OPINI
Indonesia Emas 2045 Cukup dengan Peningkatan Peran Keluarga?
Oleh. Yuni Oktaviani (Penulis, Pegiat Literasi Islam Pekanbaru, Riau)
Indonesia Emas 2045 menjadi target negara ini karena saat itu Indonesia berusia 100 tahun. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia harus lepas dari berbagai persoalan kemiskinan, stunting yang tak kunjung usai, perceraian, dan lain-lain. Negara harus serius mencari jalan keluar dengan banyaknya permasalahan yang hadir dewasa ini. Lalu, bagaimana dengan peran keluarga Indonesia? Apakah cukup hanya dengan peningkatan peran keluarga untuk menuju Indonesia Emas 2045 tersebut?
Dikutip dari republika.co.id (28-10-2023), Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), menyoroti tantangan serius Indonesia Emas 2045. Banyaknya kasus atau permasalahan seperti kelaparan, stunting, kemiskinan ekstrim, rendahnya pendidikan, mental issue, serta tingginya angka perceraian menjadi momok yang menakutkan. Sehingga menurutnya, diperlukan peran keluarga sebagai fondasi utama kemajuan bangsa Indonesia ini nantinya.
Indonesia Emas 2045, Mungkinkah?
Tahun 2045 merupakan momentum bersejarah karena Indonesia genap berusia 100 tahun. Inilah cikal bakal wacana Indonesia Emas 2045 yang sering didengungkan oleh banyak media. Terlebih pada tahun 2045 tersebut Indonesia dipercaya mendapatkan bonus demografi dimana 70 persen penduduk Indonesia berada pada usia produktif.
Untuk itu, menyiapkan generasi muda saat ini amatlah penting. Karena pemuda inilah yang nantinya akan memimpin negara ini kedepannya. Namun, dalam rangka mewujudkan harapan Indonesia Emas 2045 tersebut tentunya syaratnya harus ada solusi bagi segala bentuk permasalahan yang diderita oleh rakyat dewasa ini. Banyaknya permasalahan ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain membuat negara harus lebih serius mencari jalan keluarnya.
Sehingga, apakah wacana Indonesia Emas 2045 ini realistis untuk diwujudkan, atau hanya sekedar mimpi kosong?
Mengingat terlalu banyak masalah yang belum terselesaikan oleh negara. Seperti kemiskinan ekstrim, stunting, tingginya angka kriminalitas, perceraian, dan lain-lain. Sehingga tidak wajar apabila kemajuan bangsa Indonesia ini kedepannya dibebankan kepada keluarga.
Keluarga hanyalah bagian kecil dari sebuah negara. Sementara sistem yang diterapkan merupakan kunci dari keberhasilan atau kemajuan sebuah bangsa ataupun negara yang bersangkutan.
Apabila sistem yang diterapkan adalah sistem yang merusak, maka niscaya kesejahteraan rakyat yang menjadi syarat negara maju akan sulit diwujudkan.
Begitupun dengan negara Indonesia ini. Selagi masih menerapkan sistem kapitalisme sekuler, maka semua permasalahan bangsa tidak akan selesai. Karena pondasi dari hadirnya sistem tersebut adalah memisahkan agama dari kehidupan, serta menjadikan materi sebagai sumber kebahagiaan.
Bagaimana isu stunting bisa terpecahkan, apabila negara saja tidak mampu menjamin kebutuhan pokok rakyat dengan optimal? Bagaimana pemuda sekarang tidak rusak mentalnya, sementara negara tidak membatasi akses media lewat gawai dan lain-lain, serta tidak mampu menyediakan pendidikan yang layak untuk kesehatan mental tersebut? Dan masih banyak masalah lainnya.
Negara dengan sistem kapitalisme yang dianut hari ini hanya mementingkan kepuasan para oligarki dan investor. Pembangunan infrastruktur selalu menjadi prioritas utama, sementara pembangunan kehidupan layak dan moral bangsa ini kedepannya diabaikan.
Indonesia Maju hanya dengan Islam
Sesungguhnya Allah sudah memberikan aturan paripurna tentang kehidupan. Yaitu Islam sebagai agama dan ideologi bernegara yang sepatutnya diterapkan. Hal ini bisa dilihat sejak zaman Rasulullah Saw. bagaimana Islam tegak dalam sistem pemerintahan, lalu dilanjutkan oleh Khalifah yang menggantikan posisi Rasulullah sebagai pemimpin umat.
Kesejahteraan meliputi semua individu masyarakat kala Islam digunakan bukan sebatas hubungan manusia dengan Allah dalam lingkup ibadah. Namun, Islam juga diterapkan secara sistemik oleh negara yang disebut sebagai Daulah Islam, atau Daulah Khilafah Islamiyyah.
Adapun aturan islam yang diterapkan dalam bingkai negara terdiri dari tiga pondasi utama, yaitu: Kesatu, ketakwaan individu. Individu yang menjaga ketakwaannya kepada Allah akan senantiasa taat dengan aturan-aturan-Nya. Sehingga, sebesar apapun permasalahan hidup yang dihadapi, individu tersebut tidak akan melakukan kemaksiatan seperti bertindak kriminal, korupsi, dan sebagainya. Hidupnya akan senantiasa berada dalam koridor Islam.
Kedua, kontrol dari masyarakat dengan senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar. Ketika ada anggota masyarakat yang lari dari aturan Allah, maka masyarakat akan melakukan tugasnya sebagai kontrol terhadap perilaku orang-orang yang ada didalamnya. Dengan kepedulian sesama untuk saling mengingatkan di jalan Allah, maka berbagai permasalahan akan mudah untuk diatasi.
Ketiga, negara yang menerapkan aturan Allah. Pondasi ketiga inilah yang paling mendasar dan terpenting. Karena apabila negara abai terhadap rakyat dan tidak mau menerapkan Islam, maka niscaya keinginan menjadi negara maju hanyalah sebatas mimpi disiang bolong. Contoh nyata hari ini, ketika sistem kapitalisme diterapkan, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidaklah memihak kepada kesejahteraan rakyat.
Sumber daya alam yang semestinya dikelola oleh negara diberikan kepada pihak asing untuk dikelola. Sehingga negara hanya meraup sedikit keuntungan. Dan parahnya lagi, keuntungan dari pengelolaan sumber daya alam tersebut tidak dirasakan oleh rakyat seutuhnya. Disisi lain rakyat ingin bekerja tapi terhalang dengan modal dan minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Bagaimana dengan masalah lainnya seperti permasalahan stunting, tingginya angka perceraian, kriminalitas, lemah mental dan lain-lain dapat teratasi?
Hal ini berbeda ketika Islam diterapkan menjadi sistem negara. Sumber daya alam yang melimpah ruah akan sepenuhnya dikelola negara sehingga menghasilkan pendapatan yang besar, rakyat pun memiliki pekerjaan dengan dibukanya lapangan pekerjaan ketika proses pengelolaan sumber daya alam berlangsung.
Selain itu, di dalam Islam tugas pemimpin adalah sebagai perisai atau pengurus rakyatnya. Kebutuhan pokoknya akan dijamin dan disediakan oleh negara. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan rakyat akan difasilitasi oleh negara dengan cuma-cuma. Walhasil, kehidupan rakyat akan sejahtera karena mereka tidak akan dibiarkan menanggung beban hidupnya sendirian. Beginilah potret negara maju dan sejahtera dalam bingkai sistem Islam. Hanya dengan penerapan Islamlah maka Indonesia Emas 2045 bukan sekedar fatamorgana belaka. Wallahu a'lam bis-shawab. [ry].
0 Comments: