Oleh. Nunik Umma Fayha
Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu sayap militer Hamas menghujani wilayah Israel dengan ribuan roket. Serangan yang disebut sebagai 'Operasi Aqsa Flood' ini, oleh pakar Timur Tengah dari UI, Abdul Muta'ali disebut sebagai bentuk protes atas bisunya dunia pada nasib Palestina.
Pada interview di tvOne, Ahad, 08/10/2023, Muta'ali menyebutkan bahwa wilayah Palestina saat ini hanya tinggal 5% dari wilayah Palestina pada 1948. 3% wilayah ada di Tepi Barat dan 2% di Gaza.
Bahkan penghilangan paksa Tanah Palestina tidak hanya secara fisik. Nama Palestina tidak lagi kita temui di google maps. Padahal dalam peta lama dunia yang ada hanya Palestina tanpa Israel.
Dunia tidak ada yang secara jelas mengutuk penjarahan wilayah oleh Israel ini. Bahkan PBB pun dianggap angin lalu oleh Israel. Resolusi demi resolusi hanya dianggap lembaran kertas yang tidak perlu digubris. Israel tetap pada pendirian dan syahwat mencaplok Palestina. Bila terjadi pertempuran mereka selalu bersikap 'playing victim'. Seperti yang sedang terjadi, dalih mereka melawan karena diserang.
Ketika Dewan yang terhormat mengambil suara terkait Resolusi masalah Palestina, akhir Oktober kemarin, 120 negara mendukung, 14 negara menolak dan 45 abstain. Negara-negara NATO yang selama ini bersukaria 'menjajah' Afganistan, memilih abstain. Sedangkan Amerika seperti biasa akan berada di barisan terdepan menolak apa pun yang berpotensi merugikan Israel. Bahkan Biden pun sempat terbawa suasana menyampaikan berita hoax atas kejadian di Gaza yang akhrnya diralat karena tidak ada kebenaran fakta.
Pengecut
Frasa Genosida semakin sering kita dengar dan baca dalam berita Palestina belakangan ini. Bagaimana tidak, sasaran serangan Israel semakin nyata ditujukan pada masyarakat sipil. Kamp pengungsian, sekolah bahkan rumah sakit menjadi sasaran empuk.
Bahkan beberapa waktu lalu seperti dilansir tvone, 16/10/2023, Israel mengebom gudang bantuan kemanusiaan UNRWA di Rafah, Mesir, padahal mereka paham rakyat Gaza bergantung pada bantuan dari luar. Saat ini Rumah Sakit kekurangan obat dan peralatan medis. Bahkan operasi dilakukan tanpa anestesi!
Perang bagi Israel tidaklah untuk mengikuti hukum peperangan tapi murni untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan sendiri. Kecaman, boikot, tidak satu pun memundurkan tekad mereka. Mereka hanya akan berhenti ketika pasokan amunisi mereka menipis Dan bila sampai posisinya terjepit maka akan muncullah permintaan gencatan senjata dari mereka. Selesai rehat dan mengumpulkan amunisi selama gencatan senjata, mereka akan kembali membombardir Palestina lagi khususnya Gaza.
Sejarah kepengecutan entitas Yahudi ini sudah dikenal. Bahkan pada masa Nabi Musa as, selepas diselamatkan dari pengejaran tentara Firaun yang digulung laut, mereka diajak menuju tanah harapan, yaitu tanah yang saat itu dihuni oleh bangsa Filistin. Bukannya bersemangat menyertai Musa, mereka justru menyuruh Nabi Musa berangkat sendiri. Perkataan mereka bahkan diabadikan dalam QS. Al Maidah ayat 24 yang artinya:
"Mereka berkata, “Wahai Musa, sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau dengan Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”
Pengecut, bebal dan tak punya adab. Itulah yang bisa kita lihat. Saat ini nir adabnya mereka bisa dilihat dari serangan bom ke Gaza di pekan ketiga. Kalau korban serangan Hamas mayoritas adalah tentara Yahudi, maka mereka dengan tanpa malu menggempur kamp pengungsian, sekolah, yang jelas menampung masyarakat sipil. Dalihnya mencari pasukan atau markas tersembunyi pasukan Hamas.
Belakangan Israel juga menggunakan bom fosfor putih antara lain untuk mengebom lingkungan Rumah Sakit al-Syifa, rumah sakit terbesar di Gaza, yang banyak merawat Ibu hamil dan bayi baru lahir. Mereka bahkan menyasar ambulans yang sedang melakukan evakuasi pasien (tvOne, 04/11/2023).
Bom Fosfor sebagaimana dilansir Human Rights Watch adalah zat kimia yang tersebar dalam peluru artileri, bom dan roket yang mudah terbakar saat terkena oksigen. Reaksi kimianya menghasilkan panas yang sangat tinggi hingga mencapai suhu 815 derajat celsius.
Ternyata seperti disebut Human Rights Watch lagi, bom fosfor ini pernah digunakan Israel pada tahun 2008–2009 dalam Operation Cast (detiksulsel, 30/10/2023).
Apa Kabar Dunia
Palestina, tepatnya Syam, sejarahnya dari masa ke masa selalu diperebutkan berbagai imperium dan terakhir berada di bawah kekhilafahan Ottoman. Kekalahan Ottoman atau Turki pada Perang Dunia II memuluskan jalan bagi gerakan Zionis untuk mendirikan negara Israel raya di tanah Palestina dengan dukungan penuh Inggris dan Perancis serta selanjutnya PBB. Bangsa Yahudi dari seluruh belahan dunia diundang berbondong-bondong datang ke tanah Palestina hingga akhirnya Zionis memproklamirkan "negara" tahun 1948 dengan menduduki wilayah Palestina, negeri merdeka yang awalnya menerima mereka karena kemanusiaan tapi akhirnya malah diusir dari negerinya.
Selama puluhan tahun gerakan Zionis terus meluaskan wilayah dan melakukan pengusiran terhadap bangsa Palestina. Bahkan syahwat kekuasaan membuat mereka tidak puas hanya mengambil wilayah Palestina tapi juga meluas ke semenanjung Sinai, Mesir dan dataran tinggi Golan, Suriah.
Konflik bersenjata antara Zionis dengan milisi Hamas sudah berjalan dari 1987 di bawah Sheikh Ahmad Yasin. Sayap militernya Brigade Izzudin Al Qassam yang selalu membuat Israel tidak bisa tenang. Apalagi setelah sistem pertahanan yang mereka klaim canggih dan sangat aman mampu ditembus serangan Al Qassam.
Dunia berada di ketiak raja hipokrit yang selalu sigap mendukung dan membantu Israel apa pun kondisinya. Bahkan ketika hasil pemungutan suara untuk Resolusi masalah Palestina mayoritas menyetujui, AS tidak akan ragu untuk mengajukan Veto. PBB yang menjadi pusat gerakan semua negara sedunia pun tidak bisa berkutik sampai-sampai salah seorang pejabat tinggi PBB mengundurkan diri karena kegagalan PBB mencegah terjadinya apa yang disebutnya sebagai 'Genosida' atas penduduk sipil Palestina melalui pengeboman membabibuta yang dilakukan Israel.
Dukungan 'no reserve' AS pada Israel membuat mereka sungguh jumawa dan semena-mena. Mereka juga menganggap angin lalu siapa pun bahkan PBB, institusi yang menaungi negara-negara sedunia.
Dunia semestinya tidak sekedar menyampaikan resolusi atau paling bagus mengirim pasukan penjaga perdamaian. Tekanan harusnya juga dilakukan pada AS sebagai pendukung utama kekejaman Israel.
Lebih dari itu semua, apa yang dibutuhkan oleh Palestina adalah kemerdekaan. Hak sebagai bangsa berdaulat yang hanya bisa diwujudkan dengan dukungan negeri-negeri muslim. Tentara muslim didukung alutsista negara-negara muslim sangat mampu mengusir Israel dari bumi Palestina.
Sayangnya kondisi negeri-negeri muslim terpecah dalam Nation state yang membuat mereka berpikir sebatas negara sendiri. Padahal Islam sangat menganjurkan persaudaraan. Umat Islam ibarat satu tubuh. Satu bagian sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasakan.
Semoga persatuan umat Islam sedunia bisa segera diwujudkan agar Palestina khususnya dan negeri-negeri muslim lain yang sedang mendapat penindasan, penyiksaan, bisa segera dibebaskan. Tentara Islam harus segera menyadari kemuliaan jihad. Para penguasa negeri muslim harus segera bangun dan menggerakkan negerinya untuk membebaskan tanah penuh berkah, Palestina Wallahu alam bissawab. [ry].
Aamiin semoga segera terwujud daulah Islam yang akan membebaskan Palestina
BalasHapusTerus bergerak menuju tegaknya rayya liwa
BalasHapus