Headlines
Loading...
Oleh. Kilau Mustika

Tidak ada ketenangan di dalam jiwa yang tersesat, meskipun seluruh kemewahan dunia mengisi kehidupannya. Sayangnya, banyak orang yang terlena oleh kenikmatan duniawi, bahkan sampai lupa mempersiapkan kematiannya. 

Bekal untuk perjalanan abadi perlu dipersiapkan sejauh hari, karena kita tidak pernah tahu waktu seperti apa untuk kembali pulang. Terkadang, kematian hadir secara tiba-tiba, meski tanda-tandanya sudah Allah tunjukkan jauh sebelum masa itu tiba.

Kita hanya kurang peka, padahal ini perjalanan masing-masing bukan berkelompok ataupun berkeluarga. Kita lalai mengingat kematian, sedangkan Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan.” (HR. An Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dan Ahmad. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Kematian disebut pemutus karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Wahai jiwa yang tersesat, kembalilah dan carilah pintu hidayah-Nya. Jangan biarkan gemerlap dunia menyilaukan mata batin kita. Jangan biarkan, sungguh murka Allah amatlah pedih. Maka, raih ampunan-Nya dengan kembali meluruskan diri dengan taubat nasuha.   

Izinkan jiwa kita untuk menemukan sakinahnya, jagalah dengan doa terbaik, dan lakukan kebaikan untuk mencerahkan kegelapan di dalam jiwa. Nikmat dan murka Allah sudah tersebar di seluruh zaman, maka jadikan itu sebagai pelajaran untuk mengambil jalan yang lurus menuju kepada-Nya.  

Wahai jiwa yang rapuh, kuatlah bersama cinta-Nya. Genggam hidayah untuk mengokohkan iman dengan kalam-Nya. Lantunkan ayat suci Al-Qur’an dan telaah terjemahannya, sehingga kita tidak menjadi hamba yang buta akan kebesaran Allah swt.

Wahai jiwa yang hampa, isilah kekosongan itu dengan ilmu dan amal yang baik. Jangan biarkan kita terlunta-lunta dalam kesesatan yang nyata. Raihlah ampunan dan rahmat Allah, maka kemenangan menjadi milik jiwa dan raga. Tiada lagi hal-hal yang membuat kita silau atas kemegahan duniawi, saat iman mengakar dengan kuat di dalam jiwa.

Tidak ada kemenangan tanpa kesulitan dan perjuangan, oleh karena itu teruslah berusaha untuk berada di jalur yang Allah ridai. Meski berat dan kita kepayahan, tetaplah teguh dan memohon perlindungan-Nya dari kejamnya zaman. Jika Allah telah merestui, maka tiada rintangan tanpa jalan keluar. 

Akhirnya, kita akan merasakan kenikmatan dan ketenangan jiwa di antara ganasnya kehidupan. Kita lebih waspada dan mempersiapkan bekal untuk menunggu kematian, karena itulah gerbang awal perjalanan yang abadi. Di dunia kita akan mengambil bekal dan mengumpulkan pahala untuk memperingati perjalanan itu. Jadi, tunggulah kematian dengan jiwa yang tenang dan raga yang siap sedia.

Baca juga:

0 Comments: