Headlines
Loading...
Oleh. Fitri Ummu Syarif 

Sebelum pergi, Ibu pernah membisikan ditelingaku, "Jangan lupa bahagia ya, nak!"  kata yang masih jelas terniang dan mampu melukiskan senyum di raut wajahku. Yah... Meski lirih menahan perih, aku masih melihat senyum Ibu. Maka aku harus kuat dan membalas senyum itu.

Mungkin kita biasa bahkan bisa tertular melihat bahagia di wajah seseorang yang mendapatkan sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang diraih, sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang tidak disangka tapi istimewa, suatu candaan, dan hal lainnya penghantar bahagia. 

Tapi, adakah kita membaca atau melihat langsung raut wajah seseorang yang bahagia saat ia ditimpa kesulitan, ujian, kehilangan. Atau wajahnya pilu namun lisannya berucap alhamdulillah, matanya berbinar ketulusan dan keikhlasan atas hal yang menimpanya meski hal itu tidak diinginkan.

Ada kisah syahidah pertama Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Ujian dan siksaan yang begitu berat ia lalui hingga kemaluannya ditusuk dengan tombak, ia pergi dengan wajah tersenyum bahagia, seolah surga di depan matanya.

Ada wajah wajah bercahaya tersenyum bahagia yang terpancar dari syahidnya mujahid, para pejuang palestina. Ada semangat dan kebahagiaan seorang dokter yang menyampaiakan kabar suaminya telah syahid kepada keluarganya. Padahal yang mereka hadapi dimata manusia adalah sesuatu yang pelik.
 
Sahabat, bahagia bukan tentang memiliki kemewahan, karena ada yang pecandu bahkan bunuh diri padahal hidupnya mewah. Bahagia bukan tentang punya pasangan sempurna fisik dan harta karena banyak yang runtuh rumah tangganya, padahal sudah mendapatkannya. Bahagia bukan tentang jabatan, tahta, dan singasana yang megah karena ada jiwa yang hampa ketika ia telah mendapatkannya. Bahagia bukan tentang seseorang yang lihai membuat pecah tawa saat bercerita di khalayak. Karena, saat sendirinya, ia butuh yang lain. Jika salah, ia bisa melampiaskan sedihnya kepada hal yang justru merusak dirinya, lihatlah artis terjebak obatan terlarang. 

Ibu penah memberiku kunci bahagia, yang ku harap sahabat dapat cari dan peganglah atau mantapkan dihati yang pernah mendapatkan kunci itu. Jalankan dan pegang eratlah.

Pertama, keyakinan kepada Allah. Allah menguji kita sesuai batas mampu kita (Q.S al Baqarah: 286). 

Terjemahan surah Al Baqarah: 261,
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.”

"Setiap kesulitan ada kemudahan" (Q.S al Insyirah: 5-6). Kemudian juga at Thalaq: 2-3.

kedua, bersyukur disetiap kabaikan yang Allah berikan kepada kita.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."

Ketika kita bersyukur maka Allah sebaik baik penepati janji, Allah akan tambah nikmat dan disana kita temui bahagia. Sebaliknya, kenapa Orang-orang yang sudah mendapat banyak kebaikan, namun tidak bahagia? Karena ia tidak bersyukur. 

Kunci bahagia yang Ketiga, bersabar disetiap ujian yang tengah kita hadapi. “… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (Q.S. Al-Baqarah : 155-157). 

Kabar gembiranya adalah syurga dan bahagia yang tertinggi adalah saat Allah izinkan  bertemu dan melihat Allah. Ini hadiah untuk orang orang yang taat kepada Allah. Dan inilah kunci ke empat. "Taat kepada Allah"

Maka,,,
  لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

Artinya: “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim nomor 2999).

Wallahu alam Bisshawab. [Ma]

Baca juga:

0 Comments: