan besar dukungan dan penyelesaian konflik Zionis Yahudi Palestina adalah dari negeri-negeri muslim. Mengingat, ikatan akidah semestinya menjadi kekuatan besar yang akan mendorong mereka memberikan pertolongan terhadap Palestina.
وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
"Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan." (QS. Al Anfal: 72)
Negeri-negeri muslim sejatinya memiliki segala hal yang dibutuhkan warga Palestina. Dari kekayaan materi, pangan, air, listrik, minyak, obat-obatan, hingga kekuatan militer yang sangat mampu untuk menghadapi tentara Zionis. Namun ironisnya, dukungan itu baru bantuan minimalis. Belum cukup jika bantuan negeri-negeri muslim ini berupa kecaman dan boikot saja. Apalagi seruannya diberikan kepada personal umat Islam.
Sebenarnya, gerakan boikot akan efektif jika dilakukan secara total oleh negara. Pemerintah Indonesia misalnya, bisa melarang produk-produk pro Yahudi untuk beredar di Indonesia, juga memutus hubungan dagang dengan entitas Yahudi tersebut dan negara-negara pendukungnya, seperti Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Indonesia bisa memutus hubungan diplomatik dengan semua negara yang mendukung Yahudi. Inilah bentuk boikot yang konkret.
Zionis Yahudi masih terus eksis karena mendapatkan pasokan minyak. Ternyata, pemasok minyak ke Zionis Yahudi justru dari negara-negara Islam. Hal itu menunjukkan bahwa antara retorika yang diucapkan pemimpin, dengan apa yang terjadi di lapangan berbeda. Bisa saja, pemimpin negara Islam mengecam Israel, tetapi di belakang mereka memiliki transaksi bisnis yang menguntungkan dengan negara Zionis.
Boikot yang dilakukan oleh negara tentu akan jauh lebih efektif untuk melemahkan Yahudi karena negara memiliki kekuatan politik. Negara punya kekuatan untuk membuat aturan yang memaksa para pengusaha produsen dan importir produk pro Yahudi agar menghentikan usahanya dan melakukan usaha lain. Juga jika negara memutuskan hubungan diplomasi politik maupun ekonomi. Apalagi jika dilakukan serempak oleh negeri-negeri muslim di seluruh dunia.
Hanya saja hal itu belum bisa terwujud jika nasionalisme masih bercokol menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam. Nasionalisme nyata telah mencabik-cabik persatuan umat hingga menjadi negeri-negeri kecil yang sibuk dengan urusan negaranya sendiri dan lemah di mata negara adidaya.
Seruan Global dari Palestina untuk Menegakkan Khilafah
Hari ini ketika milyaran pasang mata tertuju kepada Palestina, sejatinya mereka sedang melihat Islam. Palestina dan Islam tidak bisa dipisahkan. Palestina adalah negeri tempat Mikraj Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam. Negeri yang dibebaskan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu anhu 6 tahun setelah wafatnya Rasulullah saw. dari tangan kaum nashara. Kaum muslimin memerintah Palestina dalam kurun waktu yang sangat lama hingga akhirnya dikuasai kembali oleh kaum nashara. Namun, para pasukan Islam di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi rahimahullah berhasil mengusir mereka dari Yerusalem. Kemudian pada zaman modern ini, orang Yahudi berhasil menjajahnya dan mengusir para penduduknya.
Hal ini semestinya menyadarkan seluruh kaum muslimin, bahwa umat Islam diserukan untuk menunaikan kewajibannya, membuktikan keimanannya kepada Allah, melakukan pembelaan terhadap bangsa Palestina. Menyelamatkan kiblat pertama umat Islam, mempertahankan Masjid Suci Al-Aqsha yang sangat dicintai Rasulullah saw.
Maka, seruan itu ditujukan bagi umat Islam untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Yaitu seruan untuk berjihad saudara-saudara kita para murabithun dan murabithah, para penjaga masjid Al Aqsha melawan penjajah Zionis. Tidak ada cara lain kecuali dengan mengerahkan semua potensi umat dengan penyatuan negeri-negeri muslim yang bersatu dalam negara adidaya Khil4f4h Islamiyah.
Allah Swt. berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَا كُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْ ۚ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَ نَّهٗۤ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila Dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
(QS. Al-Anfal (8): 24)
[An]
0 Comments: