Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Ibnu bin Mas'ud r.a. pernah ditanya, “Ma huwa shirothol mustaqim?” Maka beliau mengatakan: “Ash-shirothol mustaqim alladzi tarookana alaihi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.” Shirothol mustaqim adalah jalan yang ditinggalkan Rasulullah saw. 

Maka jika sudah menyatakan diri sebagai pengikut Rasulullah, maka ikutilah jalan tersebut. Janganlah ingkar sunah. Saat salat memohon “ihdinash shirotol mustaqim”, tunjukilah jalan yang lurus, namun hanya di bibir saja. 

Dia berdusta atas permohonannya. Setelah keluar salat, ia menyatakan sayalah pluralisme sejati. Semua agama benar, karena menyembah tuhan yang satu. Di mana iman Islamnya? 

Setelah salat, ia bangga menjadi demokrat yang setia sama demokrasi. Demokrasi is the best, tak mau ke lain hati, dia sistem terbaik. Janganlah seperti ini, Sahabat.

Kalau kita sudah meminta shirothol mustaqim maka setia pada permohonan yang kita panjatkan kepada Allah. Shirotol mustaqim adalah jalan keselamatan. Maka pegang teguh itu. Yakini tidak ada jalan keselamatan kecuali jalan Rasul. Kenapa minta jalan Rasul? karena itulah jalan lurus yang ditinggalkan Rasulullah kepada umatnya.

Hati-hati ya, Sahabat. 
Jalan Nabi itu tidak ditentukan dengan banyaknya orang (mayoritas).
Jalan Nabi itu tidak ditentukan dengan akal. 
Ingatlah selalu, Islam itu bukan agama demokrasi! Yang banyak jadi benar. Yang sedikit jadi salah. Bukan seperti ini.

Tetapi jalan yang diwariskan Nabi itu adalah jalan yang dibimbing oleh wahyu dan bersih dari hawa nafsu. Ini penting kita camkan agar paham dan tidak salah beramal.

Contoh jalan yang tidak mengikuti jalan Nabi: walimah yang tidak sesuai sunah, tidak infishol tam (terpisah sempurna) antara tamu laki-laki dan perempuan sehingga terjadi ikhtilat (campur baur). Bergaul kebablasan. Muamalah tidak sesuai sunah. Salat tak sesuai sunah.

Katanya minta jalan yang lurus, maka pastikan jalannya benar, sesuai ajaran Nabi. Cari ilmunya. Berguru kepada guru yang hanif dan bersanad. Karena Allah telah mengatur seluruh perkara dalam kehidupan manusia dengan Islam. Dari perkara kecil hingga besar. Dari individu, masyarakat, hingga bernegara. Dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Dan pada jalan keselamatan ini, Allah membagi potensi amal manusia sebagaimana Allah membagikan rezeki. Maka cari, kenali dan pahami potensi diri kita kuat beramal di mana. Agar kita bisa serius dalam amal tersebut. Allah berkenan memasukkan kita ke surga lewat pintu surga amal tersebut.

Mari kita lihat firman Allah Swt pada QS. Al-An'am ayat 135
قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَا نَتِكُمْ اِنِّيْ عَا مِلٌ ۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ۙ مَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَا قِبَةُ الدَّا رِ ۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), "Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan beruntung."

Maka pelajari dan ikuti jalan Rasulullah tersebut, kemudian carilah potensi amal yang akan menjadikan dirimu ahli surga. 

Baca juga:

0 Comments: