Headlines
Loading...
Oleh. Rakhmawati Aulia

Memiliki keluasan ilmu, satu di antara nikmat yang akan mengangkat derajat kemuliaan seseorang dan patut untuk disyukuri. 

Ilmu adalah kesenangan yang paling mulia, bagi orang yang menyenanginya, tujuan dan kesungguhan yang paling utama, bagi seorang siswa, dan usaha paling bermanfaat yang didapatkan oleh orang yang berusaha. Karena kemuliaan ilmu berbuah bagi pemiliknya, dan keutamaannya berkembang bagi orang yang mencarinya. Allah berfirman:

Ù‚ُÙ„ْ Ù‡َÙ„ْ ÙŠَسْتَÙˆِÙŠ الَّØ°ِينَ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَ ÙˆَالَّØ°ِينَ Ù„َا ÙŠَعْÙ„َÙ…ُونَ

"Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS az-Zumar [39]: 9).

Dalam ayat ini, Allah Ta'ala mencegah untuk menyamakan antara orang yang mengetahui dan orang yang bodoh, karena orang yang mengetahui telah benar-benar diberi keistimewaan keutamaan ilmu.

Kita pun bisa merasakan apa bedanya orang yang berilmu dan tidak berilmu. Terlebih dalam urusan agama, maka wajib hukumnya untuk kita menjadi orang yang berilmu dan tak lelah untuk mengejar ilmu tersebut. 

Dengan ilmu kita akan mengetahui mana yang termasuk perintah Allah Ta'ala dan mana yang Allah Ta'ala larang. Ilmu akan membuat seseorang mudah untuk menjalankan ketaatan pada Tuhannya. 

Di era digitalisasi ilmu begitu mudah untuk didapatkan, kajian-kajian ke-Islaman pun banyak, namun tidak sedikit yang akhirnya meremehkan ilmu. Sungguh sangat disayangkan. 

Bagi para penuntut ilmu, ada sebuah kisah yang cukup menarik dari ibunda pemuka kaum zuhud, Sufyan Ats Tsauri. Ibunda Sufyan memiliki sebuah harapan yang begitu yang sangat besar agar anaknya mendapatkan ilmu yang membuahkan amal dan membekas dalam jiwa anaknya yang tercermin dari nasihat yang begitu sangat mulia. 

"Carilah ilmu! Aku akan menanggung kebutuhanmu dengan alat tenunku ini." Lalu beliau juga menambahkan, "jika kamu mencatat beberapa hadist, lihatlah! Apakah kamu mendapati peningkatan pada dirimu. Jika ya, lanjutkan! Namun jika tidak, tidak usah kamu lanjutkan mencari ilmu."

MasyaAllah, dari sini ada sebuah ibroh yang bisa kita ambil. Kejarlah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat akan terlihat ketika ilmu itu mampu mempengaruhi amal seorang muslim. 

Ilmu itu untuk diamalkan, bukan untuk dipendam. Dengan ilmu yang diamalkan maka menjadi satu diantara tanda bahwa ilmu itu telah merasuk ke dalam jiwa. Selanjutnya, jangan biarkan ilmu itu hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga bermanfaat untuk yang lainnya dengan cara mengajarkannya. 

Ya Allah jadikanlah ilmu kami yang bermanfaat, berilah kami kefaqihan dalam memahami agama-Mu dan kami bertawashul kepada-Mu dalam belajar dan mengajarkannya wahai Dzat yang memiliki keluasan ilmu. Aamiin.

Baca juga:

0 Comments: