
motivasi
Jalan Kehidupan Menuju Iman
Oleh. Ratty S. Leman
Setelah hancurnya institusi Daulah Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924, maka negeri-negeri muslim yang terpecah-pecah dalam ikatan nasionalisme mulai merancang jalan kehidupannya masing-masing.
Indonesia sebagai bekas wilayah jajahan Belanda merancang masa depannya dengan masih memakai KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Belanda, dan seperangkat hukum lainnya yang diadopsi dari pemikiran negeri asing.
Malaysia juga merancang jalan hidupnya sendiri di bawah pengawasan penjajah Inggris. Begitu juga halnya dengan negeri-negeri Islam lainnya, mereka menemui jalan takdir masing-masing. Berbeda dengan nasib perjalanan hidup saudara-saudara kita di Palestina, Uighur, India, Burma, Pattani yang sampai saat ini masih terjajah dan tertindas.
Palestina yang sampai saat ini masih membara, memberi banyak pelajaran berharga kepada kita. Pelajaran akidahnya tentang thariqul iman (jalan menuju iman) telah tuntas. Diajarkan mulai dari anak-anak, diamalkan terus sampai dewasa. Apa itu jalan menuju keimanan? Yaitu suatu jalan yang bisa menjawab pertanyaan besar setiap manusia. Untuk apa diciptakan, untuk apa hidup ini, dan bagaimana setelah kematian.
Kita berasal dari Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah, dan ketika mati kembali kepada Allah. Berbeda dengan keyakinan orang komunis yang tidak percaya Tuhan dan berbeda dengan keyakinan orang sekuler yang yakin Tuhan tapi tak yakin Tuhan mengatur kehidupan kita.
Penduduk Palestina yakin kehidupan ini dari Allah, maka mereka menjalani kehidupan sesuai dengan yang telah Allah tetapkan. Tanah air mereka adalah tanah suci yang harus dijaga dan dipertahankan demi kemuliaan Islam. Maka mereka rela syahid untuk mempertahankan kemuliaan Islam. Inilah takdir jalan kehidupan yang harus mereka jalani. Alhamdulillah, mereka semua paham dan ikhlas menerima ketetapan tugas ini. Tidak ada keluhan dan berburuk sangka kepada Allah. Mereka berbaik sangka sesuai dengan firman Allah dan hadis. Di antaranya: "Bumi yang Kami telah berkahi" (QS. Al-Anbiya: 71) dan kalimat "Kami berkati sekitarnya" (QS. Al-Isra: 1).
Penduduk Syam senantiasa berada di atas al-hak yang dominan hingga datang kiamat. Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu'adz berkata, "Dan mereka adalah penduduk Syam."
Riwayat lain dari At-Tirmidzi mengungkapkan bahwa karakter dan pola keagamaan warga Syam menjadi tolok ukur kebinasaan umat. "Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Keistimewaan negeri Syam lainnya karena negeri tersebut dinaungi sayap malaikat rahmat dan merupakan pusat negeri Islam pada akhir zaman." (HR. Imam An-Nasai)
Mari berdoa, Ihdinas shiratal mustaqim. "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (QS.Al-Fatihah: 6)
[An]
Baca juga:

0 Comments: