Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Kematian bagi banyak orang adalah momok, hal yang menakutkan dan mengerikan. Padahal dalam Islam, kematian itu justru menjadi dambaan seorang mukmin. Dicabutnya ruh dari jasad menjadi gerbang selangkah lebih dekat bertemu Rabnya, Al-Khalik Ar-Rahman Ar-Rahim.

Dan nasihat terbaik agar manusia selalu ingat dan kembali kepada Allah adalah mengingat kematian. Termasuk ziarah kubur dan menghantarkan jenazah hingga dimakamkan.

Semua karena kampung halaman manusia yang sesungguhnya adalah surga. Dunia adalah tempat singgah dan ujian, sifatnya fana, sementara, sekejap saja. Jika lulus ujian di dunia, Allah akan melimpahkan rahmat dan memasukkan kembali ke kampung halaman surga yang abadi.

Dengan mengingat mati, manusia merasa hidup di dunia tak lama lagi. Jika ingin hidup enak di akhirat, dia akan giat, optimis, semangat mengumpulkan bekal amal saleh. Anak, istri, harta, semua ditinggalkan, yang setia menemani di dalam kubur hanyalah amal. Amal kebaikan akan melapangkan kubur seseorang, dan sebaliknya amal buruk akan menyempitkan kubur. 
 
Berkaitan dengan kematian, Imam Al-Qurtubhi menjelaskan apa yang dibutuhkan mayit saat di alam kubur. Bagaimana hukum memasuki wilayah kuburan dan hukum menangis.

Rasulullah saw. bersabda: “Siapa pun yang mensalati jenazah maka dia mendapatkan satu qirath. Dan siapa pun yang mengikuti jenazah sampai area perkuburan hingga sempurna pemakamannya, maka dia mendapatkan dua qirath.” Para sahabat bertanya: “Yang dimaksud qirath apa ya Rasulullah?” Lalu Rasulullah menjawab: “Qirath itu pahala kebaikan sebesar jabal (gunung) Uhud.”

Dari hadis tersebut ada ibrah yang bisa kita petik lalu diamalkan.
Pertama, setiap amal yang manfaatnya kembali kepada orang lain, tidak untuk diri kita, amal tersebut selalu diiringi dengan iming-iming pahala yang besar 

Salat jenazah itu ibadah yang ringan, mengiringi jenazah hingga ke pemakaman dan sempurna penguburannya itu juga sebenarnya ringan. Tetapi ketika manfaatnya kembali kepada orang lain, maka Allah akan memberikan pahala yang jauh lebih besar daripada kita salat sunah sendirian untuk diri kita.

Artinya, amal yang selalu memberikan manfaat kepada orang lain itu merupakan amal yang lebih Allah cintai daripada amal yang manfaatnya untuk diri sendiri. Maka jika mendengar berita ada seorang muslim meninggal dunia dan kita memiliki kelapangan waktu, datangilah. Salat lalu ikut mengiringi ke makam hingga proses pemakaman selesai. 

Kedua, poin mengikuti jenazah ini berlaku bagi laki-laki. Bagi perempuan jangan langsung mengikuti jenazah, dia harus menunggu dulu hingga selesai pemakaman dan wilayah makam steril dari laki-laki, barulah perempuan boleh mendatangi kuburan. Hal ini untuk menghindarkan ikhtilat (campur baur) antara pria dan perempuan yang bukan mahram.

Hari ini sunah tersebut banyak dilupakan. Laki-laki dan perempuan tumpah ruah di pemakaman, terjadi ikhtilat. Ketika ikhtilat, bisa terjadi perkara yang mengarah kepada dosa. Saling memandang akhirnya memalingkan dari mengingat kematian.

Alasan perempuan dimakruhkan untuk mengikuti jenazah:
Pertama, untuk menjaga perasaan perempuan agar tidak terjebak pada niyahah (meratapi mayit). Karena perempuan sedang didominasi perasaan sedih, saat mengikuti jenazah bisa jadi dia sudah sabar. Tetapi saat melihat jenazah di dalam keranda dan hendak dikubur, maka bisa tumpah air matanya dan menangis meraung-raung. Perasaannya menjadi tidak tertahan.

Kedua, agar tidak terjadi ikhtilat. Selain berdosa, ikhtilat dapat menyebabkan fungsi mengikuti jenazah sebagai pengingat kematian, menjadi hilang. Karena pandangan dan interaksi wanita dan laki-laki menjadi tidak terjaga.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjadi orang yang mengingat kematian. Agar terjaga dari cinta dunia, panjang angan, dan waktu yang terbuang sia-sia. 

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar r.a. pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”

Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, Thabrani, dan Haitsamiy; Rasulullah mengatakan mukmin yang paling mulia adalah yang paling baik akhlaknya, sementara mukmin yang paling cerdas (Al-Kayyis) adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati.

Ampuni dan rahmatilah kami ya Allah. Jadikanlah akhir hidup kami husnul khatimah dan syahid ya Allah ... kabulkanlah ya Arhamarrahimin, sesungguhnya Engkau Maha Pengabul Doa. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: