Headlines
Loading...
Oleh. Kamila Khairani

Sahabat, kerap kali kita mendengar istilah yang tak asing yang berbunyi, "setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya." Agaknya itu adalah sebuah istilah yang relate dengan fakta dari zaman ke zaman. Zaman akan terus berganti sesuai pergerakan waktu yang terus bergerak maju, pun orang-orang yang mengisi di setiap zaman pun akan berganti dengan sendirinya. 

Dalam Al-Qur'an dan apa yang diberitakan oleh Nabi saw. lewat hadits terkait kisah-kisah terdahulu, mudah bagi Allah Swt. untuk menggantikan suatu kaum dengan kaum yang lain walau seberapa maju pun peradaban mereka. 

Tak jarang Al-Qur'an mengisahkan tentang peradaban atau suatu masa yang ditenggelamkan, dihancurkan, dilempar dengan batu, dibalikkan dan bentuk pemusnahan lainnya untuk kemudian Allah Swt. gantikan dengan yang lebih baik. Alasannya yang paling dominan adalah karena keingkaran suatu kaum tersebut. 

Sahabat, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَكَمْ اَهْلَـكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَا دِ ۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ

Artinya: "Dan betapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, (padahal) mereka lebih hebat kekuatannya daripada mereka (umat yang belakangan) ini. Mereka pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (dari kebinasaan bagi mereka)?" (QS. Qaf: 36).

Bukti-bukti pemusnahan suatu kaum itu pun ada yang masih bisa kita lihat sampai hari ini, dengan ditemukannya bekas-bekas peninggalan kota di dasar laut misalnya. Atau adanya bukti-bukti sejarah yang lain seperti kuil, candi, mesjid, artefak, kitab-kitab kuno, relief yang terukir pada suatu bangunan, bangunan-bangunan, dan bukti otentik yang lainnya. 

Sahabat, tentu yang ingin dikenang dari kita adalah kebaikan. Tak ada orang yang menginginkan keburukan yang ditinggal bagi orang lain. Manusia itu mati meninggalkan nama, maka jadilah nama itu baik dan harum untuk dikenang. Layaknya tokoh-tokoh Islam seperti Salahuddin Al-Ayubi, Muhammad Al-Fatih, Tariq bin Ziyad, Mus'aib bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Ja'far, Salman Al-Farisyi, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Khadijah, Fatimah, Maria Astrulabi dan sederetan nama-nama yang bahkan sudah hitungan abad dari kita tapi masih bisa kita kenang dengan baik. 

Nama yang terukir dengan tinta emas sejarah peradaban yang lahir dari peradaban yang mulia, yaitu Islam. Yang mampu menjadikan orang-orang yang ada di dalamnya tidak hanya bermanfaat pada masanya saja, tapi bahkan hingga hari kiamat kelak. Sebuah peradaban yang mendorong orang-orang di dalamnya untuk terus berkarya dan berbuat secara kreatif dan produktif dengan dorongan ruhiyah yang kuat sehingga melahirkan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada masanya. 

Sahabat, tentu kita merindukan peradaban yang demikian. Sebuah peradaban yang menfasilitasi orang-orang di dalamnya untuk kemajuan dengan penuh takwa dan keimanan pada Sang Illahi Rabby. Inilah yang mesti kita perjuangkan untuk terwujud kembali peradaban Islam yang gemilang. 
Wallahu alam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: