Headlines
Loading...
Oleh. Neni Arini

Keimanan itu harus percaya (trust) 100%. Tidak boleh ada keraguan sedikit pun. Tasdiqul Jazm (pembenaran yang pasti). Karena keimanannya dilandasi oleh bukti yang bisa diindra oleh akal. Bukti bahwa Allah adalah Al Khaliq dan Al Mudabbir. Sehingga didapatkanlah iman, yang kita sebut dengan keimanan produktif. Karena akan berujung pada amal (aktivitas) berupa ketaatan.

Keimanan juga bisa kita sebut sebagai landasan dari visi yang lain. Atau bisa kita analogikan sebagai fondasi. Dimana visi yang lain dibangun di atasnya. Mulai dari visi kehidupan 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun ke depan. Bahkan sampai visi kematian. Dan inilah akidah. Jadi, untuk menjaga semua visinya berjalan dengan baik, harus yakin akan eksistensi Allah. Jadi akidahnya terselesaikan.

Maka jika seseorang tidak selesai perkara akidahnya. Dia tidak akan bisa menyelesaikan perkara yang lain dengan baik. Analoginya seperti seseorang bangun rumah tanpa fondasi, yang terjadi rumahnya roboh.

Jika ada orang yang masa bodoh terhadap akidah dan tidak mau diajak mendapatkan keimanan (Islam) dengan cara berfikir, ya tidak perlu kita paksakan, yang penting kita sudah berupaya terbaik, hasil bagaimana Allah saja. Karena memang Islam tidak pernah memaksa, tapi memberikan dan menunjukkan mana yang haq dan mana yang batil.
 
Allah Swt. mengatakan tidak ada paksaan untuk masuk ke dalam Islam, seperti firman-Nya dalam  surah Al Baqarah ayat 256:

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat."

Sebab hidup adalah pilihan.
Tetapi memang kita senantiasa harus  menyampaikan kebaikan Islam kepada orang lain, siapa tahu lewat lisan kebaikan yang kita sampaikan Allah gerakkan hatinya untuk mengenal Islam. 

Andaikan kita analogikan, ketika kita mencintai seseorang atau sesuatu maka kita akan banyak menyebut dan membahas yang kita cintai. Menceritakan apa saja tentang orang yang kita cintai.  Kita pasti punya keinginan untuk membahagiakan dan berupaya yang terbaik untuknya. Begitu pun juga jika seseorang telah cinta dan bangga pada Islam. Secara otomatis akan mengenalkan dan bercerita kepada orang lain betapa indahnya Islam, betapa nikmatnya memiliki Rab Allah Swt. Dan itu akan menjadi hal yang akan dilakukannya secara intens untuk terus menyampaikan Islam pada siapa pun yang ditemui.

Jalan menuju kebaikan seringkali penuh tantangan. Butuh pengorbanan. Bahkan jalannya tidak seindah yang kita ekspektasikan. Sementara jalan menuju keburukan seringkali sebaliknya. Sehingga jalan kebaikan hanya diambil oleh minoritas manusia, yaitu orang-orang pilihan yang mencintai Allah.

Jalan menuju kebaikan hanya ditempuh oleh orang-orang istimewa. Dan orang-orang istimewa itu tidaklah banyak. Kalau kita ingin menjadi orang istimewa,  perbanyaklah  berfastabikul khairat.

Orang yang ignorance (tidak peduli) hanyalah orang yang tidak paham tentang kebahagian dan kesengsaraan apa yang akan menantinya di depan sana. Karena, jika dia sudah tahu tentang semua itu pasti dia akan memilih pilihan terbaik. Dia akan melakukan sesuatu. Tidak diam di tempat. Terlepas dari pilihannya itu benar atau salah. Bergantung sumber yang dia miliki.

Dunia itu hanyalah pintu gerbang dari kehidupan yang harusnya lebih baik bagi seorang Muslim. Tapi, berapa banyak Muslim yang hanya ingin di pintu gerbang saja. Berapa banyak Muslim yang tidak mau mempertanyakan keindahan apa yang bisa didapat setelah dari dunia. Maka, pastikan bahwa destinasi (perjalanan) kita bukan hanya sampai di pintu gerbang (dunia). Tapi kita juga harus persiapkan bagaimana agar destinasi kita setelah dari dunia lebih keren. Lebih membahagiakan, karena nanti kita akan kekal di dalamnya. [An]

Baca juga:

0 Comments: