motivasi
Menapaki Jalan Sempit, Menuju Kehidupan yang Panjang
Oleh. Sri Suratni
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sahabat, sadarlah bahwa kehidupan kita di dunia ini hanya sebentar. Ibarat dari Magrib menuju Isya. Seumpama musafir yang menumpang berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, kemudian melanjutkan perjalanan menuju tujuan. Dunia hanya senda gurau dan permainan belaka. Kita ini tidak ubahnya seperti aktor yang piawai bermain peran. Ibarat wayang yang dikendalikan oleh dalang. Pada akhirnya kita akan berhenti berlakon dan hilang ditelan bumi.
Kehidupan kita di dunia ini hanya setengah hari atau satu hari dari kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat, kehidupan yang kekal abadi dan selama-lamanya.
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari.”
Maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung.
Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al Mukminun: 112-114)
Renungkanlah wahai sahabat, akankah kita mengorbankan kehidupan yang selama-lamanya demi kehidupan dunia fana yang singkat ini? Merugi dan celakalah kita jika demikian adanya. Untuk itu wahai sahabat, jangan gadaikan akhiratmu demi mengejar dunia yang fatamorgana. Kemilau dan gemerlapnya dunia menggoda dan menyihir manusia untuk mempertaruhkan segalanya demi kenikmatan dunia yang hanya setetes dan secuil saja, tidak lebih dari itu.
"Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat? (Itulah perumpamaan dunia, sedangkan lautan yang tertinggal adalah kehidupan akhirat).” (HR. Muslim)
Bahwa kehidupan yang sesungguhnya bagi seorang muslim adalah di akhirat sana. Tetapi untuk menuju kehidupan yang kekal nantinya, tentu kita meniti dan menapaki jalanan sempit kehidupan dunia yang singkat ini terlebih dahulu. Walaupun hanya singkat dan sebentar tapi kehidupan dunia ini menentukan kehidupan kita di akhirat nanti.
Kehidupan dunia penuh lika-liku, onak dan duri, batu cadas dan kerikil tajam serta terpaan gelombang dan tsunami yang menggoncang. Tidaklah mudah untuk meniti kehidupan yang pendek dan singkat ini. Ibaratnya kita sedang meniti sebatang jembatan bambu yang licin, berlumut, dan berayun-ayun dibuai angin. Akan terasa sulit dan penuh perjuangan untuk bisa sampai ke seberang sana dengan aman dan selamat.
Demikian pula perjalanan kita di dunia ini. Sungguh sangat sulit untuk bisa melewati berbagai ujian yang datang silih berganti, untuk menguji seberapa tangguh keimanan dan ketakwaan yang menancap di dada kita. Tanpa keimanan dan ketakwaan yang kokoh kita akan terpeleset dan tersandung batuan cadas yang akhirnya jatuh ke bumi dan menyerah. Nauzubillah.
Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan orang-orang beriman:
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji?" (QS. Al 'Ankabut: 2)
Sahabat, benarlah bahwa surga itu tinggi nilainya dan sangat mahal harganya. Tidak bisa ditukar atau didapatkan dengan hal-hal receh dan sepele. Tetapi butuh perjuangan, pengorbanan, kesabaran, keikhlasan ,keistikamahan, dan tawakal yang mendalam kepada Sang Khalik yang Maha Mudabbir. Taatlah selalu kepada Allah, penuhi seruan-Nya, tinggalkan semua larangan-Nya. Pegang teguh keimanan jangan mudah tergoda dengan kenikmatan dunia. Bertakwalah kepada Allah di mana pun berada dan dalam kondisi apapun, baik dalam kesendirian maupun di tengah keramaian. Yakinlah bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap gerak-gerik kita. Allah akan menghisab setiap perbuatan dan lisan kita. Maka berbuatlah sesuai dengan tuntunan syariat, dan hanya berkata-kata yang baik-baik saja atau diam. Berlomba-lombalah dalam melakukan amal saleh dan saling tolong-menolonglah dalam kebenaran dan nasihat-menasihatilah dalam kesabaran.
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al Ashr: 1-3)
Sahabat, marilah kita mengumpulkan pundi-pundi jariyah selagi kita masih ada waktu di dunia ini. Pundi-pundi jariyah yang kita kumpulkan sebagai bekal kita yang tiada habisnya di akhirat nanti. Ketika hari perhitungan itu tiba, semoga amal jariyah ini mampu memperberat timbangan kebajikan kita dibanding timbangan dosa.
Aamiin ya rabbal alamin. [An]
0 Comments: