Headlines
Loading...
Kemajuan Semu ala Sekulerisme, Sempurna dengan Islam Kaffah

Kemajuan Semu ala Sekulerisme, Sempurna dengan Islam Kaffah

Oleh. Aulia Rahmah
Kelompok Penulis Peduli Umat

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dalam white paper bertajuk: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029, mengungkapkan bahwa Indonesia belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi layaknya China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brazil. Salah satu penulis dalam white paper tersebut, Teguh Dartanti, memberi saran kepada para capres dan cawapres ke depan yang berobsesi untuk menjadikan negara berpendapatan tinggi, sebaiknya fokus mengentaskan kemiskinan, menurunkan ketimpangan dan membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif. Penguatan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesetaraan kesempatan dan akses pendidikan maupun kesehatan yang berkualitas, pekerjaan sektor formal, infrastruktur dasar, serta jaminan sosial menyeluruh. 

Di sisi lain, Kepala BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional), Dr. dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K) mengatakan bahwa, untuk menuju Indonesia Emas di 2045, salah satu fondasi utamanya adalah keluarga. Banyaknya perceraian yang terjadi adalah karena kurangnya pendidikan sehingga seseorang menjadi toxic yang memicu perkelahian. Hasto mengatakan, "Mendidik keluarga cukup dengan asah, asih, dan asuh. Asah diajari ilmu agama yang baik. Asih dikasihani dengan sebaik-baiknya. Asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik," ujarnya (republika.co.id, 28/10/2023).

Jika kita cermati arah kemajuan yang hendak dituju oleh bangsa ini, nampak lebih beraroma kapitalistik sekuler. Meningkatkan pendapatan, menurunkan ketimpangan, dan pembangunan infrastruktur. Anehnya, negara menjadikan keluarga sebagai pondasinya. Padahal, jika bercermin pada Islam, kemajuan adalah ketika negara mampu memelihara keimanan dan ketakwaan penduduknya yang menjadi sebab datangnya keberkahan dari segala arah, sehingga Allah menjadikan bangsa ini menjadi baldatun thayyibatun wa robbun ghafur. Negara yang berlimpah kebaikan dan pengampunan dari Allah SWT. 

Kemajuan bagi orang beriman adalah bangkit dari penghambaan kepada selain Allah menuju penghambaan yang sempurna kepada Allah, Zat Maha Perkasa. Yang berarti menjadikan tujuan hidup untuk ibadah dengan menjadikan aturan syariat Islam sebagai panduan. Maju adalah membangun kesadaran bahwa hidup bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani semata. Karena, manusia secara fitrah diciptakan dengan adanya naluri yang patut juga diperhatikan. Manusia butuh kasih sayang, manusia butuh sandaran, manusia butuh perhatian dan reward. Maka jika mengartikan maju sekedar meningkatkan pendapatan tiap bulan, niscaya suatu bangsa akan diselimuti oleh berbagai penyakit mental, sebab kebutuhan nalurinya tidak pernah disentuh dan luput dari perhatian. Korea negara maju terapi angka bunuh diri tinggi. Amerika maju, namun penyakit sosial merebak. Di Jepang maju, namun penduduknya malas menikah dan punya anak. Lambat laun negara-negara maju itu akan punah. 

Banyak keuntungan ketika menjadikan tujuan hidup untuk ibadah. Bagi individu, dengan mengambil tujuan hidup untuk ibadah, akan mewujudkan nilai lebih bagi seseorang. Selain mendapat keuntungan materi, bekerja dengan niat karena Allah akan mendapatkan pahala, juga jaminan keberkahan rezeki,  tak hanya di dunia bahkan sampai kelak di surga. Dengan bekerja karena Allah, akan menimbulkan kehati-hatian dalam diri seseorang, ia akan bekerja dan memilih cara yang baik-baik. Bukan dengan cara menipu, berlaku curang, mencuri apalagi korupsi. 

Bagi masyarakat, tujuan hidup untuk ibadah akan menimbulkan  sikap empati diantara sesama. Karena kultur amar makruf nahi mungkar yang menjadi landasan masyarakat Islam, menuntut setiap individu melakukan kewajiban jamaah. Misalnya sholat berjamaah, menghadiri undangan, menghadiri majelis-majelis taklim, merawat jenazah jika ada yang meninggal, dan sebagainya. Dengan seringnya tatap muka akan terjalin rasa kasih sayang, saling mengetahui kabar masing-masing, dan membantu jika ada yang memerlukan. 

Bagi negara, tujuan hidup untuk ibadah dapat diimplementasikan dengan menjadikan syariat Islam kaffah tegak mengatur pemerintahannya. Karena dengan tegaknya Islam kaffah, Allah akan membukakan pintu rahmatNya dari langit dan bumi.  Semua penduduknya sejahtera, terwujud keadilan dan keamanan. Semua kebutuhan tiap individu rakyat terpenuhi, mudah mengakses sarana pendidikan dan kesehatan juga sarana umum lainnya. 

Dengan sistem ekonomi Islam tak akan mungkin harta dikuasai oleh segelintir orang, karena negara haram menyerahkan pengelolaan SDA kepada swasta. Negara akan bertindak hati-hati terhadap amanah yang dipikulnya. Para pejabat pemerintah yang terdidik dengan Islam sehingga tertanam kuat  dalam dirinya, membuat mereka tak mudah tergiur iming-iming besarnya dana investasi hingga lalai melindungi harta rakyat dari cengkeraman gurita investasi ribawi. Negara akan memilih sektor mana saja yang boleh dikembangkan,  tentunya dengan dasar perlindungan pada aset negara, dari Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya. Investor hanya boleh mengembangkan usahanya dalam sektor-sektor kebutuhan mewah saja. Pasalnya, kebutuhan dasar dari sandang, pangan, dan papan telah menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Negara akan menjamin tersedianya lapangan pekerjaan, juga memberi bantuan secara langsung, dan sebagainya. 

Menjadikan tingginya pendapatan tiap bulan sebagai tolok ukur kemajuan bukanlah cara yang tepat pula. Kemajuan yang semacam ini adalah kemajuan yang tanggung-tanggung. Apalagi saat ini negara bertumpu pada sistem ekonomi kapitalisme, membuat kemajuan parsial ini sulit diraih. Sebab, sistem kapitalisme melahirkan kemiskinan struktural dan  sulit diselesaikan. Kebebasan pengelolaan SDA membuat rakyat tidak dapat mengambil manfaat dari harta. milik umum. Di Papua yang memiliki gunung emas, nyatanya ada sebagian rakyatnya yang mati kelaparan. Indonesia negara maritim, namun kekeringan tak dapat teratasi hingga berdampak pada gagal panen dan merebaknya bermacam-macam penyakit karena sulitnya mendapat air bersih.

Penguasaan harta hanya di sebagian kecil pihak, membuat yang kaya makin kaya, yang miskin semakin terjajah karena rakyat kecil sulit mendapat modal, juga kalah dengan persaingan usaha. Peran negara sangatlah minim, hampir disetiap lini kehidupan ada permainan para pengusaha untuk mengumbar nafsu serakahnya. 

Maka, cara tepat untuk mewujudkan bangsa yang maju adalah dengan membangun kesadaran bagi bangsa ini, bahwa tugas manusia diciptakan adalah untuk menjadi khalifah atau pemimpin. Memimpin diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara untuk bersama-sama mengikuti aturan Allah dan Rasulullah Muhammad SAW secara sempurna di semua aspek kehidupan. Aspek ekonomi, politik, sosial, keamanan, keadilan, dan sebagainya.  Rasulullah pernah berpesan; "Telah aku tinggalkan padamu dua perkara,  kamu tidak akan pernah tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah." (HR. Imam Malik).

Telah terbukti di masa kekhilafahan (sistem berdasar syariat Islam), kemajuan yang diraih oleh kaum muslimin mencapai kesempurnaan, berdiri masjid-masjid megah, Universitas-universitas yang membuka peluang bagi siapa pun untuk mengenyam pendidikan. Juga perpustakaan yang dilengkapi dengan taman-taman indah membuat pengunjung betah, juga pembangunan rumah sakit tanpa membedakan strata sosial dalam pelayanannya. Tak heran, hingga ribuan tahun peradaban Islam berjalan karena sinergitas dari individu, masyarakat, dan negara yang memelihara iman dan takwanya. Wallahu a'lam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: