Headlines
Loading...
Oleh. Nur Rahayu

Sulit saat ini menemukan seseorang yang masih mau menjaga kemaluannya dengan baik. Sekarang zaman sudah terbalik. Akan sangat mudah menemukan aktivitas di tempat-tempat umum yang telah kehilangan rasa malunya. Khususnya para generasi milenial. Tak malu lagi mereka berpasang-pasangan (baca: pacaran) tanpa ikatan pernikahan dan dipertontonkan setiap waktu, bahkan menjadi sebuah kebanggaan. Gilanya lagi, tidak lagi sembunyi-sembunyi. Lantas bagaimana dengan orang tuanya? Setali tiga uang, jangankan melarang justru merestui hubungan yang dibenci oleh Allah tersebut. Sehingga anak menjadi leluasa melakukan hubungan yang dilarang oleh agama.

Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.” (QS. Al Isra: 32)

Dukungan orang tua atas tindakan maksiat itu membuat mereka makin berani melakukan aktivitas di luar batas. Jika Allah mengingatkan mendekati saja tidak boleh, para remaja itu justru tak malu lagi melakukan tindakan perzinaan. Naudzubullahi mindzalik. 

Dampaknya berikutnya lebih mengerikan lagi, aborsi jika kebobolan di masa sekolah menjadi hal yang wajar. Ingat! Itu mengambil hak nyawa yang harusnya bisa hidup, mereka dibunuh sebelum dilahirkan tanpa merasa dosa. Bahkan jika dilahirkan maka akan menjadi anak-anak tanpa nasab ke ayah. Nasab mereka ke ibunya.

Begitulah mereka kehilangan rasa malunya. Padahal rasa malu itu menjadi bagian dari keimanan.
"Malu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

Itu baru salah satu contoh hilangnya rasa malu di tengah masyarakat. Masih banyak hal lagi yang mempertontonkan hilangnya kemaluan dalam diri manusia. Jika dulu orang punya utang akan diam seribu basa, karena merasa malu memiliki aib utang. Lha sekarang ... utang menjadi bagian yang wajar sebagai penopang kebutuhan dan kehidupan. Naudzubillahi min dzalik.

“... Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ....” (QS. Al-Baqarah: 275)

Padahal rasa malu itu akan menunjukkan kualitas keimanan seseorang. Semakin keimanan terjaga maka akan sedikit melakukan kemaksiatan, karena paham tolak ukur perbuatan itu adalah syariat Islam. Sebab itulah Rasulullah bersabda, "Malu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

Sebagai seorang muslim konsekuensi keimanan adalah ketaatan pada aturan Allah Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan ini. Jagalah senantiasa dalam diri kita rasa malu yang besar, yaitu malu ketika bermaksiat pada Allah. Jagalah agar tidak tergelincir oleh gemerlap dunia, karena kehidupan dunia itu menterlenakan. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: