Headlines
Loading...
Oleh. Fitri Ummu Syarif 

Perkataan toxic merupakan ungkapan seseorang yang membawa racun, pengaruh buruk atau negatif terhadap orang yang dituju. Biasanya perkataan tersebut akan membuat orang lain tidak nyaman bahkan membuat depresi hingga bunuh diri. 

Perkataan toxic tersebut, bisa berupa ejekan, pelabelan atau panggilan negatif. Dapat juga berupa perkataan membandingkan seseorang dengan orang lain dengan maksud merendahkan. Dapat pula berupa ungkapan tuduhan yang menyudutkan, kasar, dan hinaan serta melecehkan. 

Menghindari perkataan toxic, memiliki dua makna. Pertama, menjaga diri agar tidak mengadopsi perkataan toxic. Artinya, tidak menjadi pelaku perkataan toxic kepada orang lain. Maka sangat penting untuk kita memilah dan memilih perkataan walaupun dengan maksud bercanda. Karena boleh jadi ucapan tersebut menjadi toxic bagi orang lain. 

Dalam Islam, untuk menjaga diri dari perkataan toxic dan perkataan tidak berguna lainnya, ditegaskan sebagai berikut. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari].

Dari hadist di atas, nilai pentingnya tampak pada keterkaitannya dengan aspek keimanan yang dipertanyakan. Kemudian seruan untuk menyampaikan perkataan yang baik saja. Lisan merupakan bagian vital, jika disalah gunakan efeknya bisa lebih mengerikan daripada sebilah pedang. Karenanya, Nabi Muhammad hanya menyuguhkan dua pilihan saja, perkataan yang baik atau memilih untuk diam, agar perkataan yang keluar tidak berpeluang menjadi toxic bagi orang lain.

Kedua, membentengi diri dari perkataan toxic. Maksudnya, jangan sampai kita menjadi korban perkataan toxic yang menghampiri kita. Dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri sejumlah perkataan toxic bisa saja siap menyerang kita menggores luka batin.

Oleh karenanya penting untuk kita membentengi diri agar tidak terkena racun perkataan tersebut. Diantaranya, dengan memahami bahwa perkataan seseorang kepada kita, bukan area yang kita kuasai atau bukan pula area yang mampu kita atur. Sebaliknya, area kita adalah tentang menyikapi perkataan toxic tersebut dengan ketentuan Allah bukan dengan menentang apalagi mengikuti ego semata. Lebih bahaya lagi dengan menjadikan bunuh diri sebagai jalan keluar dari perkataan toxic adalah keliru besar. Yang tepat adalah memaafkannya, membalas dengan perkataan yang baik, mengingatkannya dengan cara yang baik. 
 
Allah jelaskan dalam QS. Al Fathir: 10
Barangsiapa menginginkan kemuliaan, maka (ketahuilah) bahwa kemuliaan itu semuanya hanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan Dia akan mengangkat amal kebajikan. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan, mereka akan memperoleh azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” [Hz]

Baca juga:

0 Comments: