Oleh. Indra Fitri
Setelah kita berproses sejauh ini. Rasanya perlu kita melihat kebelakang. Seberapa banyak rekam juang yang sudah kita tinggalkan. Sudahkah ada kebaikan yang dapat dituai. Sudah berapa banyak yang merasa terbantu. Menjadi pemuda berarti bukanlah suatu perihal yang mudah. Apalagi ini mimpi ditengah jalan kita. Niat baik yang rasanya ingin segera kita wujudkan secepat itu juga. Tidak salah jika dirimu ingin menjadi berarti.
Rasullulah saw. bersabda :
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Lalu bagaimana menjadi seorang yang memberi arti? Maka ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan.
Pertama, menuntut ilmu. Menuntut ilmu sebagaimana yang sudah kita pahami bahwa memiliki kemuliaan. Sebagaimana firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadalah ayat 11).
Kedua, mulailah untuk berdakwah.
Berdakwah bukan hanya tugas seorang ulama saja, ustad ataupun ustadzah. Namun pahamilah, untuk menjadi berarti kita tidak hanya memperbanyak ilmu untuk diri sendiri. Namun enggan untuk berbagi kepada orang lain. Mulailah untuk menyampaikan kebenaran sedikit demi sedikit. Kemaksiatan marajalela bukan karena banyaknya pelaku maksiat, namun diamnya orang yang benar. Jika kita terus mendiamkan kemaksiatan tanpa sedikitpun merasa kesal, marah. Maka ada yang salah dalam diri kita. Maka mulailah untuk menanamkan pada diri kita untuk selalu beramar ma’ruf bernahi munkar sebagaimana firman Allah swt:
"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran/3 : 104).
Maka dua hal ini bisa menjadi dorongan untuk pemuda untuk menjadi yang berarti.[Rn]
0 Comments: